Modal Rp11 Juta, Bidan Samarinda Sukses Bisnis Skincare di Usia Muda

Duwi Wahyuni.
Sumber :
  • Instagram @yunieadiwidjaya

VIVA – Samarinda, Kalimantan Timur terkenal sebagai kota dengan sumber daya alam melimpah. Mata pencaharian warganya didominasi pedagang dan pekerja perusahaan tambang. Namun, kota itu juga menjadi saksi lahirnya seorang pengusaha wanita muda yang sukses di bisnis skincare, Duwi Wahyuni.

Makin Naik Daun, Brand Lokal Produk Kecantikan Kian Diminati

Wanita 29 tahun itu kini merupakan pemilik BD Yuni Esteticare, Bderma Beauty serta Klinik Bderma Beauty. Namun, jauh sebelum menjadi sukses seperti sekarang, usahanya itu ia bangun hanya bermodalkan uang sakunya.

Bidan Yuni, begitu ia biasa disapa, dulu hanya hobi memakai produk skincare. Dari hobi tersebut, ia mencoba membuka usaha kecil-kecilan produk skincare kosmetik sambil menjalani semester akhir kuliah kebidanannya pada 2012 lalu.

Kisah Inspiratif Yunna Mercier, di Balik Brand Skincare Lokal

Berbekal Rp11 juta hasil menyisihkan uang sakunya, Yuni menjual produk itu pada teman-temannya di Samarinda. Tak disangka, usahanya laku keras, membuatnya semakin bersemangat terus menjalani usaha kecil-kecilan sampai lulus kuliah hingga bekerja sebagai bidan di salah satu rumah sakit di Samarinda.

“Jadi awalnya enggak yang langsung membuat brand saat itu. Usaha kecil-kecilan dulu,” ungkap Yuni dalam unggahan di Instagramnya, @yunieadiwidjaya, dikutip Minggu, 29 Agustus 2021.

5 Dampak Buruk Stres Buat Kesehatan Kulit, Penuaan Dini Hingga Bikin Kusam

Kala itu ia pun berpikir untuk membuat produknya sendiri. Ia diberi tahu seorang dokter di rumah sakit bahwa di Surabaya, Jawa Timur, ada sebuah sekolah estetika yang bisa membantinya membuat produk skincare sendiri.

Yuni pun akhirnya menempuh sekolah ilmu estetika dan setelah lulus, ia akhirnya bisa memproduksi produk skincare sendiri dengan label BD Yuni Esteticare, yaitu krim wajah dan body lotion.

Saat meluncurkan produknya, ia mengaku terbantu karena masih memiliki database pelanggan lama waktu ia menjual skincare kosmetiknya. Hal itu memudahkan brand dan produknya diterima masyarakat Samarinda.

“Apalagi setelah punya nomor BPOM dan melakukan berbagai strategi marketing, salah satunya endorsement, alhamdulillah BD Yuni Esteticare dikenal sampai seluruh
Indonesia,” ucapnya.

Salah satu kunci sukses wanita kelahiran 10 Mei 1992 itu adalah memiliki passion besar di bidang kecantikan dan estetika yang ia geluti, khususnya di produk skincare dan kosmetik. Passion itulah yang terus membuatnya semangat dalam bekerja dan tidak mudah menyerah bila ada masalah.

Ia pun membeberkan salah satu tantangannya dalam membangun bisnis tersebut.

“Karena namanya bisnis, itu banyak tantangannya. Kaya saya waktu ditegur BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), di mana produk saya harus punya izin BPOM itu bikin saya down. Saya enggak tahu waktu itu, kalau (menjual produk skincare) harus ada teregistrasi di BPOM. Tapi karena memang passion di bidang ini, saya jalani. Enggak berhenti,” jelas Yuni.

Bisnis Yuni ini juga telah membantu memberdayakan perempuan di Indonesia lewat program reseller dan agen. Saat ini, Yuni sudah memiliki 46 reseller di seluruh Indonesia dan tiga agen di Jakarta, Surabaya dan Berau.

“Dan itu semua perempuan dan mereka sudah merasakan manfaatnya. Sampai-sampai ada yang bisa beli rumah dari sana,” ujar Yuni.

Lebih lanjut, baginya, membangun usaha bukan melulu soal menjual produk supaya laku dan meraup untung sebanyak-banyaknya. Namun, bagaimana para konsumennya bisa repeat order. Itulah alasannya ia selalu memetingkan kualitas produknya.

“Nah, kalau dicek produk saya itu saya hanya pakai produk premium dan aman. Agar hasilnya bagus. Dan konsumen puas lalu repeat order lagi yang akhirnya reseller-agen senang. Inilah yang membuat BD Yuni Esteticare berkembang saat ini, dan bahkan menopang semua bisnis- bisnis lain yang ada sekarang,” kata Yuni yang juga baru merilis bisnis coffee shop yang bernama Success Coffee.

Di tengah kondisi pandemi COVID-19, Yuni juga tetap optimis produknya diterima baik oleh masyarakat Samarinda dan Indonesia. Menurutnya, hal itu karena produk skincare sudah menjadi kebutuhan pokok bagi para wanita dan permintaannya tidak berkurang.

Namun, transaksinya kini berubah menjadi online. Tentunya, hal ini memengaruhi strategi marketing, yang sekarang difokuskan ke digital.

Meski begitu, ia mengakui bahwa saat awal pandemi, penjualannya sempat menurun hingga 50 persen.

“Saya optimis. Karena saya lihat yang berubah cara membelinya saja yang menjadi online. Dulu, di awal pandemi memang penjualan sempat turun sampai 50 persen. Tapi, kalau sekarang alhamdulillah, sudah stabil,” tutupnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya