Bangkrut, Forever 21 Akan Tutup 350 Toko

Forever 21.
Sumber :
  • Bloomberg

VIVA – Retail fesyen kenamaan asal Amerika, Forever 21 mengalami kebangkrutan. Karenanya, mereka berencana merombak bisnis global dengan menutup 300-350 toko mereka, termasuk 178 tokonya di Amerika Serikat.

Pemilik Forever 21 Tak Lagi Jadi Miliarder, Apa yang Terjadi?

Mereka juga berencana untuk keluar dari sebagian besar bisnis internasional mereka yang ada di Asia dan Eropa. Meski begitu, lini pakaian remaja yang kini memiliki 549 toko di AS dan 251 di negara lain, masih akan beroperasi di Meksiko dan Amerika Latin.

Dikutip dari laman CNN, dalam sebuah surat yang ditujukan kepada para pelanggannya akhir pekan lalu, Forever 21 mengatakan bahwa keputusan untuk menutup toko-toko mereka di Amerika akan tetap dilaksakanan, sambil menunggu keputusan dari hasil percakapan dengan pemilik gedung.

Forever 21 Terancam Bangkrut

"Namun kami berharap sejumlah besar toko ini akan tetap buka dan beroperasi seperti biasa, dan kami tidak berharap untuk keluar dari pasar utama di AS," kata perusahaan itu.

Linda Chang, Wakil Presiden Eksekutif Forever 21, melalui rilis pers mengatakan bahwa mengajukan kebangkrutan Bab 11 adalah langkah penting dan perlu untuk mengamankan masa depan perusahaan. Langkah ini akan memungkinkan mereka menata kembali bisnis dan mengatur ulang posisi Forever 21.

Jelang Tutup, Central Neo Soho Kasih Promo Gila-gilaan

Forever 21 menjadi retail fesyen terbaru yang mengalami masalah di tengah maraknya situs belanja online yang menurunkan jumlah kunjungan ke mal dan toko-toko fisik. Utang yang terus meninggi dan biaya sewa juga menjadi beban lain bagi para pelaku retail.

Forever 21 didirikan pada tahun 1984 di sebuah toko kecil Los Angeles oleh imigran Korea Selatan Do Won Chang dan istrinya, Jin Sook. Gerai retail ini berkembang dengan cepat di mal-mal pinggiran kota dengan menghadirkan koleksi pakaian-pakaian basic yang murah bagi gadis-gadis muda.

Perusahaan tersebut mampu mengimbangi cepatnya perputaran fesyen, sehingga dapat menarik banyak pelanggan dengan berbagai model pakaian mereka dibanding dengan yang ada di department store atau merek tunggal.

"Kami mendapatkan barang baru setiap hari. Di sebagian besar toko mal, biasanya satu atau dua hari seminggu. Kami selalu memiliki gaya terbaru," kata seorang manajer toko pada tahun 2001.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya