5 Jejak Hidup Sederhana Paus Fransiskus, Teladan Penuh Kedamaian
- (Aditya Aji/Pool Photo via AP)
VIVA – Kabar duka menyelimuti umat Katolik dan masyarakat global dengan wafatnya Paus Fransiskus pada usia 88 tahun, Senin, 21 April 2025, pukul 07.35 pagi waktu Roma, di kediamannya di Casa Santa Marta, Vatikan.
Pemimpin Gereja Katolik Roma ini sebelumnya menjalani perawatan intensif selama 38 hari akibat pneumonia ganda yang dideritanya sejak pertengahan Februari.
Menurut laporan resmi Vatikan, penyebab kematiannya adalah stroke yang diikuti oleh koma dan kolaps kardiovaskular yang tidak dapat dipulihkan. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Semasa hidupnya, Paus Fransiskus dikenal memiliki hati yang sangat besar dan jejak hidup sederhana sehingga banyak orang di seluruh dunia yang mencintainya.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati dan Paus Fransiskus (dok: Instagram @smindrawati)
- VIVA.co.id/Anisa Aulia
Berikut ini adalah cara mengubah gaya hidup sederhana dari Paus Fransiskus yang bisa dijadikan teladan, seperti dilansir dari CBCP News:
Berdoa agar Hati Bertobat
Tidak mengherankan, penghargaan dan kepedulian manusia terhadap lingkungan harus bersumber dari hubungan manusia dengan Tuhan, yang dibangun melalui doa.
Seperti yang dijelaskan Paus Benediktus XVI, yang dikutip oleh Paus Fransiskus dalam paragraf 217 dari “Laudato Si”, pada tahun 2005: “Gurun-gurun di luar dunia semakin meluas, karena gurun-gurun di dalam telah menjadi begitu luas”.
Salah satu ekspresi dari sikap ini adalah ketika manusia berhenti sejenak dan mengucap syukur kepada Tuhan sebelum dan sesudah makan. Paus Fransiskus meminta semua umat beriman untuk kembali pada kebiasaan yang indah dan bermakna ini.
Momen berkat itu, betapapun singkatnya, mengingatkan akan ketergantungan kepada Tuhan untuk hidup; momen itu memperkuat rasa syukur atas karunia ciptaan, mengakui mereka yang dengan kerja kerasnya menyediakan barang-barang ini bagi manusia, dan momen itu menegaskan kembali solidaritas dengan mereka yang sangat membutuhkan.
Seseorang pernah menantangnya untuk selalu mengucapkan doa sebelum makan entah saat Paus Fransiskus sedang makan pisang untuk sarapan di mobil dalam perjalanan ke kantor, atau makan siang bersama teman-teman di restoran yang ramai, dan itu mengubah hidupnya.
Paus Fransiskus Pimpin Misa Suci di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta
- AP Photo/Dita Alangkara
Belajar Menghargai Keindahan
Ini mungkin terdengar terlalu sederhana, tetapi belajar menghargai keindahan di dunia sekitar, baik pada orang lain atau pada matahari terbenam di pegunungan yang indah, merupakan langkah mendalam dalam pertobatan hati yang membantu menghargai ciptaan sebagai anugerah dari Tuhan.
Satu cara praktis yang bisa dilakukan untuk menikmati keindahan adalah habiskan lebih banyak waktu di alam yang sunyi. Ini adalah salah satu penitensi favorit pendeta paroki untuk diberikan setelah pengakuan dosa.
Menghabiskan waktu dalam keindahan ciptaan Tuhan menenangkan hati, memanggil keluar dari diri sendiri, dan mengingatkan akan kemuliaan-Nya.
Momen hangat dan haru antara Paus Fransiskus dengan Nasaruddin Umar
- katolikana.com
Latih Rasa Syukur dan Tidak Mementingkan Diri Sendiri dalam Keluarga
Menurut Paus Fransiskus, benih-benih penyalahgunaan ciptaan Tuhan dan lingkungan adalah keegoisan dan keserakahan manusia sendiri. Tempat terbaik untuk mengoreksi keinginan-keinginan yang berdosa ini dan untuk mempelajari kebajikan adalah dalam keluarga.
Dalam keluarga, seseorang pertama kali belajar cara menunjukkan kasih sayang dan rasa hormat terhadap kehidupan. Diajarkan cara menggunakan barang dengan benar, ketertiban dan kebersihan, rasa hormat terhadap ekosistem lokal, dan kepedulian terhadap semua makhluk.
Dalam keluarga, juga menerima pendidikan integral, yang memungkinkan seseorang tumbuh secara harmonis dalam kedewasaan pribadi.
Dalam keluarga, diajarkan belajar untuk meminta tanpa menuntut, untuk mengucapkan “terima kasih” sebagai ungkapan rasa terima kasih yang tulus atas apa yang telah diberikan, untuk mengendalikan agresivitas dan keserakahan, serta untuk meminta maaf ketika telah menyebabkan kerugian.
Tindakan sederhana dari kesopanan yang tulus ini membantu menciptakan budaya kehidupan bersama dan rasa hormat terhadap lingkungan sekitar.
Ubah Cara Mengonsumsi Produk
Setiap konsumen memiliki kekuatan. Jika mengubah cara mengonsumsi sesuatu, bisnis akan dipaksa untuk memperhatikannya. Jika sebagai Gereja, misalnya, berhenti berbelanja pada hari Minggu, atau berhenti membeli pakaian yang diproduksi secara tidak etis, bisnis harus menanggapi perubahan tersebut.
Perubahan gaya hidup dapat memberikan tekanan yang sehat bagi mereka yang memegang kekuasaan politik, ekonomi, dan sosial. Inilah yang dicapai gerakan konsumen dengan memboikot produk tertentu.
Gerakan ini terbukti berhasil mengubah cara bisnis beroperasi, memaksa mereka untuk mempertimbangkan jejak lingkungan dan pola produksi mereka.
Ketika tekanan sosial memengaruhi pendapatan mereka, bisnis jelas harus menemukan cara untuk berproduksi secara berbeda. Hal ini menunjukkan kepada kita perlunya rasa tanggung jawab sosial yang besar di pihak konsumen.
Sederhanakan Hidup
Hanya karena merasa mampu, bukan berarti harus melakukannya. Paus Fransiskus meminta agar mereka yang mampu lebih banyak untuk lebih bijaksana dalam memilih gaya hidup dan belajar menemukan kegembiraan dalam hidup yang sederhana.
Pada kenyataannya, mereka yang lebih menikmati dan menjalani hidup lebih baik setiap saat adalah mereka yang telah berhenti mencari-cari di sana sini, selalu mencari apa yang tidak mereka miliki.
Bahkan dengan hidup yang sedikit, mereka dapat hidup dengan baik, terutama ketika mereka mengembangkan kesenangan lain dan menemukan kepuasan dalam perjumpaan persaudaraan, dalam pelayanan, dalam mengembangkan bakat mereka, dalam musik dan seni, dalam kontak dengan alam, dalam doa.
Kebahagiaan berarti mengetahui cara membatasi beberapa kebutuhan yang hanya melemahkan kita, dan bersikap terbuka terhadap berbagai kemungkinan yang dapat ditawarkan kehidupan.