Sineas, Penulis, dan Seniman Berkumpul di Bali: UWRF 2024 Jadi Sorotan Dunia

Pendiri & Direktur UWRF Janet DeNeefe (baju hijau) pemaparan tentang UWRF di Artotel Hotel Sanur
Sumber :
  • VIVA.co.id/Maha Liarosh (Bali)

Bali, VIVA – Ubud Writers & Readers Festival (UWRF), salah satu festival sastra tahunan terbesar di Asia Tenggara, akan kembali hadir dengan edisi ke-21 pada 23-27 Oktober 2024.

Berlaku Mulai Januari 2025, Ini Besaran UMP dan UMSP Provinsi Bali

Pendiri & Direktur UWRF Janet DeNeefe mengatakan, UWRF 2024 mengambil tema Satyam Vada Dharmam Chara: Speak the Truth, Practice Kindness, yang diinspirasi dari epik Mahabharata dan dikaitkan dengan konsep filosofi Hindu Bali Tri Pramana.

"Tentu kita bicara tentang kualitas manusia dan  mungkin saat ini di dunia agak sulit menemukan kebenaran," kata Janet, Kamis, 10 Oktober 2024.

Usai Dugem, Pria Asal Bandung Ditusuk Temannya di Monumen Bom Bali

Diskusi yang akan digelar dalam festival ini kata Janet juga mengarah pada jenis elemen dalam kehidupan saat ini termasuk masalah-masalah yang berhubungan.

Lebih dari 70 penulis, seniman, aktivis, akademisi, dan pegiat kebudayaan Bali akan meramaikan festival ini. 250 pembicara dari Indonesia dan dunia, bakal hadir mulai dari India, Australia, Korea Selatan, Palestina, Amerika Serikat, hingga Malta.

Ahmad Tohari, Esther Haluk dan Murdiono Mokoginta Dianugerahi Penghargaan Penulis 2024

Penulis Bali pemenang S.E.A Writer Award Oka Rusmini menyampaikan,  karya-karya penulis perempuan Bali menjadi bentuk interpretasi modern dari tema ini. Penulis tidak hanya sekadar menyampaikan kebenaran, tetapi juga mengajak pembaca untuk berempati, berrefleksi, dan bertindak.

"Karya-karyanya menjadi cerminan dari semangat zaman yang terus berubah, di mana nilai-nilai kebenaran dan kebaikan terus relevan, namun cara kita memahami dan mengimplementasikannya terus berkembang," kata Oka Rusmini.

Saat festival, penulis bernama lengkap Ida Ayu Oka Rusmini ini akan mengisi sesi Bali Through Her Eyes yang akan mengeksplorasi perspektif dan pengalaman perempuan Bali dalam melihat dan memaknai pulau ini.

Pnulis dan dosen sastra Jawa Kuno kelahiran Getakan, Klungkung, Carma Mira yang gemar menulis dalam bahasa Bali bakal mengisi program Fun with Balinese Stories.

Mira aka membawa dan mempromosikan cerita-cerita Bali kepada anak-anak usia 6-8 tahun.

“Menulis dengan bahasa Bali adalah salah satu bentuk komitmen saya untuk melestarikan dan merawat kekayaan budaya Bali. Saya sebagai salah satu penutur bahasa Bali ingin ikut berkontribusi dalam memperkaya khazanah sastra Bali," ujarnya.

Sementara, Pranita Dewi, penyair Bali yang puisi-puisinya telah diterbitkan dan  diterjemahkan ke Bahasa Prancis, Bahasa Inggris, dan Bahasa Thailand, akan meramaikan panggung-panggung pembacaan puisi di UWRF tahun ini.

Puisi yang akan dibawakan mulai dari Women’s Poetry Slam, Poetry Night at Casa Luna, hingga 2024 Festival Poetry Slam.

Pranita Dewi menekankan UWRF sebagai platform yang turut mendorong perkembangan sastra dan penulis Bali.

“Sebagai festival yang sudah berusia 21 tahun, tentu festival ini mempunyai dampak yang sangat besar sebagai wadah untuk masing-masing penulis yang telah lahir, atau justru yang baru lahir untuk berjejaring satu sama lain," kata Pranita.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya