Warung Mualaf Tionghoa Jual Makanan Cuma Rp3.000an

Warung Podjok Halal milik Jusuf Hamka
Sumber :
  • VIVA.co.id/Bimo Aria

VIVA – Meski jarum jam baru menunjukkan pukul 11.10 WIB, sejumlah pengendara ojek online, telah antre menunggu Warung Nasi Kuning Podjok Halal dibuka. Mereka menunggu warung yang menawarkan nasi kuning lengkap dengan lauk seharga Rp3.000, itu buka.

Tebar Berkah Ramadan 1445 H, Mandiri Group Santuni 57.000 Anak Yatim dan Duafa

"Wah belum buka ya pak?" tanya Sulaiman, seorang pengendara ojek online kepada seorang pria yang menunggui warung tersebut.

"Sebentar lagi mas, jam 11.30 ya tunggu orang dari kantornya dulu," jawab Budi, pria yang menunggui warung tersebut.

Kisah Mualaf Ibu dari Crazy Rich Surabaya Gegara Melihat Orang Islam Lakukan Ini

Sejak beberapa hari lalu, warung tenda yang berada di Jalan Yos Sudarso, atau tepatnya di pintu masuk PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP) Tbk ini viral. Warung tersebut disebut-sebut menawarkan makanan murah bagi kalangan tidak mampu.

Dalam sebuah spanduk yang terpampang tertulis, Khusus kaum fakir dan duafa. Meski demikian, warung yang digagas oleh seorang mualaf keturunan Tionghoa bernama Jusuf Hamka, tidak pernah menolak siapa pun yang datang untuk makan.

Terpopuler: Philippe Troussier Mualaf, Timnas Portugal Keok dengan Cristiano Ronaldo

"Silakan saja kalau dia mau, yang penting di sini ditulis untuk kaum duafa. Kalau memang dia mau dianggap kaum duafa, silakan saja, kami layani kok. Kami dapat pahalanya saja, itu yang saya percaya," kata Jusuf Hamka yang juga merupakan komisioner independen PT CMNP Tbk kepada VIVA, Senin 12 Februari 2018.

Ide menggagas Warung Podjok Halal sendiri bermula sejak bulan Ramadhan tahun lalu. Setiap harinya, PT CMNP selalu membagikan takjil gratis kepada setiap orang atau pun pengendara yang melintas di Jalan Yos Sudarso, Jakarta Utara.

"Itu kami bisa kasih gratis sampai 500-an. Kadang yang agak lucu yang naik mobil, dan saya tahu itu non-Muslim juga ikut antre, ada juga yang naik motor hp-nya dua, tiga juga ikut antre. Terus mau ditegur, saya bilang jangan. Kami mah enggak ada masalah, dia mau makan yang penting pahalanya buat kami," tutur Jusuf.

Kian hari niatnya untuk berbagi kepada sesama pun makin kuat. Tepat di ulang tahunnya ke-60, Jusuf semakin memantapkan niatnya. Tujuannya satu, membantu mereka yang tidak mampu.

"Saya berpikir, setiap hari kenikmatan saya peroleh,  masa kita enggak mau berbuat baik setiap hari. Rezeki yang kita miliki ini kalau kita simpan kan bukan buat kita punya, tapi kalau diamalin akan buat kita, ya sudah kita amalin," kata dia.

Warung Podjok Halal milik Jusuf Hamka

Tidak ambil untung

Sejak dibuka pada 6 Februari lalu, hampir setiap harinya Warung Podjok Halal menyediakan sekitar 1.000 porsi. Hanya saja masih banyak yang belum tahu keberadaan warung tersebut, sehingga hanya sekitar 10 pembeli pada hari pertama.

"Saya sempat frustrasi waktu buka cuma laku 10. Dagang rugi saja susah, apalagi dagang untung. Terus ada beberapa teman, saya bilang tolong, kita mau dagang rugi saja susah, kita mau bantu saudara kita," katanya.

Setelah itu, kian hari makin banyak yang tahu tentang keberadaan warungnya. Komentar yang datang pun sangat positif. Ketika memulai usaha warung tersebut, dia mengaku tidak ambil untung sama sekali. Bahkan untuk modalnya, dia merogoh kocek pribadinya hingga Rp10 juta.

"Kami enggak ada untung. Kalau memang tidak punya duit, enggak usah bayar. Atau kalau bawa anak dua atau tiga, anaknya enggak punya duit, enggak apa-apa atau datang tiga, bayar satu enggak apa-apa. Sudah bismillah saja, yang penting cari berkahnya," ucap Jusuf.

Baca juga:

Cerita Romantis Wanita Jatuh Cinta dengan Gelandangan

Bocah 7 Tahun Jadi Pelatih Yoga, Pendapatannya Rp216 Juta

Dia juga berharap bahwa semua yang dilakukannya mampu menginspirasi dan mengetuk hati pengusaha lainnya untuk turun dan membantu sesama. Menurutnya, untuk membantu tidak perlu sebuah seremonial besar-besaran. Hal yang terpenting baginya ialah konkret dan bisa menyentuh orang banyak.

"Harapannya warung ini menjadi suatu model dari pengusaha yang biasanya menyalurkan bantuannya hanya di depan pejabat, mending langsung pada rakyat, konkret dan langsung mengena, yang menikmatinya banyak, manfaatnya banyak," kata dia.

Tidak hanya ditiru oleh mereka yang beragama Islam, ia pun berharap hal yang dilakukannya juga bisa dilakukan orang lain tidak peduli apa pun agamanya.

"Mudah mudahan bisa ditiru sama non-Muslim, kadang mereka ingin menyalurkan tapi takut-takut, makanya harus kita bantu, kita dorong, karena (if) we never try, we never know," kata dia. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya