Layang-layang, antara Permainan dan Ritual

Festival layang-layang
Sumber :
  • VIVA.co.id/Isra Berlian

VIVA – Layang-layang menjadi salah satu permainan tradisional yang cukup populer dimainkan anak-anak di tahun 90-an. Permainan ini umum dilakukan oleh anak sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama seusai pulang sekolah.

Mari Mengenal Lebih Dalam Museum Layang-layang

Permainan ini menjadi salah satu cara untuk menghilangkan jenuh sehabis belajar.

Namun tahukah, ternyata tidak hanya digunakan sebagai media bermain, layang-layang juga menjadi alat untuk menjaga lahan dari serangan hama.

Festival Berujung Trauma, Balita Terbang Nyangkut di Benang Layangan

"Layang-layang di Indonesia sendiri yang sudah biasa kita tahu saat mereka menjaga lahan ladang mereka dari hama," kata founder Museum Layang-layang, Endang Nurhayati kepada VIVA saat ditemui di Tanjung Lesung, Banten, Minggu 13 Mei 2018.

Tidak hanya itu, layang-layang di beberapa daerah seperti Bali juga memiliki fungsi lainnya. Salah satunya berkaitan dengan hasil panen.
 
"Menerbangkan layang-layang di Bali itu menjadi ungkapan rasa syukur atas panen yang berhasil dan mereka menginginkan panen berikutnya bagus," kata dia.

Kualitas dan Popularitas Layang-layang RI Diakui Dunia

Dia menambahkan, masyarakat Bali juga memiliki pendapat bahwa semakin banyaknya masyarakat yang bermain layang-layang di atas lahan mereka, dipercaya bisa menyuburkan tanah mereka.

"Sekaligus mereka mengharapkan dewa dewi turun ke Bumi agar sejahtera," ujarnya.

Maka dari itu, masyarakat Bali pun membuat layangan yang cantik supaya bagus agar bisa menarik perhatian dewa untuk turun.

Dia menambahkan, untuk membuat dan menerbangkan layang-layang tersebut, bagi masyarakat Bali pun terdapat beberapa aturannya. Untuk membuat layang-layang saja perlu beberapa ritual.

"Perlu hitungan tanggal yang tepat seperti orang Jawa saja ada tanggal-tanggal tertentu. Nah kalau menerbangkannya tidak boleh sampai kena tanah," dia menjelaskan.

Bukan hanya di Bali, beberapa daerah di Indonesia juga memiliki semacam kebudayaan yang terkait penerbangan layang-layang. Misalnya saja di Muna Sulawesi Tenggara, jika ada kelahiran bayi mereka harus menaikkan layang-layang.

"Ada juga yang berpendapat bahwa kalau kita menaikkan layang-layang setinggi mungkin dari daun, itu kendaraan kita kalau meninggal, jadi kita sudah punya kendaraan itu," ujar Endang.

Selain itu, beberapa negara seperti Jepang memiliki kebudayaan terkait layang-layang.

"Kalau di Jepang, kelahiran bayi laki-laki naikin layang-layang. Zaman perang juga untuk mengintai musuh dan sebagainya pakai layang-layang. Bahkan listrik juga, mereka percobaannya pakai layang-layang, dari benang layangan itu ada petir langsung menyala," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya