-
VIVA – Tahun 2020 yang lalu adalah tahun yang berbeda untuk kita semua, di mana kita menghabiskan hampir sepanjang tahun di rumah masing-masing. Sejalan dengan itu, survei global dari Wall’s yang dilakukan pada terhadap 12.500 orang di 12 negara, termasuk Indonesia, 69 persen responden mengakui adanya perubahan pada pandangan terhadap makna bahagia. Seperti apa perubahan itu?
Sebelum terjadinya pandemi di tahun 2020, banyak orang yang merasa bahwa rasa happy atau bahagia bisa didapatkan dengan cara-cara seperti bepergian ke luar kota atau ke luar negeri dan membeli baju atau gadget terbaru. Namun, sekarang makna kebahagiaan telah berubah karena hal sederhana seperti kebersamaan dan dapat bermanfaat bagi orang lain bisa membuat kita jadi happy.
"Di 2021 ini Wall’s ingin mengajak semua orang untuk tidak melupakan makna kebahagiaan. Jangan biarkan rasa bahagia berhenti di diri kita, namun bagikan kepada orang lain – kepada teman, saudara, rekan kantor, tetangga, bahkan kepada pak kurir yang mengantar pesananmu ke rumah!," ujar Foods & Refreshment Director Unilever Indonesia, Hernie Raharja.
Survei yang dilakukan sepanjang tahun 2020 itu, juga menemukan lebih dari 50% responden menyadari pentingnya hubungan antar sesama atau human connection untuk menghasilkan rasa bahagia tersebut. Lantas, perubahan apa lagi yang terjadi pada tubuh selama pandemi COVID-19 berlangsung? Berikut rangkumannya dikutip dari keterangan tertulis Wall's, Rabu 27 Januari 2021.
Bantuan orang lain70 persen responden merasa lebih mudah untuk meminta bantuan dari orang lain. Jika selama ini kita mungkin enggan untuk meminta bantuan, tahun 2020 telah mengajarkan kita bahwa tidak ada salahnya mengakui bahwa ada kalanya kita perlu bantuan orang lain.
Hal ini bisa berupa meminta bantuan untuk membetulkan perabot yang rusak kepada teman, meminjam tangga atau peralatan lainnya kepada tetangga, atau bahkan sekadar curhat ke Ibu saat sedang jenuh menghadapi pekerjaan kantor.