Suka Duka Pelaku Perkawinan Campur Beda Negara

Juliani W. Luthan
Sumber :
  • VIVA.co.id/Bimo Aria

VIVA – Bicara urusan hati, memang sulit ditebak. Tak ada yang pernah tahu pada siapa kita akan jatuh cinta dan menjalani hidup bersama.

Kisah Mualaf Ibu dari Crazy Rich Surabaya Gegara Melihat Orang Islam Lakukan Ini

Kiranya ini, yang dialami oleh Juliani W. Luthan. Tak sedikitpun dibenaknya terpikir akan menikah dengan warga negara asing (WNA) hingga kini usia perkawinannya menginjak seperempat abad.

Ani, sapaan akrabnya, tak pernah menyangka bahwa ia akan jatuh cinta dengan seorang laki-laki berkewarganegaraan Jepang. Pria itu tidak lain adalah mahasiswa dari sang ayah, yang kala itu tengah bertugas di Jepang.

Kisah Inspiratif Cristiano Ronaldo dari Masa Kecil yang Sulit Menuju Puncak Kejayaan

"Terus terang tidak membayangkan dia akan merantau (ke Indonesia) dan pada saat itu enggak naksir. Jadi saya sama-sama mahasiswa, kita ketemu, dia lulus dilalah (tiba-tiba) ditugasin. Siapa yang pernah membayangkan jauh banget, tapi kemudian dia merantau ke sini meninggalkan keluarga di sana," tutur Ani saat ditemui saat perayaan Dasawara Masyarakat Perkawinan Campuran di Double Tree Hilton, Jakarta Pusat, Rabu 11 April 2018.

Awalnya tidak ada yang tahu keduanya menjalin hubungan percintaan. Ani sendiri mengungkapkan bahwa mereka menjalin hubungan diam-diam tanpa diketahui orangtuanya. Namun demikian, sejak awal Ani sudah paham akan konsekuensi menikah dengan WNA, terutama dalam hal agama. Keluarganya yang cukup konservatif, membuat masalah agama menjadi perhatian penting sebelum melanjutkan hubungan yang lebih serius.

Hebat, Sosok Mazhab Fiqih Ini Bisa Khatam Al-Quran Hingga 60 Kali Selama Ramadhan

"Saya sampaikan, saya Muslim, tidak mungkin menikah dengan yang berbeda agama. Bagi saya Muslim adalah harga mati. Makanya kalau mau serius, dia harus convert ke Islam. Buat kami perempuan Muslim kalau mau punya imam harus yang seiman," kata Ani yang juga Ketua Perca Indonesia.

Waktu itu, dia menuturkan, kekasihnya tersebut mengaku serius dan mau pindah keyakinan.

"Dia bilang, 'Saya mau serius maka saya akan convert ke Islam, kalau memang enggak serius pasti sudah cari perempuan lain," ujar Ani mencontohkan omongan kekasihnya kala itu.

Juliani W. Luthan

Tapi tantangan tidak berhenti di situ. Keluarga besarnya tentu saja kaget dengan pilihannya untuk menjalin hubungan serius dengan WNA. Kekhawatiran dan sejumlah pertanyaan pun datang dari orangtuanya.  

"Itu yang paling enggak gampang. Kalau dari pengalaman pribadi, keluarga tidak menyetujui, kaget kenapa kok pilih orang asing kan ada perbedaan culture, kemungkinan dibawa pergi dan agama," kata Ani.

Namun setelah memberikan pengertian dan berkomunikasi dengan keluarganya, ia akhirnya diizinkan untuk menikah dengan laki-laki Jepang yang kini telah memberinya satu putra.

Belajar Arti Toleransi

Dari perkawinannya itu, dia jadi paham dan mengerti arti saling menghargai dan bertoleansi. Kian hari, pikiran Ani pun mulai terbuka dan lebih mudah menerima perbedaan dalam pernikahan beda warga negara.

"Ini jadi ajang untuk belajar saling mengerti, untuk membuat hati kita terbuka, jadi membuat kita semakin imbang juga, menguatkan kehidupan secara spiritual," katanya.

Hal yang sempat membuatnya kaget adalah soal perayaan Hari Raya Idul Fitri. Itu menjadi pelajaran tersendiri untuk suaminya dalam melihat dan memahami budaya masyarakat Indonesia yang erat dengan keluarga lainnya. Berbeda dengan keluarga suaminya yang hanya dekat dengan keluarga inti.

"Itu awalnya asing buat dia, karena dia kan enggak biasa seperti itu, tapi makin lama dia makin beradaptasi dan makin menerima," ucapnya, yang kini telah menerima dan mengetahui budaya masing-masing. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya