Chef Ini Bagi Pengalaman Kuliner Indonesia di Jerman

Chef Petty Elliot
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Tasya Paramitha

VIVA.co.id - Beberapa waktu lalu, Indonesia turut berpartisipasi di ajang Frankfurt Book Fair 2015 di Jerman pada 13 hingga 18 Oktober 2015.

Indonesia juga ditetapkan sebagai tamu kehormatan di ajang tersebut, sehingga sebanyak 40 orang delegasi tim kuliner Tanah Air pun berangkat ke Jerman.

Yuk, Jelajahi Kuliner Nusantara di Sini

Dari jumlah tersebut, 25 di antaranya merupakan tokoh kuliner dan juru masak yang namanya tak lagi asing mulai dari William Wongso, Vindex Tengker, Sisca Soewitomo, Bara Pattiradjawane, Bondan Winarno, Ragil Wibowo, Astrid Enricka Dhita, Budi Lee, Petty Elliot, Santhi Serad, dan masih banyak lagi.

Tentu saja, ajang tersebut menyisakan banyak cerita dan prestasi yang membanggakan. Hal itu diungkapkan oleh Petty Elliot, seorang juru masak sekaligus penulis dan konsultan kuliner Indonesia.

Menurut dia, begitu banyak pengalaman unik yang ia dan timnya rasakan di Frankfurt.

"Uniknya, unik banget karena tim kuliner kita dari makanan jalanan ada, sampai bawa gerobak. Tapi tiap chef sudah dialokasikan kerjanya ngapain. Jadi, untuk makanan jalanan itu Chef Ragil. Terus untuk Chef Vindex di salah satu restoran saya lupa namanya, tapi itu di sebelah museum. Saya sama Sandra Djohan ditugaskan masak di dua hotel untuk fine dinning," ungkap Petty saat ditemui VIVA.co.id beberapa waktu lalu di bilangan Kuningan, Jakarta.

Juru masak yang dikenal sebagai perintis hidangan Indonesia modern itu mengatakan, memasak di Villa Kennedy Hotel dan Steigenberger Hotel di Frankfurt menjadi pengalaman yang tak terlupakan baginya.

Ia sempat ditugaskan memasak untuk business lunch di paviliun publisher Indonesia. Kala itu, ia diharuskan memasak sandwich atau roti isi dengan cita rasa Indonesia untuk 200 orang.

Petty juga memasak lima jenis hidangan untuk jamuan makan malam VVIP yang dihadiri 50 orang.

Tiap juru masak dari Indonesia yang telah melakukan persiapan selama satu tahun sebelumnya juga masing-masing mendapat kesempatan untuk melakukan demo masak di Gourmet Gallery.

"Kami juga membawa banyak rempah dan dipamerkan di paviliun Indonesia. Jadi orang masuk ke dalam sudah tercium aroma rempah. Itu sangat memikat banyak orang," kisah Petty.

Sop buntut jadi primadona

Kuliner Indonesia begitu beragam. Lalu, apa kriteria makanan yang dipilih Petty untuk dimasak di ajang tersebut?

"Dari keragamannya. Saya sendiri dari Manado, jadi saya suka mempromosikan makanan Manado. Tapi, saya besar di Jakarta, jadi buat saya keragaman harus balance," ungkap penulis buku Papaya Flower yang terbit 2009.

Untuk canape atau makanan kecil yang ia buat di sana, Petty memilih memasak satai maranggi, rujak dan perkedel Manado dengan sambam dabu-dabu.

Ia juga memasak urap yang presentasinya dibuat modern dan lebih berwarna sebagai salah satu hidangan pembuka. Ayam bumbu Indonesia dimasak bukan dengan cara digoreng, melainkan dimasak perlahan dengan suhu rendah hingga dagingnya empuk.

Ada pula hidangan woku blanga kreasinya yang dimasak menjadi sup. Untuk minuman, Petty memilih menyajikan minuman kunyit asam yang dibuat elegan seperti cocktail.

Meski begitu, hidangan yang menjadi primadona adalah sop buntut buatannya. Hidangan itu bahkan membuat para juru masak dan manajer hotel di sana begitu terpukau.

"Mereka bilang 'wow'. Mereka kagum sekali dengan rasa sop buntut Indonesia. Sop buntutnya sendiri saya buat elegan dan consomme (dengan kuah bening). Saya buat dagingnya nggak ada lemak. Jadi dibuat seperti dumpling. Mereka bilang enak sekali," ujar Petty sambil tersenyum.

Surf n'Turf

Menjajal Nikmatnya Surf n' Turf Olahan Chef Buli

Ia adalah chef kelas dunia.

img_title
VIVA.co.id
28 Juli 2016