Cerita Penjual Kopi Lombok Tampung Para Petani Korban Gempa

Penjual Kopi di Lombok
Sumber :
  • VIVA/Rintan Puspitasari

VIVA – Sepintas menyusuri jalanan kota Mataram, Lombok tak terlihat berbeda dengan kota wisata pada umumnya, yang membedakan hanya jalanan sedikit lengang bahkan meski hari ini adalah hari pertama usai libur panjang sejak tanggal 17 Agustus 2018 kemarin. Tak perlu waktu lama untuk menemukan deretan tenda dari terpal yang terlihat dibuat secara dadakan, berdiri tak beraturan di tanah lapang atau halaman depan rumah. 

Di Pulau Seribu Masjid, Relawan Sahabat Ganjar Datangi Ponpes

Ya, Lombok yang merupakan salah satu tujuan wisata favorit para turis ini tengah digoyang gempa sejak 29 Juli 2018, tak heran kota ini terlihat sedikit lengang. Warga Nusa Tenggara Barat harus terus siaga dan siap jika gempa tiba-tiba saja datang.  

Tak hanya jalanan yang terlihat lengang, para pelaku bisnis juga menutup lebih awal kios mereka. Seperti dituturkan oleh Tuhjanah, salah satu warga yang ditemui saat di dapur umum ACT di daerah Gunung Sari, Mataram. 

Sindikat Narkoba di Lombok Dibekuk, Sembunyikan Sabu Dalam Usus

"Biasanya kios-kios ini buka sampai malam, ada yang 24 jam. Tapi sejak gempa ya buka sampai jam 5 (17.00) saja," ujarnya, Senin 20 Agustus 2018.

Beda lagi dengan kisah salah satu penjual kopi Lombok yang biasa memasarkan kopinya melalui perusahaan e-commerce, Nurul Inayati. Nurul yang rumahnya luluh lantak karena gempa tanggal 5 Agustus 2018 ini sempat menampung korban gempa pertama di wilayah Sembalun.

Dikira Boneka, Ternyata Mayat Lansia

"Dari pemerintah enggak ada yang bawa ke sini (Mataram), jadi saya inisiatif sendiri bawa ke Mataram biar aman sampai pemerintah daerah menemukan penampungan, karena di sana setelah gempa ada longsor. Saya menampung mereka sekedar menampung beberapa malam sampai Pemda menjemput," kenang Nurul yang menampung petani kopi kenalannya. 

Lebih lanjut ibu tunggal satu anak ini mengatakan, "mereka sudah lapar, haus, listrik enggak ada, pemerintah di sana enggak boleh turun takutnya ada gempa susulan." 

Terputusnya jembatan penghubung ke wilayah tersebut, nyatanya tak menyurutkan niat Nurul membantu sekitar 15 orang kenalannya. Wanita 32 tahun ini menempuh jalur hutan untuk bisa mencapai desa yang ada di kaki Gunung Rinjani tersebut. Sayangnya setelah gempa kedua, dirinya kehilangan kontak dengan rekan-rekan kerjanya tersebut. 

"Sampai sekarang kehilangan kontak, walaupun saya suruh orang nyari, karena perempuan dan anak enggak boleh ke sana."

Gempa di Lombok juga menyatukan kepedulian dari seluruh penjual di Shopee yang tergabung dalam komunitas Kampus Shopee yang berasal dari 29 kota di Indonesia. Mereka berinisiatif untuk memberikan bantuan pada penjual Shopee yang terdampak gempa, seperti selimut, pakaian, pampers, juga kebutuhan lainnya.

"Kita tidak menyerahkan uang, tapi ada obat, tenda terpal, pampers, tisu, baju, selimut, masker. Kalau dia (rekan seller) berlebih dan memberikan pada yang membutuhkan di sekitarnya, silakan," kata I Made Putu Sudiartha, ketua komunitas Shopee yang ditemui di salah satu lokasi penampungan untuk menyerahkan bantuan dari komunitas Kampus Shopee dari 29 kota. 

Komunitas Shopee

Sebagai bentuk dukungan, e-commerce berlogo khas warna oranye ini juga menyerahkan bantuan tahap pertama untuk masyarakat Lombok melalui ACT cabang Lombok, Senin 20 Agustus 2018.

"Shopee Indonesia menyalurkan bantuan sebesar Rp 50 juta pada warga Lombok. Ini baru inisiatif awal, sedang dijajaki potensi untuk kerjasama bantuan lainnya," ujar Rezky Yanuar, Country Brand Manager Shopee. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya