Kerajaan Samudera Pasai: Sejarah, Masa Kejayaan, sampai Peninggalannya

Ilustrasi Kerajaan Samudera Pasai
Sumber :
  • Tangkapan Layar: YouTube

VIVA – Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan Islam pertama yang ada di Indonesia. Kerajaan ini berkuasa sejak abad ke-13 sampai abad ke-16. Kerajaan Samudera Pasai terletak di sebelah utara pulau Sumatera, atau lebih tepatnya berada di Kota Lhokseumawe, Aceh.

Kepemimpinan Profetik, Transisi Kepemimpinan Nasional 2024

Seperti yang telah dijelaskan di atas, kerajaan ini terletak di wilayah yang sangat strategis. Wilayah Pasai sangat dekat dengan laut dan tidak jauh dari Selat Malaka. Selat Malaka adalah jalur perdagangan ke Cina, India, Persia, dan Arab. Kondisi ini yang membuat kerajaan ini semakin berkembang. Nah, supaya lebih paham, simak ulasan berikut ini, ya!

Kerajaan Samudera Pasai

Berfilsafat Itu Perintah Agama

Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan ini didirikan oleh seseorang yang bernama Nazimuddin al-Kamil, yaitu seorang laksamana dari Mesir. Ia kemudian mengangkat Marah Silu sebagai pemimpin pertama Kesultanan Samudera Pasai dengan gelar Sultan Malik Al-Saleh.

Memaknai Maulid Nabi bagi Generasi Z

Menurut catatan Ibnu Battutah menegaskan bahwa kerajaan Samudera Pasai didirikan sekitar tahun 1297 sebelum Dinasti Utsmaniyah di Turki. Perkiraan ini dikuatkan oleh penuturan saudagar Italia Venesia, Marco Polo, yang mengunjungi Samudera Pasai pada 1292.

Marcopolo menjelaskan bahwa ia melihat keberadaan kerajaan Islam yang sedang berkembang, Samudera Pasai, dengan ibu kota Pasai. Selain kedua dokumen tersebut, sejarah kerajaan Samudera Pasai berawal dari Hikayat Raja Pasai.

Kerajaan Samudera Pasai adalah gabungan dari dua kerajaan Samudera dan Pasai. Penggabungan itu dilakukan oleh Marah Silu, raja pertama bergelar Sultan Malik Al-Saleh, yang memerintah dari tahun 1285 sampai 1297. Setelah Marah Silu meninggal, ia diganti alih oleh putranya Sultan Muhammad Malik Al-Tahir yang berkuasa antara tahun 1297 sampai 1326.

Masa Kejayaan Kerajaan Samudera Pasai

Dilansir dari laman acehprov.go.id, wilayah Pasai merupakan pusat perdagangan yang membuat banyak saudagar dari beberapa penjuru dunia datang untuk berniaga ke Pasai, seperti India, Arab, Siam, sampai China. Lintas perdagangan di Pasai semakin berkembang sehingga membuat Kesultanan Samudera Pasai membuat mata uang emas yang dinamakan dirham supaya digunakan secara resmi.

Disamping menjadi pusat perdagangan dunia, Kerajaan Samudera Pasai juga menjadi pusat perkembangan agama Islam. Seiring dengan berkembangnya zaman, kerajaan ini mengalami kemunduran sampai ditaklukan Kerajaan Majapahit pada tahun 1360 M. walaupun demikian, Kerajaan Samudera Pasai bisa kembali meraih masa kejayaannya ketika masa pemerintahan Sultan Malikah Nahrasiyyah. Hingga akhirnya, pada tahun 1524 M kesultanan ini ditaklukan oleh kerajaan Aceh.

Raja-Raja Kerajaan Samudera Pasai

Selama masa berdirinya, Kerajaan Samudera Pasai telah dipimpin oleh 20 raja yang silih berganti sejak 1267 M sampai 1517 M. Berikut daftar raja Samudera Pasai:

  1. Sultan Malik al-Saleh/Meurah Silu (1267-1297)
  2. Sultan Malik az-Zahir (1297-1326)
  3. Sultan Ahmad I (periode 1326)
  4. Sultan al-Malik az-Zahir II (periode 1349)
  5. Sultan Zainal Abidin I (1349-1406)
  6. Sultan Malikah Nahrasiyah (1406-1428)
  7. Sultan Zainal Abidin II (1428-1438)
  8. Sultan Shalahuddin (1438-1462)
  9. Sultan Ahmad II (1462-1464)
  10. Sultan Abu Zaid Ahmad III (1464-1466)
  11. Sultan Ahmad IV (1466-1466)
  12. Sultan Mahmud (1466-1468)
  13. Sultan Zainal Abidin III (1468-1474)
  14. Sultan Muhammad Syah II (1474-1495)
  15. Sultan Al-Kamil (1495-1495)
  16. Sultan Adlullah (1495-1506)
  17. Sultan Muhammad Syah III (1506-1507)
  18. Sultan Abdullah (1507-1509)
  19. Sultan Ahmad V (1509-1514)
  20. Sultan Zainal Abidin IV (1514-1517)

Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai

Peninggalan kesultana ini diketahui dengan adanya makan raja-raja Pasai yang terletak di Kampung Geudong, Aceh Utara. Komplek pemakaman raja tersebut tidak jauh dari reruntuhan banguanan bekas kerajaan Samudera Pasai yang berlokasi di Desa Beuringin, Kecamatan Samudera Lhokseumawe.

Bukan hanya makam-makan raja, kerajaan ini juga meninggalkan lonceng Cakra Donya, buku Tassawuf, koin berbahan emas yang dipakai untuk bertransaksi, stempel khas kerajaan, sampai karya tulis Hikayat Raja Pasai.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya