Mengulik Keindahan Ragam Wastra Sulawesi

Ragam Wastra Sulawesi
Sumber :
  • VIVA/Linda Hasibuan

VIVA.co.id – Pulau Sulawesi memiliki keragaman wastra yang sangat besar. Hal ini ditinjau dari segi teknik hias maupun bahan dasarnya.

Kain Tradisional Koffo dari Sangir Talaud yang Kian Punah

Berbagai teknik hias wasta ditemukan di Sulawesi mulai dari tenun sederhana, ikat lungsi, ikat pakan, ikat gabungan, pakan tambahan, tapestri, rintang warna, lukis, hingga sulaman.

Variasi wastra yang paling besar dijumpai berada di Sulawesi Selatan yakni Bugis. Wastra tersebut terbuat dari sutera berwarna cerah dengan menggunakan teknik tenun pakan tambahan.

Itang Yunasz Persembahkan Busana Muslim dari Kain Tenun

Teknik tersebut juga pernah dibuat di sekitar Pulau Bira dan Selayar yang diaplikasikan pada selimut berukuran besar yang disebut Kalimbu Gambara Subi. Terdapat wastra sakral yang digunakan untuk upacara adat oleh masyarakat Toraja, seperti Sarita dan Ma'a di mana pembuatannya menggunakan teknik rintang warna dan cap dari kayu.

Selain itu, ada pula Roto yang dibuat dengan teknik jumputan dari bahan kapas pintal tangan dan pewarna alam. Uniknya, masyarakat di pedalaman Sulawesi Tengah tidak mengenal teknik menenun sehingga mereka membuat wastra dari kulit kayu dengan cara ditempa menggunakan alat pemukul dari kayu dan dihiasi oleh lukisan tangan.

Jeno NCT Ulang Tahun ke-24! Fakta Menarik Sang 'Kapten' NCT yang Jarang Diketahui

"Wastra yang ada di Sulawesi memiliki banyak ragam dan tidak bisa disebutkan jumlahnya. Kebanyakan orang lebih mengenal wastra dari Sulawesi karena bahannya yang terbuat dari sutera tapi di beberapa kota ada juga menggunakan material dari kulit kayu dengan teknik berbeda," ujar Neneng Iskandar, Wakil Ketua Himpunan Wastraprema, saat ditemui pada acara 40 tahun Himpunan Wastraprema Museum Tekstil Jakarta kepada VIVA.co.id, Sabtu, 14 Mei 2016 di kawasan Jakarta Pusat.

Dalam perkembangannya, masyarakat Bugis yang menetap di Donggala mengembangkan tenun Bugis yang disesuaikan dnegan lingkungan setempat. Berbeda dari daerah lain, tradisi menenun di Sulawesi Utara cepat sekali menghilang.

Teknik ikat lungsi dan lompat lungsi pernah dibuat di Sulawesi Utara hingga akhir abad ke-19. Kemudian untuk kepulauan Sangir - Talaud pernah membuat wastra yang ditenun dari serat pisang dengan teknik tenun sederhana dan pakan tambahan hingga abad ke-20.

http://media.viva.co.id/thumbs2/2016/05/14/5736cc06817ef-ragam-wastra-sulawesi_663_382.JPG

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya