Staf Medis di Wuhan Dipaksa Pakai Popok Agar Tak Sering ke Toilet

Perawat di rumah sakit di Wuhan, China.
Sumber :
  • Guangzhou Daily

VIVA – Semakin memburuknya kondisi di Wuhan, China, akibat wabah virus corona, membuat semua orang yang ada di sana terdesak. Korban terus berjatuhan hingga membuat rumah sakit kewalahan menerima pasien.

COVID-19 di Jakarta Naik Lagi, Total Ada 365 Kasus

Begitu pun dengan para petugas di rumah sakit yang harus bekerja tanpa henti melayani pasien yang datang. Bahkan, saking banyaknya pasien yang harus ditangani membuat para staf dipaksa memakai popok agar waktu tidak terbuang untuk ke toilet.

Menurut Business Insider yang dilansir laman World of Buzz, kota yang kini dijuluki kota zombie itu harus dikarantina sejak 23 Januari setelah wabah merebak. Hal ini mengakibatkan sejumlah rumah sakit lokal dibanjiri para pasien yang ingin mendapatkan perawatan.

Kasus COVID-19 di DKI Jakarta Naik Sejak November 2023

Warganet juga bergerak cepat menyebar berbagai informasi di media sosial. Beberapa video yang beredar viral di media sosial menunjukkan bagaimana rumah sakit sesak dengan pasien-pasien yang bergelimpangan di koridor rumah sakit. Bahkan ada dokter yang menangani pasien di lantai.

Sebuah video lain juga menunjukkan koridor rumah sakit yang dipadati pasien. Begitu padatnya hingga mereka pun sulit berjalan.

Ini Alasan Mengapa Kasus Virus COVID-19 Melonjak Tinggi di Singapura Hingga 22 Ribu Kasus

Laporan Washington Post mengatakan bahwa staf medis harus menggunakan popok dewasa bukan hanya karena untuk menghemat waktu, tapi juga mereka tidak perlu repot membuka baju pelindung yang begitu rumit. Apalagi proses membuka dan memakai perlengkapan itu bisa berisiko robet dan membuat mereka berisiko terpapar virus corona.

Sejak munculnya wabah, ketersedian pakaian hazmat semakin menipis karena rumah sakit-rumah sakit berupaya sebisa mereka untuk menolong meski suplai peralatan pelindung seperti masker operasi dan kacamata goggles sangat sedikit.

"Kami tahu pakaian pelindung yang kami pakai bisa menjadi yang terakhir, tapi kami tidak bisa menyia-nyiakan apapun," ujar seorang dokter di Wuhan Union Hospital di Weibo.

Meski begitu, jumlah pasien yang membludak dan kerja tanpa henti yang terus berdatangan berdampak buruk pada staf medis di kota tersebut. Para dokter juga khawatir mereka juga akan terkena penyakit itu.

Ahli terapi dari Beijing, Candice Qin mengatakan bahwa seorang dokter yang bicara padanya sangat terpuruk hingga mengurung diri di apartemen setelah mengetahui dia terkena virus corona dari pasiennya. Dia bahkan tidak bisa mengatakan kepadanya orangtuanya karena dia merasa tidak bisa tertolong dan sendirian.

"Saya rasa ini adalah tekanan bagi setiap dokter dan perawat di Wuhan, baik fisik maupun mental. Kami tahu pasien cemas, tapi kita juga harus mengingat bahwa dokter juga manusia," kata Qin kepada Washington Post.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya