5 Kebiasaan Sehari-hari yang Menyebabkan Burnout pada Wanita

Burn Out Pada Wanita
Sumber :
  • freepik.com/jcomp

VIVA – Perempuan sering kali lebih rentan mengalami burnout, terutama di tempat kerja. Mengapa? Menurut laporan Deloitte 2022, 53 persen perempuan melaporkan mengalami burnout, lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Salah satu penyebab utamanya adalah peran ganda di mana perempuan, terutama ibu bekerja, harus membagi waktu antara karier dan tanggung jawab rumah tangga.

7 Kebiasaan Kecil yang Bisa Membantu Turunkan Berat Badan Saat Liburan Akhir Tahun, Wajib Coba!

Burnout bukan hanya kelelahan fisik, tapi juga mental dan emosional yang bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Artikel ini akan membantu kamu mengenali kebiasaan sehari-hari yang bisa memicu burnout dan bagaimana cara mengatasinya agar hidupmu lebih seimbang dan terhindar dari stres berlebih.

Kebiasaan Sehari-hari yang Menyebabkan Burnout pada Wanita

Mau Hidung Mancung Tanpa Operasi? Coba 10 Cara Alami Ini di Rumah!

Kebiasaan sehari-hari yang terlihat sepele bisa menjadi pemicu burnout jika tidak diatasi. Dalam menjalani hidup yang sibuk, perempuan sering kali tanpa sadar terjebak dalam rutinitas yang membuat mereka kelelahan, baik fisik maupun mental. Berikut adalah lima kebiasaan yang perlu kamu waspadai, karena dapat secara signifikan meningkatkan risiko burnout.

1. Terlalu Banyak Mengambil Tanggung Jawab (Peran Ganda)

Tak Perlu Cat Ulang! 3 Cara Mudah Menghapus Coretan di Dinding Rumah

Wanita sering kali memiliki kecenderungan untuk mengambil banyak tanggung jawab, baik dalam urusan rumah tangga maupun di tempat kerja. Peran sebagai ibu, istri, dan pekerja membuat mereka merasa harus selalu siap sedia memenuhi kebutuhan semua orang di sekitar mereka. Namun, kebiasaan ini justru meningkatkan risiko burnout karena beban yang semakin berat.

Contoh situasi yang sering terjadi adalah ketika seorang wanita bekerja penuh waktu, namun tetap merasa harus mengurus pekerjaan rumah tangga setelah pulang kerja. Akibatnya, tidak ada waktu untuk istirahat yang cukup, dan tekanan terus menumpuk. Jika tidak dikelola dengan baik, kondisi ini bisa berujung pada kelelahan kronis dan bahkan gangguan kesehatan mental yang serius.

Untuk mengatasi ini, penting bagi wanita untuk belajar membagi tanggung jawab dengan orang lain, baik itu pasangan atau anggota keluarga lain, serta menyadari bahwa meminta bantuan bukanlah tanda kelemahan.

2. Kurang Prioritas pada Diri Sendiri

Self-care atau merawat diri sendiri seringkali terabaikan oleh wanita yang sibuk mengurus orang lain. Padahal, menjaga keseimbangan antara kebutuhan pribadi dan orang lain sangat penting untuk mencegah burnout. Tanpa waktu untuk relaksasi dan istirahat yang memadai, tubuh dan pikiran bisa kelelahan, memicu stres berkepanjangan.

Wanita sering merasa bersalah jika meluangkan waktu untuk diri sendiri, meskipun sebenarnya waktu tersebut sangat penting. Kurangnya waktu untuk tidur yang cukup, berolahraga, atau sekadar menikmati hobi pribadi bisa menyebabkan penurunan produktivitas dan energi secara keseluruhan.

Sederhana saja, mulailah dengan memberi prioritas pada kebutuhan dasar seperti tidur dan makan yang teratur. Luangkan waktu setiap hari untuk hal-hal yang disukai, dan jangan ragu untuk mengambil jeda dari rutinitas.

3. Perfeksionisme yang Berlebihan

Perfeksionisme sering kali dipandang sebagai sifat positif, namun ketika berlebihan, justru bisa menjadi pemicu stres dan burnout. Wanita yang perfeksionis sering merasa tidak pernah puas dengan hasil pekerjaan mereka, meskipun sebenarnya sudah mencapai standar yang tinggi. Akibatnya, mereka menetapkan tuntutan yang tidak realistis pada diri sendiri dan terus-menerus mengejar kesempurnaan yang sulit dicapai.

Perfeksionisme juga membuat seseorang sulit merasa santai atau puas dengan pencapaian mereka, karena selalu ada dorongan untuk melakukan lebih baik lagi. Jika tidak segera diatasi, kebiasaan ini bisa menguras energi dan menyebabkan kelelahan mental.

Tips untuk mengatasi perfeksionisme adalah dengan belajar menerima ketidaksempurnaan dan menyadari bahwa hasil yang "cukup baik" sering kali sudah memadai. Fokus pada kemajuan, bukan kesempurnaan, dan beri diri sendiri izin untuk beristirahat.

4. Sulit Mengatakan Tidak

Sulit mengatakan tidak adalah salah satu kebiasaan yang paling umum, terutama di kalangan wanita. Rasa tidak enak hati atau takut mengecewakan orang lain sering kali membuat wanita menerima terlalu banyak tugas atau tanggung jawab, meskipun mereka sebenarnya sudah kewalahan.

Kebiasaan ini dapat menyebabkan peningkatan beban kerja dan stres yang tidak perlu. Pada akhirnya, mereka tidak punya waktu untuk diri sendiri dan merasa terbebani oleh ekspektasi orang lain. Sulit mengatakan tidak juga membuat mereka terjebak dalam siklus kerja berlebihan, yang pada akhirnya berujung pada burnout.

Untuk mengatasi kebiasaan ini, penting untuk belajar mengatakan tidak dengan tegas namun sopan. Ingatlah bahwa menolak suatu permintaan tidak berarti mengecewakan orang lain, melainkan menjaga keseimbangan hidup dan kesehatan diri sendiri.

5. Perbandingan Diri dengan Orang Lain

Perbandingan diri dengan orang lain, terutama di era media sosial, dapat memicu perasaan tidak cukup baik atau tidak sukses. Wanita sering kali membandingkan diri mereka dengan gambaran kehidupan orang lain yang tampak sempurna di media sosial, tanpa menyadari bahwa apa yang dilihat hanyalah sebagian kecil dari kenyataan.

Kebiasaan ini dapat memicu kecemasan, rasa rendah diri, dan penurunan harga diri, yang semuanya berkontribusi pada burnout. Wanita merasa harus bekerja lebih keras untuk mencapai standar yang dipasang oleh orang lain, yang akhirnya membuat mereka kelelahan dan stres.

Cara terbaik untuk mengatasi hal ini adalah dengan fokus pada pencapaian diri sendiri dan tidak terjebak dalam lingkaran perbandingan. Setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda, dan penting untuk menghargai proses serta kemajuan yang sudah dicapai, daripada terus membandingkan diri dengan orang lain.

Setelah membahas lima kebiasaan yang memicu burnout pada wanita seperti mengambil terlalu banyak tanggung jawab, kurang memprioritaskan diri, perfeksionisme, sulit mengatakan tidak, dan perbandingan diri jelas bahwa mengenali dan mengatasi kebiasaan ini sangat penting.

Mulailah dengan perubahan kecil seperti meluangkan waktu untuk diri sendiri, menetapkan batasan, dan menerima ketidaksempurnaan. Langkah ini dapat membantu menjaga kesehatan mental dan fisik. Jangan biarkan burnout berlarut-larut karena dampaknya bisa sangat merugikan.

Yuk, terapkan tips yang sudah dibahas agar hidup lebih seimbang! Jika butuh bantuan lebih lanjut, jangan ragu berkonsultasi dengan profesional. Bagikan artikel ini kepada orang-orang yang mungkin memerlukannya!

Ilustrasi Semangat Bekerja

Ini Dia Soft Skill yang Bikin Anak Magang Langsung Dilirik Perusahaan!

Soft skill penting dalam kesuksesan karier, terutama saat magang. Keterampilan seperti komunikasi, kepemimpinan, kerja tim, dan manajemen waktu sangat dihargai perusahaan

img_title
VIVA.co.id
13 Desember 2024