Terapi Autoimun, Ashfalia Pramudya Tulis Novel

Ashifa Pramudya
Sumber :
  • Ist

VIVA – Selebgram  Ashfalia Pramudya atau yang akrab disapa Ai merilis novel berjudul Amaryllis. Menulis merupakan hobi yang juga jadi salah satu jadi terapi untuk penyaki autoimun yang diidapnya. 

Hari Buku Sedunia, Starbucks Indonesia Serahkan 8.769 Buku untuk Anak-anak

"Salah satu terapinya dengan cara menulis sesuai passion-nya. Aku bilang ke Ai, 'gak usah malu. Harus menginspirasi autoimunner yang lain supaya tetap berkarya'," kata ibunda Ai, Nunik saat ditemui baru-baru ini.

Ide buku tersebut sudah ada sejak 2015. Ai baru menggarap buku tersebut sejak 2017. Naskah biunya selsai pada pertengahan 2020 dan dicetak pada 2021. Buku tersebut ditulisnya berdasar dari misteri yang ada di sekelilingnya.

6 Cara Efektif Mengurangi Mata Minus bagi Penderita dengan Tingkat Minus Rendah

"Aku selalu merasa, ada misteri tersimpan di tempat yang tak disangka. Dengan membawa rasa ingin tahu akan misteri itu, lahirlah Amaryllis," ujarnya kepada wartawan, baru-baru ini.

Ai sangat senang memecahkan misteri bersama teman-temannya. Hal itu yang ingin ditularkan Ai kepada pembaca buku Amaryllis.

Kata Kritikus Seni Rupa soal Lukisan Artificial Intelligence Karya Denny JA

"Memecahkan misteri dengan kawan adalah hal yang selalu ingin kulakukan. Buatku itu menarik dan menegangkan. Dan aku ingin pembaca merasakan perasaan itu di dalam Amaryllis," ujarnya.

Selama proses penulisan, Ai dibantu tutor dari IWEC Surabaya. Mulai dari proses brainstorming, memberikan referensi untuk menambah wawasan, sampai editing

Amaryllis bercerita tentang Natasya, anak baru di Amaryllis Academy. Bersama kawannya, Melanie, mereka menemukan suatu rahasia di antara buku perpustakaan dan sarang laba-laba.

Namun sebelum rahasia itu terpecahkan, kasus berdarah terjadi di akademi. Memaksa mereka untuk menyelidiki. Juga menemukan benang merah antara kasus tersebut dan rahasia akademi.

Ai punya banyak menginspirasi dalam menulis, Salah satunya adalah Enid Blyton. Ia mulai terinspirasi sejak membaca tulisan Enid Blyton.

"Sosok pertama adalah kakakku, yang dahulu suka menulis cerpen di waktu senggangnya. Hobi itu menular dan kutekuni sampai saat ini," terangnya.

"Sosok kedua adalah Enid Blyton. Lewat jilid kelima Malory Towers (yang kubaca di kelas lima), aku menyadari bahwa akademi adalah setting menarik untuk sebuah cerita. Ide-ide akan Amaryllis mengalir setelahnya berkat pengaruh buku tulisannya," lanjutnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya