Penghargaan Khusus untuk Pahlawan Warisan Budaya Indonesia

CHI Awards
Sumber :
  • VIVA.co.id/Diza Liane

VIVA – Batik merupakan salah satu warisan budaya Tanah Air yang sudah berkembang sejak dulu kala. Dari Sabang hingga Merauke, beragam kain nusantara dengan varian motif yang unik selalu memikat mata.

UNESCO Tetapkan Jamu Indonesia Sebagai Warisan Budaya Dunia

Bermacam cara bisa dilakukan dalam ikut melestarikan dan mengembangkan kekayaan budaya Indonesia, baik secara perorangan maupun kelompok. Ini yang kemudian mendasari Yayasan Al-Mar untuk memiliki perhatian pada kelangsungan warisan budaya Indonesia melalui The Culture Heritage of Indonesia (CHI).

Kepedulian CHI pada kelangsungan warisan budaya Indonesia ini antara lain dituangkan dalam bentuk pemberian penghargaan pada para pahlawan warisan budaya Indonesia yang untuk kali pertama diberikan akan difokuskan pada para pejuang di balik bertahannya industri batik.

Peringatan Hari Pahlawan, Bendera Merah Putih Berkibar di Perbatasan RI-Timor Leste

"Pada awalnya kami mencoba untuk mempelajari apa yang ingin kita lakukan di CHI award pertama kali ini. Kami ingin memberikan atensi kemajuan seni dan budaya Indonesia, dan akhirnya kami memilih wastra batik dulu," ujar Ketua Pelaksana CHI Awards, Ayu Diah Pasha, dalam Konferensi pers CHI Awards di Plaza Indonesia, Jakarta, Sabtu 10 November 2018.

Menurut Ayu Diah, CHI Awards sendiri mengusung tema, Penghargaan untuk Pahlawan Penjaga Warisan Budaya Indonesia. Sehingga, memamerkan wastra batik sangat berkaitan erat dalam rangka menjaga kelestarian warisan budaya bangsa.

Peringati Hari Pahlawan, Wakasal dan Mensos Risma Upacara dan Tabur Bunga di Perairan Teluk Jakarta

Berbicara soal wastra nusantara, itu berarti segala kain bukan buatan mesin yang tersebar di nusantara. Wastra nusantara beragam. Ada yang dibuat dengan teknik perintang warna menggunakan lilin malam yang sering disebut batik, biasanya tersebar di Jawa dan Bali. 

Ada pula wastra yang dibuat dengan cara ditenun. Ini biasa ditemukan sebagai ulos di Sumatera bagian utara, songket di Sumatera bagian tengah dan selatan, poleng di Bali, dan berbagai kain tenun lainnya di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, dan sekitarnya.

"Pada prosesnya, kami membentuk dewan pengarah dan pemerhati serta para pengamat batik seperti Musa Widyamodjo. Proses seleksinya sudah sejak bulan Juli dan kami membaginya menjadi 4 kategori," kata dia.

Empat kategori CHI Award 2018 akan diberikan kepada Kategori Pelestari, Penerus, Inovator, dan juga Penghargaan Khusus (Legacy). Kriteria untuk masuk dalam Kategori Pelestari antara lain pengrajin yang merupakan warga negara Indonesia tanpa batasan usia, gender, dan agama, yang  melestarikan warisan budaya Indonesia “batik”  dengan karakter dan ciri yang khas. Masih aktif bekerja atau mengelola studio penghasil kerajinan atau melakukan kegiatan berbasis budaya.
 
Kriteria untuk masuk dalam Kategori Penerus antara lain pengrajin yang merupakan warga negara Indonesia tanpa batasan usia, gender, dan agama, yang melanjutkan usaha batik yang diturunkan dan memberi efek signifikan pada kelangsungan sebuah budaya dan usahanya. Masih aktif bekerja atau mengelola studio penghasil kerajinan atau melakukan kegiatan berbasis budaya, dan sukses membina atau aktif dalam komunitas tertentu yang berlandaskan budaya Indonesia.

Kategori Inovator, kriterianya antara lain; pengrajin atau sosok warga negara Indonesia yang melahirkan teknik baru untuk proses pembuatan batik. Membangun usaha sendiri yang memberi efek signifikan pada keberlangsungan dan pengembangan sebuah budaya, menginspirasi orang di sekitarnya, dan karyanya dapat diwariskan kepada generasi mendatang. Juga masih aktif bekerja atau mengelola studio penghasil kerajinan atau melakukan kegiatan berbasis budaya.

Untuk Kategori Penghargaan Khusus akan diberikan kepada Go Tik Swan atau Panembahan Hardjonagoro. Go Tik Swan adalah orang yang mendapat tugas dari Presiden Soekarno untuk membuat Batik Indonesia. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya