Work From Home Malah Rentan Keputihan, Ini Sebabnya

Ilustrasi wanita/sedih.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Survei di Indonesia menunjukkan bahwa 60 persen perempuan di usia 15-22 tahun alami keputihan. Apalagi, kondisi pandemi yang membuat banyak perempuan lebih banyak aktivitas di rumah cenderung memicu keputihan. Apa sebabnya?

Pakai Bikini Bentuk Alat Kelamin Dijahit, Julia Fox Dikecam

Kondisi keputihan terjadi pada perempuan saat memasuki usia 15 tahun dan menjadi hal yang wajar. Dari data, sebanyak 75 persen perempuan mengakui pernah mengalami keputihan sepanjang hidupnya.   

Baca Juga: Keputihan Akibat Jamur Atau Bakteri, Ini Tandanya

Peradangan Vagina Hingga Seks Menyakitkan, Penelitian Temukan Solusi Atasi Masalah Kewanitaan

Namun, keputihan yang terjadi terlalu sering tentu membuat kaum hawa tak nyaman dan bisa berisiko pada rasa gatal sehingga berdampak infeksi.

Lantas, apa saja pemicu keputihan selama di rumah?

Awas! Meski Nikmat, Posisi Seks Ini Berbahaya dan Berisiko Bikin Penis Patah

Berikut rangkumannya berdasarkan paparan pakar dalam acara virtual bertajuk Healthy Inside and Out bersama Andalan Feminine Care, beberapa waktu lalu.

1. Jarang ganti celana

Photo :
  • Freepik/freepik

Dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi, dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG, menjelaskan bahwa pemicu keputihan sendiri cukup beragam mulai dari iklim lembab di indonesia hingga kebiasaan buruk. Termasuk saat di rumah dan kerap lupa mengganti celana usai beraktivitas yang memicu kelembaban di area intim.

"Karena mereka merasa di rumah itu aman bersih dan sudah nyaman, jadi mereka suka lupa kalau habis olahraga mereka masih memakai legging lanjut kerja di rumah, bisa sampai lembur lupa ganti. Karena mikirnya di rumah, toiletnya juga pakai toilet rumah," tuturnya.

Direkomendasikan agar tak memakai celana ketat jika akan beraktivitas cukup lama. Selain itu, selalu keringkan area kewanitaan usai buang air untuk mencegah kondisi lembab.

2. Berat badan naik

Photo :
  • Pixabay

"Selain itu, beberapa perempuan juga jadi kurang aktif bergerak dan mengalami kenaikan berat badan semasa pandemi ini," kata dr. Dinda.

American Journal of Obstretics & Gynecology tahun 2019 menyebutkan bahwa perempuan yang tidak aktif bergerak dan memiliki Body Mass Index (BMI) yang tinggi berpeluang terkena Bacterial Vaginonis (BV) 30,4 persen lebih tinggi daripada perempuan dengan BMI yang rendah. BV ditandai dengan keputihan abnormal, gatal-gatal serta bau tidak sedap pada vagina.

Untuk itu, selama pandemi sebaiknya tetap menjalankan pola makan sehat dan seimbang dengan mencari jenis asupan nutrisi yang tepat dan porsi yang pas. Hindari juga terlalu lama duduk atau diam, coba sesekali bergerak agar memangkas lemak di tubuh.

3. Stres

Photo :
  • Freepik/cookie_studio

"Ditambah dengan stres yang semakin memicu permasalahan pada area kewanitaan," jelasnya.

Berbicara tentang stress, sebuah jurnal dari National Library of Medicine tahun 2020 menyebutkan bahwa stress meningkatkan peluang terhadap infeksi jamur candida pada vagina yang berulang atau biasa disebut Recurrent Vulvovaginal Candidiasis (RVVC), yang juga akan berpengaruh pada kualitas kesehatan seksual dari perempuan.

Maka, disarankan untuk tetap menjalankan rutinitas yang baik seperti bangun pagi, makan di waktu yang tepat, serta bekerja secukupnya. Istirahat dengan durasi tidur 7-8 jam, sebab kurang tidur atau berlebihan malah membuat ritme tubuh kurang baik.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya