Perempuan Perlu Hal Ini Agar Bisnisnya Moncer di Masa New Normal

Ilustrasi UMKM.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Pandemi Virus Corona atau COVID-19 memaksa kehidupan masyarakat berubah ke tatanan normal baru atau new normal. Dunia usaha, termasuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pun secara otomatis harus bisa menyesuaikan untuk bisa bertahan.

Geger Video Mesum Napi Narkoba dengan Wanita di Ruangan Lapas, Lagi Diusut Kemenkumham

Salah satu cara agar usaha tetap bertahan di era new normal ini adalah adaptasi dengan teknologi. Sehingga, pemasaran dan kegiatan usaha bisa dilakukan dengan meminimalisir adanya pertemuan fisik dengan para pelanggan.

Selain kaum pria, banyak pelaku usaha di Indonesia digeluti oleh perempuan. Sebab, partisipasinya ditegaskan juga menjadi salah satu pondasi kekuatan perekonomian nasional.

Kumpulan Kata-kata Inspiratif untuk Memperingati Hari Kartini

Ketua Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (Ipemi) Ingrid Kansil mengungkapkan, pemanfaatan teknologi atau daring dalam kegiatan usaha para perempuan yang menjadi pelaku UMKM masih belum maksimal. Hal itu menjadi tantangan tersendiri di masa new normal saat ini.

"Banyak masyarakat yang belum melek digital, khususnya kaum perempuan," ujarnya saat melakukan pertemuan virtual bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak RI, Ibu Gusti Ayu Bintang Darmawati, dikutip Sabtu 20 Juni 2020.

Ada Luka di Dada hingga Leher pada Wanita yang Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari

Tantangan ini dibahas dsecara serius dalam pertemuan yang melibatkan perwakilan Ipemi dari 31 provinsi dan 6 negara, di antaranya Turki, Brunei, Malaysia, Jepang, Arab Saudi. Pelatihan bagi para perempuan pelaku UMKM pun diminta untuk ditingkatkan.

"Ipemi melihat bahwa perlu dilakukan pelatihan penggunaan teknologi khusus bagi perempuan. Sehingga para ibu-ibu dapat mengoptimalkan fungsi teknologi dalam kehidupan sehari-hari," terangnya.

Selain adaptasi teknologi, Inggrid menambahkan, pemanfaatan bahasa internasional sebagai Information and Communication Technology (ICT), juga belum secara optimal dilakukan oleh perempuan yang merupakan pelaku usaha.

Berdasarkan survei menurutnya, ketidakmampuan perempuan UMKM dalam penguasaan ICT mengakibatkan penurunan pendapatan sekitar 30-70 persen. Hal tersebut disebabkan karena perempuan tidak memaksimalkan e-Commerce atau sistem penjualan online dalam proses pemasaran produk serta usaha mereka.

Sinergi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika agar program melek teknologi bagi perempuan harus disosialisasikan secara menyeluruh di wilayah Indonesia. Sosialisasi tersebut dibarengi dengan pelatihan bagi para perempuan agar dapat mengoptimalkan kemampuan berteknologi.

"Perlu adanya sinergi antara kementerian dan organisasi masyarakat seperti Ipemi di dalam memasifkan program bantuan serta pelatihan bagi korban terdampak COVID-19, khususnya kaum perempuan. Ipemi siap menjadi fasilitator, karena kami memiliki sumber daya anggota yang mengakar hingga ke desa-desa," ungkapnya.  

Selanjutnya Ingrid menegaskan, pelatihan dan pendampingan di kala pandemi COVID-19 ini penting dilakukan. Agar program bantuan yang digulirkan oleh pemerintah akan tepat sasaran. Karena itu, koordinasi dengan pemerintah pun akan ditingkatkan

"Kader Ipemi yang akan mendistribusikan dan memfasilitasi pelatihannya. Insya Allah amanahnya akan tersalurkan dengan merata," tutur Ingrid.

Menanggapi hal tersebut Menteri PPPA mengaku sependapat. Pendampingan pelatihan perempuan secara masif dikala pandemi serta program melek digital bagi perempuan guna penguasaan ICT secara lebih optimal memang harus dilakukan.

Pantau berita terkini di VIVA terkait Virus Corona

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya