Gak Cuma Indah, Pakar Sebut 80 Persen Gempa di Dunia Berasal dari Indonesia

Ilustrasi gempa Bumi.
Sumber :
  • Freepik

VIVA Lifestyle – Kepala Disaster Risk Reduction Center (DRRC) Universitas Indonesia, Prof. Dra. Fatma Lestari, M.Si., Ph.D, mengungkapkan, Indonesia selain dikaruniai keindahan alam yang terbentang, juga dilengkapi dengan risiko bencana.

Jokowi Resmikan Huntap hingga Proyek Infrastruktur Pascabencana di Sulteng

"Indonesia memiliki keragaman bencana luar biasa. Gempa bumi terbesar di dunia dan frekuensi terbanyak ke-3 di dunia yang memiliki likuifaksi," ujar Prof. Fatma saat Kick of Penyelenggaraan Garnas Buana 2022 di Hotel Borobudur Jakarta, belum lama ini. Yuk, scroll untuk informasi selengkapnya.
 
"Tugas kita tidak mudah namun perlu kita berkolaborasi bersama. Perlu diingat juga bahwa jumlah penduduk Indonesia no. 4 terbesar di dunia, saat terjadi bencana memiliki tantangan lebih banyak," sambungnya. 

Bahkan dia menyebut, dalam taraf internasional sekitar 80 persen gempa yang ada berasal dari Indonesia. Maka dari itu, untuk menghadapi kondisi tersebut Prof. Fatma mengingatkan kembali untuk bersama-sama berkolaborasi. 

Gunung Kidul Yogyakarta Diguncang Gempa, Getaran Terasa hingga Pacitan

Bentuk kolaborasi tersebut salah satunya diwujudkan dengan menyelenggarakan program Garda Nasional Bumi dan Bencana (Garda Buana) 2022. Program ini turut diinisiasi oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) melalui Direktorat Jenderal bina Administrasi Kewilayahan dengan support dari tim ahli Disaster Risk Reduction Center (DRRC) Universitas Indonesia. 

BNPB Sebut Alih Fungsi Hutan Memperparah Dampak Longsor di Bandung Barat

"Indonesia negeri yang indah, kita juga menghadapi berbagai bencana di negeri ini. Garnas Bumi dan Bencana lahir hari ini untuk menghargai, memberikan penghargaan garda-garda terdepan yang selalu siap menjadi perintis, melindungi jiwa serta mengurangi dampak dampak dari bencana," tuturnya. 

Prof Fatma melanjutkan, Garnas Buana 2022 merupakan bentuk penghargaan kepada garda terdepan, sebab Indonesia memiliki begitu besar tantangan dalam menghadapi bencana.  

Berada di tempat yang sama, Dirjen Bina Adwil, Drs. Safrizal menyampaikan, ke depannya mutu pelayanan kepada publik harus lebih baik. Salah satu cara yang ditempuh adalah melalui science, namun implementasinya dapat dilaksanakan oleh siapa saja dengan terarah dan lebih baik. 

"Maksud mengurus kegiatan ini lebih kuantitatif, lebih statistik dalam rangka ke depannya meningkatkan mutu pelayanan kepada publik. Kalau kita tidak mengerjakan ini secara sitifik, maka dianggap sebagai pekerjaan yang dapat dilakukan oleh siapa saja dan tidak terarah lebih baik," ungkap Drs. Safrizal.

Penghargaan Garnas Buana 2022 dimaksudkan pemerintah daerah dapat menjadi terdepan dalam kolaborasi antar instansi terkait. Sehingga visi dan misi dalam melindungi bumi dari ancaman bencana dapat terkontrol melalui kesiapsiagaan. Melalui program ini juga diharapkan kepercayaan diri dalam implementasi penanganan bencana dapat meningkat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya