Skin DNA Genomic, Tes Penuaan Kulit Wajah dengan Air Liur

Ussy Sulistiawati
Sumber :
  • VIVA/Shalli Syartiqa

VIVA – Masalah kulit biasanya diatasi dengan treatment metode observasi klinis oleh dokter atau menggunakan skin analyzer. Ternyata hal tersebut diklaim hanya bisa melihat kondisi kulit secara makro, tidak bisa memprediksi risiko penuaan pada kulit di masa yang akan datang.

Untuk Perawatan Kulit, Chaty Sharon: Makeup dan Skincare Harus Saling Mendukung

Kemajuan teknologi di dunia kecantikan berhasil menemukan Skin DNA Genomic. Skin DNA Genomic adalah tes untuk mengetahui seberapa besar risiko penurunan produksi kolagen kulit, kerutan muncul, hiperpigmentasi (flek yang muncul di area wajah), dan inflamasi seperti jerawat dan alergi muncul.

Tahapan tes ini cukup sederhana, hanya dengan mengambil sample air liur pasien yang kemudian akan dibawa ke laboratorium di Korea. Hasilnya akan bisa diketahui pasien dalam kurun waktu dua sampai tiga minggu. Tes ini cukup sekali dilakukan seumur hidup. 

Mengenal Lavieen Thulium Fractional Laser, Solusi Terkini untuk Kulit Bersih dan Mulus

Tak hanya itu, tes tersebut mampu memprediksi risiko penuaan pada kulit berdasarkan gen dan merekomendasikan treatment yang lebih tepat, sesuai dengan kondisi gen. Dengan mudah, pasien bisa mendapatkan treatment sesuai kebutuhan dan bersifat personal.

Tes Skin DNA Genomic ini langsung dapat menganalisa kurang lebih 13 gen yang berhubungan dengan penuaan kulit, yang terbagi dalam enam parameter yaitu sistem anti-oksiden, pigmentation, inflammation system, collagen regeneration, wrinkle, dan skin cell regeneration.

Semangat Rayakan Masa Terbaik dan Momentum Cantiknya Perempuan Indonesia

Lalu, perawatan anti-aging apa yang akan dilakukan pasien yang memiliki hasil tes normal?

"Ya kalau hasil dari tes ini normal, terserah pasien mau treatment anti-aging apa saja. Contohnya seperti hasil tes Ussy Sulistiawati ini, untuk kolagen degeneration ini keliatan pengurangan kolagennya. Kalau Ussy normal makanya terlihat awet muda. Ada juga yang risky (berisiko) yang bisa membuat kulit lebih cepat penuaan dini," kata dr. Gaby, selaku founder dan aesthetic doctor dari Youth & Beauty Clinic yang ditemui Kemang Village Malll, Jakarta Selatan, Senin, 10 September 2018.

"Jadi kan bisa tahu perawatan yang tepat apa, seperti perawatan ultera contohnya, atau skin glication. Ussy ini kecederungan kerutnya normal. Antisipasi awal kalau risky, maka perawatannya seperti botoks," sambungnya.

Lantas siapa saja yang bisa menjalani perawatan tes tersebut?

"Tes ini dapat dilakukan di usia masa pubertas dimulai atau sekitar usia 17 tahun ini, upaya pencegahan akan bisa dilakukan dari sekarang. Sedini mungkin dengan tes ini kita bisa mencegah ke depannya. Minimal pakai sunblock kalau misal hasil pigmentasinya very risky. Pakai sunblock kalau bisa yang 50 SPF nya, Anak-anak, ABG, remaja bisa juga dibiasakan pakai sunblock," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya