Survei: Pandemi COVID-19 Pacu Masyarakat Giat Berbagi

Ilustrasi vaksinasi COVID-19 untuk pelajar.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Pandemi COVID-19 tak melulu berdampak buruk pada masyarakat, karena survei membuktikan bahwa sisi sosialisasi justru kian terasah. Hal itu nampak dari tren penyaluran dana filantropi di Indonesia dalam tiga tahun ke belakang menunjukan kenaikan. 

Kenaikan terbesar justru terjadi di awal pandemi COVID-19 dengan total kenaikan penyaluran bantuan adalah sebesar 23,05%. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI, Kunto Adi Wibowo dalam soft-launching Survei Outlook Filantropi 2022 pada diskusi publik bertajuk “Giat Berbagi di Kala Pandemi” yang diselenggarakan baru-baru ini.

Kunto menjelaskan bahwa penelitian ini adalah bagian dari Philanthropy Outlook 2022 yang akan diluncurkan bersamaan dalam acara puncak Festival Filantropi Indonesia atau FIFest 2022, yakni pada tanggal 13 Juni 2022. Kunto lebih lanjut mengelaborasi temuan surveinya dengan menggarisbawahi bahwa filantropi agama adalah jenis filantropi yang kontribusinya paling besar dalam penyaluran dana filantropi di Indonesia.

”Filantropi agama menyalurkan lebih dari 80% dari total penyaluran dana filantropi di tahun 2020, disusul oleh filantropi perusahaan”, tutur Kunto. Kunto menambahkan bahwa penyaluran dana oleh filantropi perusahaan naik paling drastis di tahun 2020 sebesar 41% dari tahun 2019," jelas Kunto dari keterangan persnya.

"Pandemi COVID-19 membuat warga dan perusahaan di Indonesia semakin giat berbagi dengan sesama," ujar Kunto.

Deputi Baznas RI, Moh. Arifin Purwakananta mengamini temuan Outlook Filantropi ini. Arifin menyatakan filantropi agama sangat berperan di Indonesia, dapat dilihat dari jumlah zakat yang dihimpun oleh gerakan zakat dan zakat informal dari masyarakat. Deputi Baznas RI ini juga mengiyakan bahwa saat pandemi, meskipun inflasi sedang naik, donasi masyarakat pun meningkat. Menurut Arifin, donasi ini berasal dari mereka yang tidak terkena krisis dan mereka yang berharap, dengan menyumbang, pandemi akan segera berakhir. 

“Ketika ada krisis dan itu diberitakan, orang akan menjadi donatur,” ujarArifin.

Sebagai survei pertama yang melihat perkembangan filantropi di Indonesia, survei ini mencatat bahwa pandemi COVID-19 mengakselerasi penerima manfaat kegiatan filantropi. Tercatat, pertumbuhan penerima manfaat sebesar 42,15% dari 27,42 juta jiwa di tahun 2019 menjadi 38,71 juta jiwa di tahun 2020. 

“Kegiatan filantropi di Indonesia telah menjangkau 91,6 juta jiwa dari tahun 2018-2020 yang merupakan pencapaian yang patut diapresiasi,” ujar Kunto. 

Filantropi agama sekali lagi menjadi kontributor terbesar dalam penerima manfaat disusul oleh filantropi perusahaan. Pandemi COVID-19 mendorong inovasi dalam penggalangan dana untuk kegiatan filantropi dengan pemanfaatan teknologi digital. Terdapat 55,3 persen organisasi filantropi yang menggunakan teknologi digital dalam penggalangan dana. 

"Teknologi digital yang paling banyak dimanfaatkan adalah media sosial dan situs web organisasi,” Kunto menyatakan hasil surveinya. 

Pendorong pemanfaatan teknologi digital menurut organisasi filantropi adalah kemudahan untuk meningkatkan keterlibatan publik dan kemampuan untuk membuat data donatur untuk pemetaan dan jejaring pendanaan. “Di lain sisi penggunaan teknologi digital juga menyisakan tantangan yaitu potongan bagi platform crowdfunding, periode penggalangan dana yang terbatas, dan isu yang sangat fokus pada charity”, tutur Kunto.

Menanggapi pemaparan yang disampaikan Lembaga Survei KedaiKOPI, Ketua Badan Pengurus Filantropi Indonesia, Rizal Algamar menyatakan bahwa latar belakang kajian Outlook Filantropi Indonesia 2022 diharapkan dapat menggambarkan perkembangan filantropi selama tiga tahun terakhir (2018-2020) dan mengetahui dinamika, tantangan, dan capaian-capaian selama tahun tersebut. Adapun laporan riset ini menjadi bahan rujukan untuk melihat dinamika perkembangan filantropi di Indonesia dan akan diterbitkan setiap tahun dalam dua bahasa. 

“Perlu menyuarakan prioritas untuk menjadi kunci penguatan filantropi, yakni pemetaan regulasi untuk aksi filantropi, khususnya mengenai insentif pajak dan kemitraan multipihak agar mendapatkan dampak yang luas”, jelas Rizal.

Selanjutnya Rizal mengatakan bahwa kebiasaan berbagi yang sudah mendarah daging pada diri masyarakat Indonesia sesungguhnya merupakan kekuatan tersendiri bagi bangsa ini untuk sama-sama menjadikan masyarakat lebih berdaya. Pengaruh dan peran filantropi yang sangat fleksibel dalam percepatan pemulihan dari pandemi COVID-19, dari segi pendanaan maupun tenaga, dapat membantu meringankan sektor pemerintah yang memiliki keterbatasan sumber daya.

Cuan Banget, Inilah Kenapa Live Selling Disarankan Buat Para Penjual Online

Survei Outlook Filantropi 2020 ini adalah bagian dari kajian Philanthropy Outlook 2022 yang dilakukan oleh Lembaga Survei KedaiKOPI dan Filantropi Indonesia dari tanggal 31 Januari sampai dengan tanggal 3 Maret 2022 Survei dilakukan dengan metode telesurvey kepada 1023 organisasi filantropi di Indonesia dengan 224 organisasi filantropi yang merespons dan berpartisipasi dalam survei ini.
 

Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Rahmat Bagja

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Ketua Bawaslu RI mengatakan bahwa Pilkada Serentak 2024 berbeda dan jauh lebih kompleks dibandingkan dengan penyelenggaraan pilkada serentak sebelumnya.

img_title
VIVA.co.id
22 April 2024