Apa Itu Body Shaming? Dampaknya pada Kesehatan Mental dan Cara Menghadapinya
- freepik.com
VIVA – Kamu pernah mendengar istilah "body shaming"? Body shaming, atau perilaku menghina fisik seseorang, sudah menjadi masalah besar, apalagi di era media sosial. Baik disengaja maupun tidak, komentar negatif tentang bentuk atau ukuran tubuh seringkali dilontarkan dengan mudah, seolah itu hal biasa. Masalah ini semakin terasa di Indonesia, di mana budaya “bercanda” tentang tubuh sering dianggap wajar. Namun, efeknya bisa sangat merusak.
Bayangkan, ketika kita terus-menerus dibandingkan dengan standar kecantikan yang tidak realistis, tekanan untuk tampil sempurna bisa menghantui. Setiap komentar yang seharusnya lelucon, bisa menjadi luka yang menyakitkan. Ini bukan hanya tentang fisik, tetapi juga tentang mental. Tekanan dari body shaming dapat memicu gangguan harga diri, kecemasan, bahkan depresi.
Tapi, ada kabar baik. Dengan memahami apa itu body shaming, serta dampaknya, kita bisa mulai melindungi diri dan orang lain. Yuk, kita bahas lebih lanjut bagaimana cara menghadapinya!
Apa Itu Body Shaming?
Body shaming adalah perilaku mengkritik atau merendahkan seseorang karena penampilan fisiknya. Ini bisa berupa komentar langsung seperti, "Kamu kok gendutan sekarang?" atau bahkan sindiran halus seperti, "Pakai baju hitam, biar keliatan kurus, ya?"
Body shaming terjadi di mana saja baik di kehidupan nyata maupun di dunia maya. Di media sosial, orang dengan mudah memberikan komentar tentang penampilan seseorang tanpa memikirkan dampaknya. Fenomena ini sering kita temui di Indonesia, khususnya ketika selebriti atau public figure mendapat komentar pedas dari netizen.
Contoh paling sering adalah ketika seseorang memposting foto di media sosial, dan tiba-tiba ada komentar yang menyinggung soal berat badan, warna kulit, atau bentuk tubuhnya. Bukan hanya terjadi pada wanita, pria pun sering kali menjadi korban body shaming.
Body shaming bisa mencakup berbagai jenis kritik yang terkait dengan penampilan fisik, seperti:
1.Mengkritik berat badan seseorang
Ini adalah bentuk body shaming yang paling umum. Orang yang dianggap terlalu gemuk atau terlalu kurus sering kali menjadi sasaran komentar negatif. Misalnya, "Kok kamu nggak pernah diet?" atau "Makanlah yang banyak biar lebih berisi!" Kedua komentar ini, meskipun terdengar biasa saja, sebenarnya termasuk body shaming karena memaksakan standar tubuh tertentu pada orang lain.
2.Komentar tentang bentuk tubuh
Kritik yang lebih spesifik terkait dengan bentuk tubuh, seperti perut, pinggul, paha, atau bahkan wajah, juga termasuk body shaming. Contohnya, "Paha kamu besar banget, deh!" atau "Kenapa muka kamu bulat banget sekarang?" Ini adalah contoh komentar yang mungkin terdengar "sederhana," tetapi bisa sangat menyakitkan bagi yang menerima.
3.Mengejek atau merendahkan warna kulit
Di Indonesia, body shaming juga sering kali berkaitan dengan warna kulit. Misalnya, seseorang yang memiliki kulit lebih gelap mungkin mendengar komentar seperti, "Kamu makin hitam, sih. Pakai pemutih aja!" Ini mencerminkan standar kecantikan yang menilai kulit cerah sebagai yang ideal, padahal setiap warna kulit itu indah dan unik.
4.Kritik terhadap tinggi badan
Baik mereka yang dianggap terlalu pendek maupun terlalu tinggi, sering kali menjadi sasaran body shaming. Komentar seperti "Kamu pendek banget, sih!" atau "Tinggi kamu nggak proporsional sama badan!" juga termasuk body shaming, karena mengkritik sesuatu yang tidak dapat diubah oleh individu.
5.Perbedaan fisik atau disabilitas
Body shaming tidak terbatas pada penampilan fisik umum saja. Orang yang memiliki perbedaan fisik atau disabilitas seringkali menjadi target body shaming. Misalnya, seseorang yang menggunakan alat bantu berjalan atau memiliki bekas luka mungkin diejek atau direndahkan karena perbedaan mereka. Ini tidak hanya menambah beban fisik, tetapi juga tekanan psikologis yang besar.
Body shaming dapat dilakukan secara verbal maupun non-verbal. Secara verbal, pelakunya bisa secara langsung mengkritik atau membuat lelucon tentang tubuh seseorang. Secara non-verbal, tindakan body shaming dapat terjadi melalui isyarat atau ekspresi yang merendahkan, seperti melirik seseorang dari atas ke bawah dengan cara menghina, atau menunjukkan ketidaknyamanan ketika melihat tubuh yang dianggap "tidak sesuai standar."
Dampak Body Shaming pada Kesehatan Mental
Body shaming tidak hanya memengaruhi fisik seseorang, tetapi juga berdampak serius pada kesehatan mental. Berikut beberapa dampak yang bisa ditimbulkan oleh body shaming:
1.Gangguan Harga Diri (Self-Esteem)
Salah satu dampak utama dari body shaming adalah penurunan harga diri. Korban body shaming sering merasa bahwa mereka tidak cukup baik atau tidak layak karena tubuh mereka tidak memenuhi standar kecantikan yang dipaksakan oleh masyarakat. Di Indonesia, standar kecantikan yang sangat sempit, seperti kulit cerah dan tubuh langsing, membuat banyak orang merasa rendah diri jika tidak memenuhi ekspektasi tersebut. Komentar yang berulang tentang penampilan fisik bisa membuat seseorang mulai meragukan nilai diri mereka.
2.Kecemasan dan Depresi
Body shaming sering kali memicu gangguan kecemasan dan depresi. Orang yang terus-menerus menerima kritik atau hinaan tentang tubuh mereka mungkin merasa malu, tidak nyaman, dan takut untuk berinteraksi sosial. Mereka mungkin mulai menarik diri dari pergaulan atau bahkan merasa tidak layak mendapatkan kebahagiaan. Di Indonesia, di mana budaya media sosial sangat kuat, tekanan ini sering kali dirasakan oleh anak muda yang merasa harus tampil "sempurna" di depan umum.
3.Body Dysmorphic Disorder (BDD)
Body Dysmorphic Disorder (BDD) adalah gangguan mental di mana seseorang sangat terobsesi dengan kekurangan tubuhnya, meskipun kekurangan tersebut mungkin tidak terlihat oleh orang lain. Body shaming dapat memicu atau memperparah BDD, di mana korban merasa ada sesuatu yang salah dengan tubuh mereka dan berusaha terus-menerus memperbaikinya, bahkan hingga melakukan operasi kosmetik atau diet ekstrim.
4.Tekanan Sosial dan Isolasi
Selain gangguan mental, body shaming juga sering kali membuat korban merasa terisolasi dari lingkungannya. Ketika seseorang terus-menerus mendengar komentar negatif tentang tubuh mereka, mereka mungkin merasa malu atau tidak nyaman berada di tempat umum. Hal ini membuat mereka menarik diri dari interaksi sosial dan lebih memilih untuk menyendiri, yang dapat memperburuk masalah kesehatan mental mereka.
Body Shaming di Indonesia: Mengapa Ini Masalah yang Serius?
Di Indonesia, body shaming sering kali dianggap sebagai "lelucon" yang tidak berbahaya. Komentar seperti, "Kok gendutan?" atau "Eh, kulit kamu makin hitam!" sering terdengar di pergaulan sehari-hari. Meski niatnya mungkin hanya bercanda, dampaknya bisa sangat menyakitkan, terutama jika dilakukan berulang kali.
Budaya masyarakat Indonesia yang kerap mengomentari penampilan orang lain membuat body shaming semakin lazim. Bahkan dalam acara keluarga atau pertemuan dengan teman-teman, komentar-komentar seperti ini dianggap hal biasa. Sayangnya, banyak orang tidak menyadari bahwa komentar tersebut dapat berdampak negatif pada kesehatan mental seseorang.
Selain itu, media dan iklan di Indonesia sering kali menampilkan standar kecantikan yang tidak realistis. Tubuh yang dianggap "ideal" adalah yang langsing, kulit putih, dan fitur wajah yang simetris. Standar-standar ini membuat banyak orang merasa tidak cukup baik jika tidak sesuai dengan gambaran tersebut, sehingga memicu body shaming, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Cara Menghadapi Body Shaming
Menghadapi body shaming memang tidak mudah, tetapi ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk melindungi diri:
1.Membangun Self-Acceptance
Langkah pertama untuk menghadapi body shaming adalah belajar mencintai diri sendiri. Terimalah bahwa setiap orang memiliki bentuk tubuh yang berbeda, dan tidak ada yang salah dengan itu. Fokuslah pada hal-hal positif dalam dirimu, dan jangan biarkan standar kecantikan yang sempit menghalangi kamu untuk merasa bahagia dengan dirimu sendiri.
2.Mengelola Komentar Negatif
Ketika menerima komentar body shaming, cobalah untuk tetap tenang. Kamu bisa memilih untuk tidak menanggapi atau memberikan respon yang menunjukkan bahwa kamu tidak terpengaruh. Misalnya, kamu bisa berkata, "Saya nyaman dengan diri saya sendiri." Jika komentar tersebut berasal dari orang terdekat, jangan ragu untuk berbicara secara jujur bahwa komentar mereka menyakitkan dan tidak pantas.
3.Membangun Komunitas yang Mendukung
Dikelilingi oleh orang-orang yang mendukung sangat penting dalam menghadapi body shaming. Cari teman atau komunitas yang memahami dan mendukungmu tanpa menghakimi penampilan
Body shaming adalah masalah serius yang dapat merusak kesehatan mental dan kepercayaan diri seseorang. Di Indonesia, komentar tentang penampilan fisik sering kali dianggap wajar, padahal dampaknya bisa sangat berbahaya. Dari rasa tidak percaya diri hingga depresi, body shaming memengaruhi kualitas hidup banyak orang.
Namun, kita semua punya peran penting dalam menghentikan siklus ini. Mulailah dari diri sendiri dengan menerima dan menghargai perbedaan bentuk tubuh setiap orang. Dengan lebih sadar akan dampak dari perkataan kita, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih positif dan mendukung. Ingat, setiap tubuh itu unik dan berharga. Mari hentikan body shaming dan dorong budaya cinta diri serta penerimaan di masyarakat!