Ternyata Bicara 'Rezeki Anak Sholeh' Tak Diperbolehkan Dalam Islam

Ilustrasi ramadhan/berdoa.
Sumber :
  • Freepik

VIVA – Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita mendengar seseorang mengatakan 'rezeki anak sholeh'. Atau kita sendiri yang mengatakan hal tersebut ketika mendapat suatu keberuntungan.

Mengenal Penyakit Radang Usus, Bisa Sebabkan Kanker Usus Besar Jika Dibiarkan

Tapi ternyata, kata-kata tersebut tidak diperkenankan untuk diucapkan, lho. Salah satu akun Instagram mengulik mengenai hal ini. Bahkan, kita tidak diperkenankan untuk mengucapkannya lagi. Apa alasannya?

Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa memuji diri sendiri dianggap sebagai perbuatan tercela.

Pengakuan Mengejutkan Wanita yang Bunuh Keponakan Lalu Disembunyikan di Tempat Dupa

"Salah satu contoh Tazkiyatun Nafs (pembersihan jiwa) yang tercela adalah dengan memuji dirinya sendiri," tulis akun @xbank.indonesia di Instagram, dikutip VIVA, Jumat, 21 Mei 2021.

Kemudian, hal itu diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat An Najm.

4 Perempuan Pernah Jadi Istri Ari Sigit, Suci Winata Masih Setia

"Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa." (QS. An Najm: 32)

Lebih lanjut, dalam akun itu tertulis, batasan shalih adalah Alquran dan as-Sunnah. Maka, sebelum membanggakan diri dengan keshalihan, hendaknya kita meneladani sikap sahabat terbaik Rasulullah SAW, Abu Bakar Ash-Shiddiq.

"Allahumma anta a’lamu minni bi nafsiy, wa anaa a’lamu bi nafsii minhum. Allahummaj ‘alniy khoirom mimmaa yazhunnuun, wagh-firliy maa laa ya’lamuun, wa laa tu-akhidzniy bimaa yaquuluun."

Artinya:

"Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka." (Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 4: 228, no.4876. Lihat Jaami’ul Ahadits, Jalaluddin As Suyuthi, 25: 145, Asy Syamilah).

Hadis tersebut menggambarkan keadaan Abu Bakar Ash-Shiddiq ketika mendapatkan pujian dari orang lain.

"Lalu masih pantaskah kita memuji diri sendiri? Seberapa shalih kita dibandingkan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu? Pertanyaan ini yang mesti kita ingat, saat terbersit keinginan untuk mensucikan diri," tulis akun itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya