Potang Balimau, Tradisi Unik Sambut Ramadan di Sumbar

Tradisi Potang Balimau di Sumatera Barat.
Sumber :
  • VIVA/Andri Mardiansyah (Padang)

VIVA – Satu hari menjelang bulan suci Ramadan, aliran Sungai Batang Maek, Kecamatan Pangkalan Koto Baru di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat selalu dipadati oleh ribuan warga. Mereka mandi bersama dan saling bersilaturahmi satu sama lain.

Pemkab Pasaman Barat Tetapkan Tanggap Darurat Gempa 14 Hari

Selain itu, juga ada arak-arakan kapal hias berbagai macam bentuk. Kegiatan ini diberi nama Tradisi Potang Balimau. Kegiatan ini, selain bentuk dari upaya melestarikan nilai budaya, juga sudah menjadi agenda kepariwisataan.

Potong balimau sendiri terdiri dari dua kata yang diambil dari bahasa Minangkabau dengan dialek Pangkalan, yakni ‘potang’ yang memiiki arti ‘petang’ atau ‘senja hari’. Sedangkan ‘balimau’ adalah sebuah kegiatan membersihkan diri dengan menggunakan perasan air jeruk nipis dicampur dengan bunga rampai beraroma wangi yang khas.

Tujuh Warga Meninggal Akibat Gempa M 6,1 di Sumatera Barat

Jadi, potang balimau adalah kegiatan mensucikan diri dengan menyiramkan tubuh dengan perasan air jeruk nipis bercampur bunga rampai beraroma khas yang pelaksanaannya dilakukan di sore hari.

Namun, seiring perkembangan zaman, nilai budaya yang terkandung di dalamnya mulai tergerus. Potang Balimau sejatinya dilakukan menggunakan perasan air jeruk nipis dan bunga sudah sangat jarang ditemukan.

Perintah Kapolri ke Jajaran soal Gempa Pasaman Barat Sumbar

Rata-rata pengunjung hanya mandi, berenang dan bercanda satu sama lain. Tradisi menyambut bulan suci Ramadan yang dilaksanakan sesudah salat zuhur dan berakhir sore hari menjelang salat maghrib tiba ini, sudah menjadi agenda tahunan dengan target mampu menyedot perhatian wisatawan.

Tradisi Potang Balimau di Sumatera Barat.

Tradisi Potang Balimau bagi warga Pangkalan ini, tidak semata-mata untuk mensucikan diri menjelang masuknya bulan puasa dan ajang silaturahmi. Namun, juga merupakan cara mengenang sejarah kejayaan para saudagar dari Pangkalan Koto Baru.

Sekitar tahun 1800-an, para saudagar dari Pangkalan nan termahsyur dan sukses, membeli dua buah mimbar masjid, yang mana satu dibawa ke kampung untuk membangun masjid, dan yang satu lagi diarak beramai-ramai ke Mesjid Raya Pasar Bawah di Pekanbaru yang merupakan lokasi pemukiman saudagar dari Pangkalan kala itu.

Bupati Limapuluh Kota, Irfendi Arbi menyebutkan, tradisi Potang Balimau ini merupakan tradisi turun temurun yang memang harus terus dilestarikan. Pemerintah, kata Irfendi, akan terus menyokong penyelenggaraan kegiatan tradisi Potang Balimau tersebut. Apalagi ini sudah menjadi agenda tahunan dan agenda kepariwisataan.

"Tentu, selain menjaga dan melestarikan nilai budaya. Tradisi Potang Balimau juga bakal mampu meningkatkan kunjungan wisatawan. Kita ingin, wisatawan yang datang ke sini lebih banyak lagi. Melalui Potang Balimau inilah salah satu cara kita menyedot perhatian mereka," kata Irfendi kepada VIVA baru-baru ini.

Terbukti, menurutnya, setiap tahun penyelenggaraan Potang Balimau ini selalu sukses menyedot perhatian dari wisatawan. Banyak yang datang ke Pangkalan hanya sekedar ingin melihat seperti apa pelaksanaan Potang Balimau.

"Kita akan terus support kegiatan ini dan akan mengemas kembali semenarik mungkin di tahun mendatang," tutupnya. (ch)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya