Kisah Mualaf

Rela 13 Tulang Punggungnya Patah Demi Mengenal Islam

Seorang mantan pendeta bernama Mathius berjuang masuk Islam
Sumber :
  • YouTube

VIVA – Seorang mantan pendeta bernama Mathius menceritakan kisah pilunya saat berjuang untuk memeluk Islam. Pria yang kini telah menjadi ulama dan berganti nama menjadi KH. Rohmat Hidayat itu menceritakan kisahnya hingga berderai air mata.

Terpopuler: Kebiasaan yang Buat Pria Disfungsi Ereksi sampai Negara yang Diramalkan Hilang dari Peta

Sebelum menjadi mualaf, dia merupakan seorang pendeta. Rohmat adalah anggota misionaris internasional dan menjadi ketua penyebaran agama Nasrani di wilayah Jawa Barat. 

Tidak hanya di Jawa Barat, Rohmat ditugaskan untuk menyebarkan agamanya terdahulu bahkan sampai ke berbagai pelosok negeri, dengan iming-iming memberikan bahan-bahan kebutuhan pokok. 

Gus Yahya Sebut Rencana Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia Sudah Didengar Sejak 2018

"Namun Alhamdulilah, setelah saya diberikan taufik dan hidayah oleh Allah SWT, saya belajar dan belajar. Dan kembali saya mengejar mereka agar kembali ke jalan yang benar, beragama yang Allah ridhoi," ujarnya dalam video yang diunggah di Youtube Islam Trending TV, dikutip VIVA, Selasa 30 November 2021. 

Perkenalannya dengan Islam berawal ketika dia mendengar Azan Subuh dalam perjalanannya ke Jakarta. Namun, saat itu dia menganggap Azan adalah sesuatu yang aneh. 

Alvin Lim Kecam Pendeta Gilbert Lumoindong yang Singgung Zakat dan Salat

Sesampainya di Jakarta, Rohmat mengontrak rumah besar untuk melanjutkan misinya. Pemilik kontrakan tersebut adalah seorang sarjana agama Islam yang mengajar di sebuah sekolah dasar (SD). Rohmat pun menanyakan pada pemilik kontrakannya tentang Azan Subuh yang dia anggap aneh. 

Setelah mendengar penjelasan, bukan terketuk, Rohmat malah semakin membenci Islam karena menganggap Subuh adalah waktu untuk tidur kenapa malah disuruh untuk beribadah. Hingga akhirnya Rohmat diberikan Alquran oleh si pemilik kontrakan. 

"Begitu saya buka surat Al-Imran, timbul keanehan saya yang kedua. Kenapa hanya dua ayat yang diberikan tanda merah yang lain tidak ada. Itu Al-Imran 85 dan 102. Selama tiga bulan saya tidak pernah tidur, hanya membolak-balik arti dari dua ayat ini saja," ungkapnya. 

Di situlah taufik dan hidayah masuk ke dalam diri Rohmat. Seluruh tubuhnya bergetar dan dadanya bergejolak. Bahkan tanpa sadar, di dalam hati dia mengucap bahwa hanya Islam yang benar dan hanya agama ini yang bisa menyelamatkan umat manusia. 

Akhirnya, atas bimbingan sang pemilik rumah, Rohmat memberanikan diri mengatakan pada rekan-rekannya mengenai keinginannya untuk mengundurkan diri dan memeluk Islam. 

"Namun apa yang saya terima dari mereka. Saya bukan tentara, saya bukan polisi, tapi saya merasakan panasnya peluru di kaki saya dan di dada sebelah kanan saya," kata dia sambil gemetaran menahan tangis. 

"Besi yang lebarnya 6 cm yang dibakar merah membara, dipukulkan ke pipi saya, saya tahan dengan tangan kiri saya. Demi Allah, besi panas nempel di tangan kiri saya. Lalu saya ditengkurapkan, kepala saya diinjak oleh tiga orang, kaki tangan saya diikat, lalu punggung saya dipukuli," lanjut dia sambil menangis. 

Rohmat mengatakan, sebanyak 13 tulang punggungnya patah demi mengenal Islam. 

"Kalau menurut logika manusia, mungkin sudah meninggal dunia. Tapi Allah mempunyai rencana lain untuk saya. Atas izin dan karunia Allah, saya bisa lolos dari pembunuhan mereka," imbuh KH. Rohmat Hidayat. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya