HUT ke-90, Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih Gelar Pementasan Horor

Sandiwara Miss Tjitjih Gelar Pementasan Horor
Sumber :
  • Viva.co.id/Aiz Budhi

VIVA – Kelompok sandiwara Miss Tjitjih dalam rangka ulang tahunya yang ke-90 pada tahun 2018 ini mengadakan pagelaran teater di Graha Bakti Budaya, pada Selasa, 11 September 2018. Pementasan teater yang digelarnya itu bertajuk 'Mati Beranak di Mangga Dua', karya E. Mintarsa, dan disutradarai oleh Imas Darsih.

Lewat Para Pensiunan 2049, Teater Gandrik Siap ‘Habisi’ Koruptor

Pertunjukan yang dimulai pada pukul 14.00 WIB tersebut menampilkan cerita yang memadukan dua kebudayaan yaitu Sunda dan Betawi yang dikemas sedemikian rupa sehingga sangat menarik untuk disaksikan.

Menurut sutradara dalam pementasan teater ini yaitu Imas Darsih, cerita tentang Mati Beranak di Mangga Dua itu sebenarnya sudah ada sejak dirinya masih kecil. Cuma untuk pementasan kali ini, ia menggarapnya dengan menghadirkan beberapa sisi kekinian yang ada dalam pementasannya.

Lewat Pementasan Teater, Tio Pakusadewo Ungkap Penyesalan

“Seingat saya sih cerita ini ada sejak zaman saya SD, nah cerita ini mempunyai sisi asli yang saya garap lagi dengan sistem kekinian (menyesuaikan),” ucap Imas saat ditemui di kawasan Taman Ismail Marzuki, Selasa, 11 September 2018.

Menurut Imas Darsih yang saat ini berusia 57 tahun itu, pertunjukan dengan judul Mati Beranak di Mangga Dua pertama kali dipentaskan pada tahun 1970an, dan hingga saat ini pementasan dengan judul dan cerita sama seperti itu sudah empat kali ditampilkan. Setiap pertunjukan memiliki sisi yang berbeda dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman, meski secara garis besar ceritanya tetap sama.

Genta Sriwijaya, Kisah Perjalanan Spiritual Sang Raja Sriwijaya

Drama teater yang berjudul Mati Beranak di Mangga Dua ini sendiri bercerita tentang kehidupan keluarga miskin yang terdiri dari ayah, ibu, dan satu anak yang hidup di tanah Sunda. 

Karena terlilit hutang, akhirnya sang ayah akan menjodohkan anak perempuannya dengan seorang laki-laki tua. Namun, perjodohan tersebut ditolak oleh sang anak gadis yang lebih memilih untuk menikah dengan kekasih hatinya. Setelah resmi menikah keduanya pindah ke Jakarta tepatnya ke kawasan Mangga Dua. Mulai dari situlah muncul beberapa permasalahan hingga hadirnya sesosok makhluk halus di sekitar kuburan di pinggir rumah keduanya.

Secara keseluruhan, meski dari judul terkesan horor, namun pertunjukan ini jauh dari kesan menakutkan dan menyeramkan. Justru sebaliknya, pertunjukan drama teater ini dijamin akan membuat para penontonnya tertawa bahagia karena aksi-aksi dan dialog-dialog lucu yang ditampilkan oleh para pemerannya dari awal cerita sampai dengan selesai.

Pementasan ini juga memberikan pesan moral kepada para penontonnya, agar selalu bersyukur atas apa yang telah diraih dan dimiliki. Janganlah memaksakan kehendak, karena belum tentu itu akan menjadi yang terbaik.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya