Perjuangan Naufal, Pria 239 Kg Pangkas Bobot Tubuhnya

Mohammad Naufal Abdillah
Sumber :
  • VIVA.co.id/Adinda Permatasari

VIVA – Mohammad Naufal Abdillah selalu merasakan sakit di sendi setiap kali harus berjalan dalam jarak yang cukup jauh. Padahal usianya masih muda, 23 tahun. Ia juga mudah merasa lelah.

Kisah 2 Pemuda Mualaf yang Bikin Geger, Orang Sekampungnya Auto Masuk Islam

Kekuatan fisik Naufal yang lemah di usia muda disebabkan bobot tubuhnya yang mencapai 239 kilogram (kg). Dengan berat badan yang tidak normal itu, wajar jika pria yang baru memulai kuliah itu kesulitan beraktivitas fisik.

"Saya dari kecil cepat sekali tumbuh. Meski lahir normal, tapi setiap bulan berat badan saya pasti naik satu kilogram, sakit pun masih naik berat badan setengah kilo," katanya, belum lama ini.

Viral Kisah Pilu Seorang Suami Rela Jual Organ Tubuh demi Bisa Hidup Bersama Istri

Beberapa waktu lalu publik juga dikejutkan dengan bocah SD bernama Arya yang memiliki berat badan mencapai lebih dari 90 kg. Lebih parah dari Arya, berat badan Naufal saat duduk di bangku SD sudah mencapai 110 kg.

Meski berat badannya sangat besar, Naufal mengaku aktivitas fisiknya tetap berjalan. Ia masih sering bermain futsal, berenang, dan juga berjalan-jalan seperti anak-anak seusianya kala itu. Berat badan yang superbesar itu pun tak pernah mengusik pikirannya.

Inspiratif! Kedermawanan Abu Jaber Bagikan Ribuan Makanan Buka Puasa di Makkah Selama Bulan Ramadhan

"Yang penting masih bisa jalan," ujar Naufal.

Hingga kemudian ia masuk ke Sekolah Menengah Atas (SMA) melalui pesantren. Hobi makannya malah kian menjadi. Diakuinya, makan menjadi salah satu pelampiasannya ketika menghadapi stres dan lelah belajar. Apalagi kehidupan pesantren cukup disiplin dan padat dengan aktivitas

Biasanya ia memilih mengonsumsi mi instan saat stres melanda. Atau, di tengah malam, ia bisa menghabiskan hingga tiga porsi nasi goreng. Makanya, meski kegiatan banyak berat badannya terus saja bertambah.

Puncaknya saat Naufal kembali ke Jakarta. Fisiknya ternyata sudah tidak mampu lagi menopang bobot yang begitu berat. Tubuhnya menjadi semakin lemah. Di situlah ia bertekad mencari solusi untuk mengatasi berat badannya.

Operasi bariatrik menjadi pilihan Naufal. Sebelum menjalani operasi, awalnya Naufal berkonsultasi dengan dokter spesialis gizi dr. David Fadjar Putra, S. S, SpGK. Ia kemudian disarankan untuk menemui dokter spesialis bedah Dr. dr. Peter Ian Limas, SpB-KBD, yang memutuskan Naufal untuk menjalani tindakan bariatrik untuk mengatasi obesitasnya.

Naufal diputuskan untuk menjalani operasi sleeve gastrectomy, di mana lambungnya dipotong sebanyak 85 persen sehingga lambungnya kini menjadi seukuran kelingking. Dengan ukuran lambung yang lebih kecil, asupan makanan Naufal pun menjadi terbatas.

Peter mengatakan, dalam tiga minggu pertama pascaoperasi, Naufal hanya dibolehkan minum air putih dan teh saja. Cairan itu sudah cukup mengenyangkan karena jika langsung makan makanan padat bisa menjadi sakit.

Kini Naufal sudah bisa menyantap makanan seperti biasa hanya porsi dan jenisnya jauh berubah. Ia mengaku tidak bisa makan ayam karena membuat lambungnya sakit. Menu yang biasa ia makan adalah roti dan ikan.

"Sebulan setelah operasi, timbang (badan), turun berat badan pertama 15 kg," ujar Naufal.

Sejak menjalani operasi di bulan Desember 2018 hingga sekarang, berat badan Naufal sudah menyusut menjadi 202 kg dari 239 kg.

Meski efektif mengatasi obesitas, tapi Peter mengingatkan tindakan bariatrik bukanlah peluru emas yang sekali tembak bisa menyelesaikan semua masalah. Dibutuhkan kerja sama dokter dengan pasien agar target berat badan yang diinginkan bisa dicapai. Tak hanya diet, pasien juga dianjurkan untuk rutin berolahraga dan menjaga pola hidup sehat.

Kini, Naufal mengaku sudah merasa lebih baik. Geraknya pun menjadi lebih ringan dan pakaian-pakaiannya sudah lebih longgar.(nsa)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya