Turnamen Hiburan yang Jatuhkan Reputasi Para Raksasa

Sumber :
  • Reuters / Darren Staples
VIVA.co.id
Rekor Buruk Mourinho di MU
- Setelah Chelsea dan Arsenal, giliran Manchester United yang harus menelan pil pahit di ajang Piala Liga. Menghadapi Middlesbrough di Old Trafford, Rabu 28 Oktober 2015 atau Kamis dini hari WIB, MU kalah dari Boro lewat babak adu penalti.

MU Mainkan Mkhitaryan Lagi, Mourinho Tidak Puas
Menghadapi tim yang kastanya lebih rendah, MU mampu mendominasi permainan. Namun, mereka gagal mencetak gol di waktu normal.

Sudah Jadi Pemain MU, Pogba Masih Dibelikan Rumah Juventus
Pertandingan akhirnya harus dilanjutkan hingga babak perpanjangan. Meski mendapat banyak peluang, MU nyatanya tak mampu membobol gawang Boro. Alhasil, adu penalti harus digelar.

Di masa ini, tiga penendang MU gagal menunaikan tugasnya. Mereka yang gagal adalah Wayne Rooney, Ashley Young dan Michael Carrick. 

Sedangkan, cuma ada satu eksekutor Boro yang gagal. Dia adalah David Nugent.

Kegagalan eksekusi penalti Rooney sebenarnya bisa sedikit dimaklumi. Dilansir Daily Mail, sebelum melakukan tendangan, Rooney sempat mendapat serangan dari fans lewat tembakan sinar laser.

Ketika sinar laser tersebut mengarah ke matanya, wajah Rooney mulai berubah. Terlihat, konsentrasinya buyar. Alhasil, Rooney gagal mengeksekusi penalti.

Sebenarnya, bomber 30 tahun tersebut sempat memprotes serangan laser itu kepada asisten wasit. Tapi, ketika sesi konferensi pers usai laga, Rooney sama sekali tak membahas serangan laser tersebut.

Kekalahan MU dari Boro ternyata menghadirkan berbagai rekor buruk. Salah satunya adalah dalam dua pertandingan terakhir, MU tak bisa mencetak gol sama sekali.

Ya, sebelum Boro, MU gagal membobol gawang Manchester City di laga derby. Padahal, saat itu MU juga menguasai permainan.

Ketika menghadapi Boro, hal yang sama terjadi. MU punya 13 sepakan, tapi cuma enam yang mengarah ke gawang. Bandingkan dengan Boro. Walau hanya melesakkan tujuh sepakan, cuma satu saja yang meleset.

Fakta lainnya, seperti dikutip Opta, MU punya mental buruk saat harus menghadapi babak adu penalti. Setan Merah selalu kalah dalam empat adu penalti terakhir di semua kompetisi.

MU juga kesulitan menghadapi tim non Premier League di Piala Liga. Dari empat pertandingan terakhir melawan tim non Premier League, MU sudah menelan tiga kekalahan.

Selanjutnya: Ketajaman Perlu Diasah


Ketajaman Perlu Diasah

Seperti yang sudah disebutkan, kekalahan dari Boro telah menunjukkan adanya penurunan performa dari lini serang MU. Tak satu pun gol yang berhasil dicetak MU dalam dua laga terakhir.

Melawan ManCity, MU mampu mendominasi penguasaan bola. Namun, mereka kesulitan menusuk ke kotak penalti ManCity dan melepaskan sepakan ke arah gawang.

Kemudian, di duel kontra Boro, situasi yang sama terjadi. MU berhasil menguasai permainan. Mereka sukses membombardir pertahanan Boro.

Sayangnya, meski sudah melepaskan 13 sepakan, MU tak kunjung membobol gawang lawan. Situasi ini membuat manajer MU, Louis van Gaal, pusing.

Tumpulnya lini depan MU, dianggap Van Gaal, sebagai masalah akut yang harus ditemukan solusinya dalam waktu singkat.

"Kami harus memecahkan persoalan ini. Kami harus mulai menuntaskan peluang (jadi gol)," kata Van Gaal seperti dilansir Sports Mole.

"Ini bukan hanya satu pemain dan membuat kami frustrasi. Kami hampir menang dan mengecewakan untuk kalah di sini," lanjutnya.

Kekalahan MU dari Boro, disebut Van Gaal, lebih disebabkan oleh faktor keberuntungan. Mantan pelatih timnas Belanda tersebut menilai babak adu penalti menjadi sebuah perjudian besar bagi setiap tim di berbagai kompetisi atau pun turnamen.

"Kami tak bisa mencetak gol. Lagi-lagi hasilnya nol. Dan ketika berlanjut ke adu penalti, rasanya seperti perjudian," sesal Van Gaal.

Tak cuma penyelesaian akhir, sebenarnya masih ada satu masalah yang harus ditemukan solusinya oleh Van Gaal. Transisi permainan MU terlihat sangat lambat.

Buktinya, MU selalu kesulitan menghadapi strategi serangan balik dari ManCity dan Boro. Kedua tim ini dengan leluasa bisa menusuk ke pertahanan MU ketika mereka sukses merebut bola dari lini tengah atau belakang.

Bek MU, Chris Smalling, pun mengakuinya. Smalling meminta kepada rekan-rekannya agar menjaga fokus ketika sedang menguasai bola dan membombardir pertahanan lawan.

"Kami beruntung tak dihukum atas kelalaian tersebut. Saya pikir, kami menguasai permainan (melawan ManCity dan Boro) serta menciptakan banyak peluang. Tapi, mereka punya peluang yang berawal dari kesalahan kami. Sudah seharusnya ketika kalian mendominasi permainan, konsentrasi jangan pernah turun," ujar Smalling.

Selanjutnya: Hanya Jadi Turnamen Hiburan?


Hanya Jadi Turnamen Hiburan?

Piala Liga kerap dijadikan ajang hiburan bagi tim-tim kasta Premier League. Menurut mereka, gengsi Piala Liga tak setinggi Premier League atau Piala FA. Kebanyakan, mereka menjadikan trofi Piala Liga sebagai gelar pelipur lara saja.

Buktinya sudah terlihat dari susunan pemain yang diturunkan oleh tim-tim raksasa Premier League. Kebanyakan dari mereka menurunkan pemain lapis kedua bahkan banyak pemain dari tim reserve yang dimasukkan.

Gelandang MU, Morgan Schneiderlin, punya pendapat lain mengenai Piala Liga. Bukan sebagai ajang pelipur lara, Schneiderlin menilai Piala Liga justru bisa menjadi media yang tepat untuk mengasah kemampuan pemain muda.

"Lewat turnamen ini semua pemain punya kesempatan. Saya tahu manajer sangat senang mengganti beberapa pemain. Sangat penting karena kami adalah sebuah kesatuan dan semua bermain sesuai porsinya," tutur Schneiderlin seperti dikutip MUTV.

Schneiderlin pun mengaku tak bisa melupakan kekalahan dari Boro. Disingkirkan lewat babak adu penalti, dijelaskan gelandang Prancis tersebut, sangat menyakitkan.

"Kami ingin memenangkan turnamen ini. MU sebaiknya menang di semua kompetisi. Dan memang itu yang kami mau," sesalnya.

Tak cuma Schneiderlin, Van Gaal ternyata juga kecewa. Bukan cuma hasil saja yang diratapi Van Gaal, namun cara MU tersingkir menjadi yang paling menyakitkan bagi Van Gaal.

"Kami tersingkir dari Piala Liga, jadi kami kecewa. Kami hampir menang dan mengecewakan kalah di Old Trafford," terang Van Gaal.

Mungkin tak bermanfaat banyak bagi tim Premier League. Tapi, bagi klub yang bermain di kompetisi yang kastanya lebih rendah banyak keuntungannya.

Salah satunya adalah mereka punya kesempatan mengalahkan tim yang bertabur bintang. Selain Boro, Sheffield Wednesday juga berhasil menaklukkan tim asal Premier League.

Tim Divisi Championship ini berstatuskan pembunuh raksasa pada Piala Liga musim 2015/16. Di babak ketiga, Sheffield sukses mengalahkan Newcastle United dengan skor tipis, 1-0.

Dan pada babak keempat, Sheffield membantai Arsenal dengan skor 3-0. Ini adalah torehan terburuk Arsenal saat bertemu tim yang kastanya lebih rendah dalam kurun waktu 56 tahun terakhir.

Manajer Arsenal, Arsene Wenger, merasa sangat terpukul dengan kekalahan tersebut. Sama seperti Van Gaal, Wenger menilai kekalahan timnya dari Sheffield sangat tak wajar. "Ini (kekalahan) menjadi pukulan yang telak bagi kami," sesal pria asal Prancis tersebut.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya