Kaleidoskop 2015

Tahun Pasang-Surut Juventus 'Sang Penguasa' Italia

Juventus Juara Coppa Italia
Sumber :
  • REUTERS / Giampiero Sposito
VIVA.co.id
5 Klub Sepakbola yang Sering Tampil di Final Liga Champions, Real Madrid Teratas?
- 2015, adalah satu tahun keemasan Juventus dalam satu dekade terakhir. Jalan mereka merengkuh Scudetto untuk kali keempat secara beruntun tak menghadapi kendala berarti. Hampir di sepanjang musim, Gianluigi Buffon cs setia nangkring di puncak klasemen Serie A.

Gila, Ini Format Baru Liga Champions!

Di Coppa Italia, dengan hanya mengandalkan kebanyakan pemain pelapis, 'Si Nyonya Tua' semakin menacapkan dominasinya di ranah Italia. Trofi tersebut sukses mereka rengkuh di ujung kompetisi.
Rangkuman Momen-momen Penting Duel Liverpool Vs Villarreal


Di Eropa, Juventus juga hampir menjadi raja. Meski tak banyak yang menyangka, tim besutan Massimiliano Allegri berhasil menembus partai final Liga Champions, sebelum akhirnya dikandaskan Barcelona dengan skor 1-3.

Bagaimanapun selalu ada kisah di balik sebuah pencapaian. Singkatnya, bagi Juventus sukses yang mereka raih dimulai pada Juli 2014 silam. Secara mengejutkan allenatore terdahulu, Antonio Conte, menyatakan mundur dari jabatannya.

Tak jelas alasan utama keputusan penting dari pria yang sudah tiga musim beruntun membawa Juventus juara. Tapi isu yang beredar itu ada kaitannya dengan silang pendapat soal urusan jual-beli pemain di bursa transfer.


Sebagai pengganti manajemen langsung menunjuk Massimiliano Allegri sebagai pelatih anyar. Awalnya banyak yang menentang karena ragu dengan kemampuan bekas arsitek AC Milan. Tapi semua itu langsung dijawab tuntas.


Tak melakukan banyak perubahan, Allegri hanya melakukan sejumlah memodifikasi pola permainan warisan Conte. Dia kerap mengkombinasikan strategi lama, tiga bek tengah, dengan pengembangan menjadi empat pemain bertahan untuk lebih memaksimalkan serangan.


Hasilnya sungguh memuaskan. Separuh kompetisi berjalan mereka sudah nyaman memuncaki klasemen dan menyandang status 'Campeone d Inverno' atau juara paruh musim. Hal itu berlanjut sampai mereka ditahbiskan sebagai juara pada awal Mei.


Serie A masih menyisakan empat pertandingan, Juventus sudah resmi menyandang Scudetto ke-31. 87 poin dikemas dalam semusim dengan perhitungan 26 kemenangan, sembilan imbang dan hanya tiga kali kalah.


Mengikuti keberhasilan di Serie A, Juventus yang memulai perjalan di Coppa Italia sejak babak 16 besar melaju mulus sampai final. Mereka menumbang sejumlah lawan tangguh Fiorentina di semifinal.


Pada duel pamungkas, Juventus bersua Lazio. Hasilnya, kemenangan diraih tim asal Turin dengan skor 2-1 melalui perpanjangan waktu. Itu adalah gelar ke-10 mereka di ajang tersebut, sekaligus membuat 'La Fidanzata d Italia' menjadi yang paling sering merengkuhnya.


Kejutan di Liga Champions

Jika berbicara di ranah domestik, tak ada yang kaget bila Juventus kembali merengkuh gelar. Atau malah ada yang sampai bilang, sudah bosan melihat 'si hitam-putih' lagi yang angkat piala. Tapi ceritanya berbanding terbalik bila membahas kompetisi Eropa, khususnya Liga Champions.


Berkaca pada musim sebelumnya, tak ada yang percaya Juventus tiba-tiba bisa sampai ke final. Diketahui pada 2014, untuk lolos dari fase grup saja mereka tak sanggup.


Lolos sebagai runner up grup di bawah finalis sebelumnya, Atletico Madrid, Juventus bertemu Borussia Dortmund pada babak 16 besar. Mereka kemudian melaju dengan kemunggulan agregat 5-1. Korban berikutnya adalah AS Monaco yang tumbang secara agregat, 0-1.


Di semifinal Juventus dihadapkan dengan juara bertahan Real Madrid. Tak dijagokan sama sekali, tapi mereka mampu membuktikan diri lebih baik dari pasukan yang ketika itu ditangani Carlo Ancelotti. Juventus melaju ke final dengan agregat 3-2.


Sayangnya, pada laga puncak Juventus gagal. Mereka dihantam Barcelona 1-3. Itu sekaligus membuyarkan mimpi meraih treble winners.


"Sejatinya ini adalah tahun yang penting bagi kami. Kami hanya terjatuh di partai final, namun itu sungguh periode Liga Champions yang luar biasa. Sayangnya, Barcelona yang mewujudkan itu," sesal Allegri usai kekalahan di final pada Juni lalu.


Bongkar fondasi dan kemunduran

Musim baru menjelang, Juventus merobak hampir separuh skuad. Sejumlah pemain pilar hijrah. Arturo Vidal dan Kingsely Coma dibajak Bayern Munich. Andre Pirlo memutuskan mencoba petualangan baru di MLS bersama NYCFC. Sementara Carlos Tevez yang menjadi mesin gol selama ini tak kuasa menahan hasrat ingin kembali ke kampungnya di Argentina, membela Boca Juniors.


Ada yang hengkang, ada pula yang datang. Mulai dari Sami Khedira, Mario Mandzukic Paulo Dybala, Alex Sandro sampai Hernanes.


Melakukan perubahan besar, maka besar pula risiko yang harus ditanggung. Dan benar saja, di awal musim Juventus melempem. Mereka harus memulai kompetisi dengan dua kekalahan beruntun. Bahkan mereka harus menunggu sampai pekan keempat untuk bisa meraih kemenangan perdana.


Untungnya penampilan buruk di kancah lokal tak terbawa ke Liga Champions. Bergabung di Grup D yang disebut grup neraka, Juventus cukup memuaskan. Mereka dua kali mampu mengalahkan tim papan atas Premier League , Manchester City.


Perlahan tapi pasti, Juventus seiring waktu menemukan bentuk permainan bersama para punggawa anyarnya. Paul Pogba dan Claudio Marchisio bahu-membahu sebagai tumpuan lini tengah. Sedangkan bomber Paulo Dybala terus berkembang dan semakin tajam.


Tujuh kemenangan beruntun diraih Juventus sampai tutup tahun ini. Sempat berada di tepi zona degradasi, tapi mereka sekarang sudah merangsek masuk posisi empat besar dengan cuma terpaut tiga poin saja dari sang pemuncak, Inter Milan.


“Juventus harus memanfaatkan kemajuan performa ini. Ada banyak poin yang masih bisa diperebutkan dan kami harus mengambil langkah dengan tepat," kata Allegri terkait perkembangan timnya baru-baru ini.


"Scudetto masih terbuka. Semua tim mengejar Inter karena mereka favorit juara. Tapi Juventus akan melakukan yang terbaik," tegasnya lagi.


Pada tutup tahun ini, Juventus juga resmi menyandang predikat tim Italia dengan penampilan terbaik sepanjang 2015. Dalam periode tersebut, mereka berhasil mengumpulkan 81 poin hasil dari 24 kemenangan, sembilan hasil imbang, dan enam kekalahan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya