Bedah Novel Disorder, Menilik Fiksi Pandemi di Masa Depan

Novel Disorder.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Pandemi COVID-19 belum juga reda, namun sudah banyak prediksi akan virus lain yang bisa mengancam umat manusia di masa depan. Belakangan, para peneliti mulai khawatir akan virus Nipah yang sempat menginfeksi dan mungkin kembali menyerang setelah COVID-19 diatasi. Bagaimana dengan masa depan?

Belum Tayang, Tiket Film The Other Side Sudah Laku Ribuan

Bicara masa depan, novelis Akmal Nasery Basral menjabarkannya seolah pandemi COVID-19 baru awalan saja. Di novel berjudul Disorder, sastrawan itu seolah menyentil masyarakat agar selalu menjalani pola hidup lebih baik lantaran virus bisa datang dari mana pun.

Jika pada COVID-19, virus berasal dari kelelawar dan bermula di Wuhan, dalam novelnya, virus berasal dari babi dan bermula di Pegunungan Yaji. Keduanya memang memiliki kemiripan, di mana terdapat dua daerah yang berasal dari China sebagai pusat pandemi bermula.

Jadi Film, The Other Side Angkat Cerita Mengenai Kesehatan Mental

Apalagi, Akmal memproyeksikan novelnya dengan kehidupan di tahun 2026, yang mana masih terlampau cepat dari masa kini. Tapi, apakah mungkin virus lainnya akan hadir dan memicu pandemi? Seperti apa cara Akmal mengolah bait per bait dalam novelnya sehingga menjadi cerita yang menarik? Yuk kita bedah!

Inspirasi

Sinopsis Film Book of Love, Hadirkan Romansa Penulis Novel

Untuk mendapatkan permulaan pandemi, Akmal perlu mencari banyak literatur, khususnya mengenai pandemi-pandemi besar. Namun, yang paling disorot adalah kala Flu Spanyol menyerang banyak umat manusia di tahun 1918 silam.

"Karena saya harus proyeksikan ke sebuah ruang yang lebih eksotis, saya liat pandemi-pandemi besar. Ketemulah virus HiN1 ini influenza tipe a yang tahun 1918 atau flu Spanyol. Saat baca-baca lagi literatur, di tengah pandemi COVID-19 bulan Juni, kelompok flu babi mencuat, yang pada tahun 2009 ada juga di Meksiko," bebernya, dalam acara virtual ‘Bedah Buku Disorder’, Rabu, 27 Januari 2021.

Tokoh utama

Dalam karyanya, Akmal memilih seorang epidemiolog perempuan bernama Dr. Permata Pertiwi atau Dr. Ata yang menjadi tokoh utama. Meski begitu, Akmal telah memikirkan secara matang proses interaksi dan 'partner' yang tepat untuk tokoh utamanya itu

Di sini, alur cerita akan sebuah peristiwa dunia, bercampur dengan ilmiah serta percikan percintaan kental dirasakan. Bagaimana Akmal membentuk semesta itu dalam bukunya?

"Proses di bawah sadar saya. Kalau misal baca protagonis biasanya laki-laki, apalagi genre thriller seperti novel Dan Brown. Saya jadikan protagonisnya perempuan. Setelah temukan cocoknya protagonis perempuan, mulai create cerita awal karena dia seorang epidemiolog harus ditandemkan dengan temannya yang lebih investigatif yaitu Valerie. Si dokter ini lebih fokus ke virusnya," bebernya.

Teori konspirasi

Akmal tak menepis bahwa alur ceritanya memungkinkan turut terinspirasi mengenai teori konspirasi yang kerap hadir saat COVID-19 menyerang. Meski begitu, Akmal tak ingin gegabah dan menilai bahwa para peneliti memang telah lama memprediksi virus akan muncul namun waktu tepatnya belum diketahui pasti.

"Saya tulis di Disorder, para epidemiolog mereka punya satu keyakinan bahwa virus itu pasti muncul hanya waktu persisnya belum tahu. Enggak mesti nunggu satu abad, tapi interval makin dekat. Jenis virusnya juga banyak," ungkapnya.

Apalagi, di tahun 2013, sempat ada kabar di mana peneliti memang mengembangkan 127 jenis virus, di mana 8 di antaranya jenis airborne. Tak menutup kemungkinan, teori konspirasi itu, kata Akmal, memang benar adanya.

"Kalau dilihat, kemungkinan ke depan dalam konteks ekonomi politik mengembangkan virus sebagai senjata biologi lebih murah dibanding senjata atau alat tempur baru. Dibanding riset virus, jauh lebih murah dibanding ?ancang senjata canggih. Ujung-ujungnya keputusan politik," jelasnya.

Fiksi hanyalah fiksi

Ditegaskan Akmal, beragam teori yang dituangkan dalam novelnya tetap hanya sebuah fiksi. Artinya, tak ada yang nyata meski memang berdasarkan teori ilmiah dan pengalaman yang ada. Hal itu juga dibeberkan oleh novelis Okky Madasari yang menegaskan, fiksi hanyalah fiksi.

"Fiksi adalah fiksi. Novel ini adalah fiksi. Dunia sastra itu adalah fiksi. Karya fiksi. Kita harus membacanya bahwa ada kebenaran yang terkandung, catatan sejarah, runtutan peristiwa. Tujuan pengarang membangun fiksi sesuai dengan realita," ungkap Okky.

"Saya bukan virolog jadi kita fokus ke ceritanya saja. Science itu harus ada elemen ilmiah yang harus benar yaitu misal virus itu apa. Kalau fiksi ya bukan nyata. Ada elemen-elemen yang di dramatisasi dalam sebuah novel fiksi ilmiah," tutup Akmal.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya