Daliana Suryawinata: 3 Konsep untuk Kampung Modern Indonesia

Daliana Suryawinata
Sumber :
  • Instagram SHAU

VIVA – Profesi sebagai arsitek, biasanya identik dijalani kaum lelaki. Namun, bukan berarti, wanita tak bisa sukses menapaki karier di dunia arsitek. Hal ini, dibuktikan oleh Daliana Suryawinata. Dari buah pikirannya, dia bisa menciptakan sejumlah bangunan megah dengan desain luar biasa.

Kepemimpinan Perempuan di BUMN dan Cara BKI Lanjutkan Semangat Kartini

Wanita kelahiran Jakarta ini pun bercerita, awalnya, tak ada keingian baginya untuk terjun di dunia arsitek. Ia hanya tertarik menjadi seorang ilustrator. Tapi siapa sangka, ketika akhirnya memilih menjadi arsitek, ia justru meraih prestasi cemerlang. Dan kini, dia sukses menjadi arsitek urban planner.

"Awalnya saya ingin menjadi seorang komikus atau illustrator, sayangnya pada tahun 1998 saya tidak memiliki uang cukup untuk kuliah di luar negeri, akhirnya saya mengambil jurusan arsitektur UNTAR (Universitas Tarumanegara) di mana saya lulus dengan nilai memuaskan," ujarnya saat berbincang dengan VIVA lewat surat elektronik beberapa waktu lalu.

Harmoni Energi Sehat Menyuarakan Pesan Kesetaraan dalam Pelayanan Kesehatan

Bersyukur saat kuliah, dia juga mendapatkan keringanan biaya. Dan, walaupun profesi sebagai arsitek ini bukanlah cita-cita terpendamnya, namun Daliana dapat melihat bahwa profesinya sebagai arsitek justru lebih bermanfaat untuk banyak orang.

Terpopuler: 5 Minuman Hambat Penurunan Berat Badan, 100 Wanita Rayakan Hari Kartini di Puncak Gunung

"Beruntung saya bertemu dengan beberapa dosen yang membuka pikiran saya mengenai luasnya dunia arsitektur. Mengajarkan bahwa masih sedikit kesadaran perlunya desain bangunan yang baik, membuat saya lebih gigih untuk membuktikan bahwa arsitektur dapat memberikan kehidupan yang lebih baik," ucapnya.

Pada tahun 2003 Daliana berangkat ke Rotterdam,  Belanda untu studi S2-nya di Berlage Institute.
Setelah lulus dari Berlage Institut, Daliana berusaha mendapatkan paspor kerja di Belanda, dan membuktikan dia dapat menjadi arsitek yang dapat membuat bangunan-bangunan dengan desain yang baik.

Daliana bekerja di perusahaan konsultan arsitek dan rancang kota ternama di Belanda yaitu Office for Metropolitan Authorities (OMA), MVRDV, dan USH. Daliana memilih bekerja di kantor ternama untuk mempelajari hal-hal penting yang tak bisa ditemukan di kantor biasa.

Berada di Belanda selama 11 tahun membuat Daliana semakin sadar kalau arsitektur tak hanya sekadar merancang bangunan saja, tapi harus bisa terintegrasi dengan kehidupan masyarakat setempat. Semua orang, tua-muda, kaya-miskin, punya kesempatan yang sama untuk menikmati karya seni arsitektur yang indah.

Beruntung pula, saat berada di Belanda, dia bertemu dengan seorang arsitek Jerman, Florian Heinzelmann yang kini menjadi pasangan hidupnya. Mereka bahkan kompak bekerjasama menjadi pendiri dari jasa arsitektur yang mereka namakan dengan Suryawinata Heinzelmann Architecture and Urbanism (SHAU).

Pada tahun 2012 ia dan suaminya hijrah kembali ke Indonesia karena mendapatkan tugas untuk mendesain Rumah Susun Nelayan berbasis konsep 'kampung vertikal' di Muara Angke untuk DKI Jakarta yang ketika itu dipimpin oleh Jokowi Dodo dan Basuki Tjahaja Purnama. Beberapa karya lainnya di Indonesia adalah Alun-Alun Cucendo, Microlibrary Bima, Taman Film, Mid & High Rise Apartemen di Bandung dan Bekasi, serta masih banyak lagi.

Meski sukses menciptakan banyak bangunan yang artistik, namun, ia merasa menjadi seorang arsitek butuh tantangan tersendiri.

"Tantangan terbesar menjadi arsitektur adalah kurangnya penghargaan terhadap desain dan mitos bahwa arsitektur itu kebutuhan mewah," katanya.

Padahal, lanjutnya, arsitektur adalah kebutuhan dasar dan sangat penting yang dapat meningkatkan produktivitas, kebahagiaan, hingga memperpanjang usia bangunannya.

Tiga tahun semenjak dia hijrah kembali ke Indonesia, Daliana dan suami memiliki mimpi untuk dapat berkolaborasi dengan pemerintah, sponsor, klien, stakeholder. Ia ingin berkolaborasi, mewujudkan mimpi, memperbaiki kota-kota dan desa-desa tertinggal di Indonesia. Semua ingin diperbaikinya dari segi masterplan, urban design policy, desain ruang puplik, desain collective high rise, dan masih banyak lagi.

"Ada 3 konsep untuk Indonesia sampai tahun 2030, beberapa bahkan sudah terealisasi. Pertama kampung vertikal, persiapan konsep UDGL dan RDTR kota rasa desa, desa rasa kota yang selaras dengan alam namun memiliki teknologi tinggi, dan 100 microlibary untuk Indonesia dan ASEAN," ucapnya.

Dengan seluruh mimpi, dan kerja kerasnya, beruntung apa yang dilakukan oleh Daliana ini didukung oleh sang suami yang juga sebagai partner kerja, dan juga keluarganya. Dengan semangatnya membangun Indonesia menjadi lebih baik dari pespektif seorang arsitek, Daliana kini menjadi sosok inspiratif yang dapat membangkitkan semangat, dan menjadi contoh bagi wanita Kartini saat ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya