Permintaan Fashion Ramah Lingkungan Meningkat Selama Pandemi

Ilustrasi fesyen.
Sumber :
  • Pixabay/Markus Spiske

VIVA –  Kondisi pandemi COVID-19 jadi ketidakpastian utama untuk tahun panen 2020. Sementara AS dan ekonomi dunia perlahan pulih, laju pemulihan ekonomi sangat bergantung pada penanggulangan wabah COVID-19.

Membudayakan Gaya Hidup Ramah Lingkungan dengan Panel Surya

Untuk membantu pelaku industri dan mempersiapkan mereka akan perubahan perilaku konsumen selama COVID, CCI juga melakukan survei global U.S Cotton Trust Protocol. Survei ini menemukan bahwa pandemi COVID-19 yang berkelanjutan membuat adanya perubahan dalam perilaku konsumen terkait permintaan produk garmen yang lebih ramah lingkungan.

Sehubungan dengan hal ini, Hank Reichle selaku Chairman Cotton Council International menyampaikan bahwa terdapat optimisme di kalangan pelaku industri garmen global paska ditetapkannya COVID-19 sebagai pandemi. Optimisme tersebut didasari oleh adanya perubahan perilaku konsumen terkait permintaan produk garmen yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Merawat kulit dari Bahan Vegan

Baca Juga: Alasan Mengapa Harga Satu Tas Hermes Bisa Buat Beli Satu Rumah Mewah

Cotton Day 2020

5 Motor Vespa Bersolek di Indonesia Fashion Week 2024

Dalam Webinar "Cotton Day 2020 Leading Through Change: Your Partner for a New World" beberapa waktu lalu, Reichle menyampaikan bahwa dari data survey global U.S.Cotton Trust Protocol terkini, 54 persen pemimpin perusahaan brand garmen dan tekstil mengatakan bahwa mereka telah melihat tuntutan konsumennya akan praktik dan produk yang ramah lingkungan meningkat sejak awal pandemi COVID-19. Berdasarkan data yang sama, 59 persen responden percaya bahwa konsumen akan tetap memprioritaskan harga saat melakukan pembelanjaan.

“Dengan data tersebut, untuk memperkuat optimisme industri tekstil paska pandemi, tentu para pelaku industri tekstil perlu melakukan transformasi industri dengan mengadaptasi tuntutan konsumen terkait produk tekstil yang lebih ramah lingkungan. Hal ini bertujuan untuk terus bisa terus tumbuh, bahkan dapat meningkatkan ekspansi bisnis di level yang lebih luas.” terang Reichle.

Reichle menambahkan bahwa saat ini, berbagai perusahaan di seluruh dunia mencari cara untuk meneruskan program keberlanjutan mereka selama pandemi, berfokus untuk terus berusaha bertahan dengan peningkatan bantuan dari kemitraan luar (62 persen) sampai mereka mampu berinvestasi kembali dalam inovasi baru yang besar. “Lebih dari 62 persen responden survey yang disampaikan para pemimpin perusahaan garmen global menyampaikan bahwa program keberlanjutan produk menjadi fokus utama saat ini. Selain itu, 59 persen responden juga menyampaikan bahwa mereka melakukan transparansi dalam produksi produk yang ramah lingkungan,” terang Reichle.

“Cotton Council International saat ini pun fokus memberikan pendampingan kepada pelaku industri garmen global, termasuk di Indonesia untuk dapat bertransformasi dalam memenuhi perubahan perilaku konsumen paska pandemi ini.” tambahnya.

Berdasarkan survey ini, dapat dilihat bahwa program yang berkelanjutkan telah menjadi fokus dari para pemimpin perusahaan garmen dan pelaku industri lainnya. Oleh karena itu, CCI saat ini juga menempatkan fokus pada pendampingan pelaku industri global, termasuk Indonesia, agar mereka dapat bertransformasi dalam memenuhi perubahan perilaku konsumen setelah pandemi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya