Sejarah Baru HUT Ke-75 RI di Tengah Pandemi

Bendera merah putih. (Foto ilustrasi).
Sumber :
  • ANTARA FOTO

VIVA – Suasana perayaan HUT ke-75 RI berbeda dari tahun sebelumnya. Masyarakat dihadapkan dengan pandemi COVID-19 yang membuat pola hidup berubah. Dalam situasi pandemi COVID-19, masyarakat mendapatkan tantangan besar. Isu kesehatan semakin disorot, belum lagi berdampak pada ekonomi masyarakat yang hampir ke jurang resesi.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Bagi Sekretaris Jenderal Palang Merah Indonesia (PMI) Sudirman Said, dalam perayaan Hari Kemerdekaan selalu menjadi momen penting mengingat kembali cita-cita kemerdekaan. Apalagi setiap negara sama-sama berjuang melawan pandemi COVID-19 dan Indonesia harus menunjukkan jati dirinya.

Baca juga: Adu Gaya Selebriti Ikut #MerahPutihChallenge, Siapa Paling Kece?

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

"Menjadi bangsa merdeka adalah jalan menuju bangsa yang cerdas, yang sehat, yang sejahtera dan dihormati warga dunia," kata Sudirman dikutip dari siaran pers PMI, Senin 17 Agustus 2020.

Momen HUT ke-75 RI, lanjut Sudirman, jadi momen yang tepat untuk menyatukan bangsa. Masyarakat harus kompak melawan pandemi COVID-19 dengan mengubah pola hidup sehat.

Salat Id di Masjid Agung Al-Azhar, JK Ngaku Senang Lebaran Kali Ini Ramai

Sayangnya, masih banyak masyarakat yang lengah dalam menghadapi situasi baru ini. Menghadapi wabah COVID-19, bukan sendiri-sendiri, tetapi harus bersatu melawan virus corona.

"Maka tepat rasanya menjadikan momentum 17 Agustus untuk menyatukan berbagai potensi," tambahnya. 

Sementara itu, Sosiolog Imam Prasodjo membagikan renungan 17 Agustus di tengah wabah COVID-19. Dia mengatakan, Indonesia mendapatkan tantangan yang belum pernah terjadi dalam sejarah Indonesia.

"Tanpa disadari, masyarakat saling menghadapi musuh dan menghadapi kondisi ini harus bergantungan sesama. Kalau kita tidak hati-hati ya udah kita akan menghadapi kesengsaraan," imbuhnya.

Imam menambahkan, setelah memahami apa yang akan terjadi itu, renungan selanjutnya adalah bagaimana membangun solidaritas di dalam menghadapi masa sulit seperti ini. Menurutnya, perlu ada sebuah pola baru kehidupannya yang tidak mudah. Wabah ini menjadi tantangan terbesar di abad 2020.

"Masyarakat jangan menyepelekan wabah COVID-19. Maka satu-satunya cara yang harus dilakukan perubahan perilaku. Masyarakat harus beradaptasi, cara hidup hingga cara interaksi harus berubah. Karena penyakit ini menular melalui manusia, perilaku harus dijaga," tegasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya