Ini Alasan Marga Kim, Park, dan Lee Pasaran di Korea

Ilustrasi wanita Korea.
Sumber :
  • U-Report

VIVA Lifestyle – Kamu pasti tak asing dengan nama orang Korea yang bermarga Kim, Park, dan Lee. Idol maupun tokoh terkenal dari Negeri Gingseng banyak yang bermarga ketiga nama tersebut. 

Yunho dan Changmin TVXQ Minta Maaf kepada Penggemar Indonesia, Apa Alasannya?

Dilansir dari SBS, Korea Selatan saat ini dihuni lebih dari 50 juta penduduk. Dari 50 juta orang, sekitar 10 juta penduduk memiliki nama keluarga Kim. 

Tiga nama marga tersebut memang yang paling populer di Korsel. Bahkan merupakan nama keluarga dari setengah populasi. 

Rayakan 20 Tahun Debut, TVXQ Senang Bisa Menikmati Waktu Bersama dengan Cassiopeia Indonesia

Ilustrasi pria korea.

Photo :
  • U-Report

The Economist menyatakan nama keluarga adalah embel-embel asing dalam masyarakat Korea sampai Dinasti Joseon antara tahun 1392 hingga 1910. Setelah itu, marga berfungsi sebagai kekuasaan dan kelas. Selain itu, marga dikaitkan dengan bangsawan dan kaum elit di Korea yang dikenal dengan istilah yanban

TVXQ Sapa Cassiopeia Indonesia Sampai Rela Blusukkan, Penggemar Bersorak Senang

Rupanya nama Lee dan Kim sering dikonotasikan dengan kemewahan pada saat itu. Sementara masyarakat dengan tingkat sosio-ekonomi lebih rendah seperti budak dan buruh, tidak banyak menggunakan nama belakang atau kemewahan yang disarankan. 

Pada tahun 668, terdapat satu keluarga bangsawan yang bernama Keluarga Kim. Kata Kim sendiri memiliki arti ‘emas’. Keluarga ini disebut-sebut sangat menonjol dan menjadi penguasa Kerajaan Silla selama 700 tahun.

Ilustrasi budaya Korea Selatan.

Photo :
  • U-Report

Penggunaan nama belakang oleh kaum bangsawan Korea diadopsi dari bangsawan di China. Bangsawan Korea menganggap memakai nama belakang membuat nama mereka terdengar mulia. 

Ketika kelas pedagang mulai tumbuh dalam kekayaan, mereka juga ingin kedudukannya meningkat. Marga menjadi sebuah kemewahan yang mereka mampu dapatkan. 

“Menjadi semakin umum bagi pedagang sukses untuk mengambil nama belakang juga. Mereka dapat membeli silsilah elit secara fisik dengan membeli buku silsilah (jokbo) dan menggunakan nama belakangnya,” tulis The Economist.

Pada abad ke-18, pemalsuan nama keluarga merajalela. Memalsukan silsilah keluarga untuk ‘menuliskan’ seorang non-kerabat dari garis keturunan bangsawan yang sekarat adalah hal biasa. 

Kendati demikian, hal tersebut memungkinkan rakyat jelata mengadopsi nama keluarga bangsawan yang baru.

Pada tahun 1894, sistem kasta di Korea dihapuskan. Momen ini menandakan rakyat jelata diperbolehkan mempunyai marga. Mayoritas memilih untuk memakai nama keluarga tuan tanah mereka. 

Karena sebelumnya keluarga tuan tanah mengagungkan bangsawan Keluarga Kim dan membeli silsilah keluarga itu, maka rakyat jelata sebagai bawahannya ikut menggunakan nama Kim. 

Lama-kelamaan semakin banyak orang yang menggunakan nama Kim, lalu disusul dengan marga Lee dan Park. 

Ketika Undang-Undang Pendaftaran Sensus disahkan di Korea pada tahun 1909, semua warga Korea wajib memiliki marga. Penggunaan nama keluarga Kim, Lee, dan Park pun membludak.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya