Perjuangan Penyintas Difabel Bangkit Dari Diskriminasi

Disabilitas Pejuang, dalam acara Y.O.U
Sumber :
  • Viva.co.id/Diza Liane

VIVA – Bukan hal yang mudah untuk menjalani hidup dengan keterbatasan terlebih bagi penyintas difabel Maisty Akhdaniyah. Namun, gadis kelahiran Jakarta 5 Mei 1993 silam ini menunjukkan bahwa keterbatasan yang dimilikinya adalah sebuah keunikan yang perlu diasah dengan tepat.

Berkah Ramadhan, Belanja Bersama Difabel, Sebuah Inisiatif yang Menginspirasi

Sejak 2011, Maisty menggunakan kursi roda karena terjatuh. Di kamar mandi dan membentur tulang ekornya.    Kejadian tersebut sempat membuatnya terpukul karena ia menjadi satu-satunya penyandang disabilitas    di keluarganya. 

"Sejak 2011 jatuh, jatuh duduk di toilet sekolah. Selama satu minggu masih bisa jalan, tapi setelah itu ternyata sudah enggak bisa jalan. Dibawa ke RS Fatmawati, harus pakai kursi roda," ujar wanita berhijab ini, dalam temu media Y.O.U., di kawasan Thamrin, Jakarta, Selasa 3 Desember 2019.

DPR Sebut berkat Terobosan Kapolri Kaum Difabel Bisa Jadi Polisi

Ia pun berhenti sekolah sejak kejadian tersebut dan melanjutkan pendidikannya dengan mengambil paket B. Di saat ia tengah berjuang menerima keadaannya, beberapa orang di sekitar justru membuatnya makin merasa terpuruk.

"Karena menggunakan kursi roda, pernah ditolak ojek online. Katanya, mobilnya takut lecet kena kursi roda dan nggak mau menggendong padahal saya juga nggak minta digendong. Itu udah di lokasi rumah tapi mereka minta cancel tetep," ungkapnya seraya meneteskan air mata.

2 Orang Peserta Difabel Lolos Tes Tingkat Akhir SIPSS Polri

Namun, melihat semangat dari teman-teman disabilitas lainnya, Maisty pun kembali bangkit dan mulai mengikuti kegiatan-kegiatan olahraga, seperti tenis lapangan, tenis meja, dan bulutangkis. Tidak hanya itu, ia juga bermain basket sebanyak 1-2 kali dalam seminggu.

"Sibuk latihan basket, rutin tiap sabtu dan minggu untuk persiapan pertandingan. Juga belajar make up dan sekarang bisa merias sendiri. Mama jadi model sendiri juga di rumah," katanya sambil tersenyum.

Dengan motto hidup “pantang menyerah”, Maisty ingin memberikan contoh untuk keluarga maupun teman-temannya    bahwa ia mampu melakukan berbagai aktivitasnya sendiri dan keterbatasannya tidak menghalanginya untuk tetap semangat.  "Saya percaya disabilitas tidak hanya bisa diam di kursi roda tapi juga bisa beraktivitas seperti orang normal," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya