Ini Sejarah dan Makna Hari Raya Idul Fitri yang Perlu Kamu Ketahui

Hari Raya Idul Fitri
Sumber :
  • pixabay

VIVA – Tak terasa kita sudah menyelesaikan ibadah puasa bulan suci Ramadhan selama satu bulan penuh. Setelah itu, umat muslim akan merayakan hari raya idul fitri, dimana pada tahun ini dirayakan pada hari Senin, 2 Mei 2022. Hari raya Islam dirayakan pada hari pertama bulan Syawal, bulan yang datang setelah Ramadhan dalam kalender Hijriah. Karena itu, dirayakan pada hari yang berbeda di seluruh wilayah.

Mendag Zulhas Sebut Kenaikan Harga Bawang Merah Akibat Banyak Pedagang Belum Mulai Berjualan

Setelah selesai melaksanakan puasa bulan suci Ramadhan, umat islam akan merayakan hari raya islam atau hari raya idul fitri. Hari raya idul fitri merupakan suatu perayaan bagi umat muslim atas kemenangan menahan diri dari makan dan minum, serta menjauhi dari berbagai pekerjaan yang bisa membatalkan puasa. Pada hari raya idul fitri ini, umat islam dilarang untuk berpuasa.

Bagaimana sejarah dan makna Idul Fitri?

Akan Ada 2 HP Baru yang Meluncur Abis Lebaran

Sejarah hari raya Idul Fitri ada kaitannya dengan peristiwa perang badar dan hari raya masyarakat jahiliyah. Melansir dari situs NU Online, pertama, awal mula dilaksanakannya hari raya Idul Fitri pada tahun ke-2 Hijriah. Saat itu bertepatan dengan kemenangan kaum Muslimin dalam perang badar. 

Kemenangan tersebut menjadi sejarah bahwa di balik perayaan Idul Fitri ada histeria dan perjuangan para sahabat untuk meraih kemenangan dan menjayakan Islam. Oleh sebab itu, setelah kemenangan diraih umat Islam, secara tidak langsung mereka merayakan dua kemenangan, yakni kemenangan atas dirinya yang telah berhasil berpuasa selama satu bulan, dan kemenangan dalam perang badar.

Fourtwnty Tutup Jakarta Lebaran Fair dengan Manis 

Kedua, sebelum Islam datang, kaum Arab jahiliyah memiliki dua hari raya yang dirayakan dengan sangat meriah. Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa asal-usul disyariatkannya hari raya ini tidak lepas dari tradisi orang jahiliyah yang mempunyai kebiasaan khusus untuk bermain dalam dua hari, yang kemudian dua hari itu oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diganti menjadi hari yang lebih baik, dan perayaan yang lebih baik pula, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. 

Rasulullah bersabda: “Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda, kaum jahiliyah dalam setiap tahunnya memiliki dua hari yang digunakan untuk bermain, ketika Nabi Muhammad SAW datang ke Madinah, Rasulullah bersabda: kalian memiliki dua hari yang biasa digunakan bermain, sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan hari yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha” (HR Abu Dawud & an-Nasa’i) 

Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari dalam kitabnya Risalah fil Aqaid menjelaskan bahwa dua hari yang setiap tahunnya digunakan untuk pesta pora oleh kaum jahiliyah itu disebut dengan hari Nairuz dan Marjaan. 

Dalam setiap tahunnya, dua hari ini digunakan untuk pesta pora, dan di isi dengan mabuk-mabukan dan menari. Dikatakan, bahwa Nairuz dan Marjaan merupakan hari raya orang Persia kuno. 

Setelah turunnya kewajiban puasa Ramadhan, Rasulullah SAW mengganti Nairuz dan Marjaan dengan hari Idul Fitri dan Idul Adha. Tujuannya, agar umat Islam mempunyai tradisi yang lebih baik dan sejalan dengan apa yang disyariatkan oleh Allah subhanahu wata'ala.” (Lihat, Risalah fil Aqaid, juz 3, h. 68) 

Begitupun Imam al-Baihaqi dalam kitabnya, as-Sunanul Kubra, menampilkan bunyi haditsnya secara jelas. “Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah SAW bersabda: barang siapa membangun negeri kaum ajam (selain Arab), kemudian meramaikan hari-hari nairuz dan mihrajan mereka, serta meniru mereka hingga ia mati dalam keadaan seperti itu, maka ia akan dibangkitkan bersama mereka pada hari kiamat.” (Imam al-Baihaqi, as-Sunanul Kubra, juz 9, h. 234).
 
Idul Fitri juga merupakan perayaan atas keberhasilan bulan puasa, berdoa dan menahan diri dari segala tindakan, pikiran dan kata-kata negatif dan merupakan cara untuk menghormati Allah. Festival ini dirayakan di seluruh dunia dengan umat Islam mengambil bagian dalam doa yang diikuti dengan khotbah segera setelah fajar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya