Kumpulkan Uang untuk Nikah, Mantan Pesepakbola Ini Rela Kerja 14 Jam

Amirul Syafieq
Sumber :
  • Twitter

VIVA – Setiap orang yang menjalin hubungan selalu berharap bisa berakhir di pelaminan. Itu juga yang diharapkan oleh mantan pesepakbola asal Malaysia.

Tiga Mahasiswa ITB Wakili Indonesia di Ajang Brandstrom di Inggris

Amirul, diketahui merupakan mantan pesepakbola untuk Balai Kota KL. Dia harus pensiun lantaran cedera hamstring yang membuat kariernya terpaksa harus berakhir tahun lalu.

Sejak itu, amirul bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan dengan bekerja selama 14 jam sehari sebagai pengirim makanan. Pekerjaan ini dia lakukan demi bisa menikah dengan kekasihnya tahun depan. Dia bekerja mulai pukul 08.00 hingga 16.00 sebagai petugas delivery McD kemudian pukul 17.00 hingga 23.00 dia bekerja sebagai pengemudi GrabFood.

Inspiratif! Kedermawanan Abu Jaber Bagikan Ribuan Makanan Buka Puasa di Makkah Selama Bulan Ramadhan

Dikutip laman World Of Buzz, pekan lalu, mantan pemain sepakbola itu mengunggah sebuah postingan di akunnya, meminta doa dan harapan baik dari sesama netizen. Dalam unggahannya itu dia menjelaskan pekerjaan yang diambilnya itu merupakan sebuah dedikasi untuk sang pacar agar bisa menikah, di sela-sela istirahatnya.  

Sebelum menjadi pengantar makanan, Amirul dilaporkan memperoleh sekitar RM4.000 sebulan atau setara Rp13,5 juta sebagai pemain sepakbola sebelum cedera hamstring yang membuatnya pensiun Juli lalu. Dia mengatakan kepada Harian Metro bahwa dia mencoba untuk kembali menjadi pesepakbola setelah menjalani masa pemulihan.  Tetapi, dia tidak bisa kembali lagi dengan alasan cedera itu.  

Kisah Inspiratif dari Brebes, Cerita Kebersamaan di Acara Safari Masjid Nusantara

Namun, cintanya pada sepakbola terus berlanjut, dan dia tidak menyerah. Amirul juga dikabarkan menjadi pelatih sepakbola dengan bayaran 50 ringgit setara Rp170 ribuan per sesi latihan. Menyadari bahwa penghasilannya sebagai pelatih tidak cukup, Amirul bertekad untuk mencari pekerjaan lain sehingga ia dapat memenuhi mimpinya untuk menikahi sang kekasih di tahun depan.

"Saya bertekad untuk mencari cara lain untuk menghasilkan uang, dan akhirnya diterima menjadi petugas deliverry pada Januari meskipun saya tidak memiliki pengalaman sebelumnya," kata dia.

Ketika dia pertama kali mengambil pekerjaan itu, Amirul mengatakan dia melakukannya dengan sekuat tenaga.  "Tidak mudah bekerja 14 jam sehari karena pada bulan pertama, tubuh saya tidak dapat menyesuaikan diri seperti yang saya inginkan. Saya harus berurusan dengan cuaca panas dan hujan juga kadang-kadang," kata dia.

Amirul juga mengakui risiko keselamatan, karena selalu berada di jalan saat kecelakaan kendaraan terjadi setiap hari.

"Ini risiko besar bagi pengendara seperti saya, bahaya ada di mana-mana," lanjut dia.

Dia juga mengaku malu, terutama pada saat dia bertemu orang-orang yang mengenalnya sebelumnya ketika menjalani pekerjaannya. Dia bahkan harus memakai masker agar tidak dikenali banyak orang.

Di tengah-tengah cobaan ini, Amirul terus maju dan akhirnya terbiasa dengan pekerjaan sehari-harinya untuk mengantarkan makanan.

"Sejauh ini, saya tidak punya masalah mengatur jadwal saya," lanjut dia.

Dia pun memberikan nasihat kepada orang-orang yang menghakiminya yang menilai, bekerja 14 jam sehari sebagai tindakan bodoh.

"Menurut pendapat saya, situasi saya menunjukkan bahwa saya mencari pekerjaan halal dan itu tidak bodoh. Saya percaya bahwa setiap orang memiliki rezeki yang berbeda," kata dia. (nsa)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya