UNDP: Perlu Ada Pemimpin yang Dukung Perempuan di Tempat Kerja

Ilustrasi wanita.
Sumber :
  • Freepik/marymarkevich

VIVA – Terkait isu kesetaraan gender, Head of Human Resource Unit United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia, Astiti Sukatrilaksana, mengatakan, perusahaan perlu merekrut para pemimpin yang memiliki keberpihakan kepada kelompok marginal atau rentan seperti perempuan.

Geger Video Mesum Napi Narkoba dengan Wanita di Ruangan Lapas, Lagi Diusut Kemenkumham

"Pemimpin seperti itu dapat membangun lingkungan kerja yang saling menghormati antara rekan kerja yang memiliki gender yang berbeda, posisi atau level dan usia yang berbeda guna mengatasi ketidaksetaraan gender," ujarnya dalam panel 'Mendukung Kepemimpinan Perempuan: Kebijakan dan Perubahan Norma' di hari kedua acara Women Lead Forum 2021, Kamis, 8 April 2021.

Bicara mengenai perubahan norma, Executive Director Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE), Maya Juwita mengatakan, meskipun sudah ada kebijakan pengarusutamaan gender, namun masih ada aturan-aturan yang berlawanan dan berpotensi menghambat pencapaian kesetaraan gender.

Kumpulan Kata-kata Inspiratif untuk Memperingati Hari Kartini

"Sebenarnya sudah bagus bagaimana Presiden Joko Widodo sendiri beberapa tahun lalu ditunjuk oleh PBB sebagai duta He for She untuk kesetaraan gender. Namun, jangan sampai ada kebijakan-kebijakan yang berkonflik, misalnya RUU Ketahanan Keluarga, yang menginginkan agar perempuan kembali ke ranah domestik," kata dia.

Usman Kansong, Direktur Pemberitaan Media Group, mengakui bahwa literasi gender para pemimpin perusahaan media tergolong masih rendah, bahkan di kalangan pemimpin perempuan. Hal ini berpengaruh kepada perspektif dan hasil pemberitaan di media, yang masih mencerminkan budaya yang patriarkal.

Ada Luka di Dada hingga Leher pada Wanita yang Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari

Selain itu, menurut Usman, lembaga-lembaga pengawas media seperti Dewan Pers dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) belum berfungsi secara optimal dalam konteks perspektif gender.

"Alih-alih mengadvokasi isu-isu gender, dua lembaga ini lebih banyak melarang. Misalnya KPI jadi mengatur hal-hal berbau agama, misalnya olahraga loncat indah (tubuh atletnya) di-blur. Perempuan yang pasti pakai baju renang, masa disensor?" pungkas dia.

Pemimpin Redaksi Magdalene.co, Devi Asmarani mengatakan, selain pengarusutamaan perspektif gender di media, konsumen media perlu diberdayakan agar lebih kritis dan mengetahui kekuatan mereka untuk mendorong media lebih baik.

"Konsumen media harus mengetahui bahwa mereka layak mendapatkan yang lebih baik dan mengonsumsi media yang tidak mengekslusi kelompok lain, atau gender tertentu. Konsumen harus lebih banyak menuntut media untuk berubah," ungkapnya.

Dalam sesi stand-up comedy, Komika Ligwina Hananto turut mengajak perempuan agar menuliskan ceritanya sendiri dan maju sebagai pemimpin.

"Selama ini laki-laki mendominasi, bahkan dalam menuliskan cerita-cerita princess, yang sangat tidak relatable untuk perempuan," kata Ligwina, yang juga seorang perencana keuangan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya