Kisah Kakek 81 Tahun yang Memutuskan Kembali Bersekolah

Abdel-Qader Abu Ajameyah ikut ujian sekolah
Sumber :
  • REUTERS/Mussa Qawasma

VIVA.co.id – Ungkapan tak ada kata terlambat untuk belajar tampaknya benar adanya. Di usianya yang senja  Abdel-Qader Abu Ajameyah belajar dengan giat dan berharap yang terbaik saat dia mengikuti ujian untuk ijazah SMA-nya.

Ustaz Derry Beberkan Cerita Putra Siregar Pusing Habiskan Uang Rp1 M: Dibawa Pakai Kresek

Dilansir Reuters, Rabu 7 Juni 2017, pria berusia 81 tahun, yang merupakan seorang pensiunan penjual makanan dari Hebron di Tepi Barat yang diduduki Israel ini, melakukan tes nasional untuk pertama kalinya tahun lalu namun gagal. Tapi hal itu tak menghentikan langkahnya.

Ayah dari 14 anak ini, telah belajar lima jam sehari dan melakukan yang terbaik untuk berkonsentrasi meskipun ada upaya dari 36 cucunya untuk membuatnya bermain.

Kisah Tukang Bajaj, dapat Duit Jutaan Rupiah hingga Ditawari Menikah

"Saya suka pendidikan. Tidak ada batas bagi seseorang untuk belajar, itu tidak berhenti pada usia tertentu,” katanya dengan bangga, mengenakan jas dan dasi formal.

"Saya ingin memberi contoh ke generasi sekarang, jangan pernah berhenti belajar."

Ragam Cerita KTT ASEAN 2023,  Ada yang Cium Tangan Ibu Iriana

Meski mengalami kesulitan dalam  menggerakkan tangannya, sehingga sulit untuk menulis, hal itu kembali tidak menghentikannya. Dia mendiktekan jawaban kepada seorang asisten perempuan dan mengisikannya ke lembar jawaban.

Ajameyah mendapat dukungan dari keluarganya, terutama istrinya, yang terus berusaha agar cucu-cucunya tak mengganggu saat dia belajar.

"Ibuku mengurus semua kebutuhan ayahku seolah-olah dia adalah seorang pelajar SMA berusia 18 tahun. Kita semua mendorongnya dan kita semua sangat bangga padanya," kata Zakaria yang berusia 43 tahun, salah satu putra Ajameyah.

Zakaria mengatakan, bahwa ayahnya mulai sekolah di sebuah desa dekat Ramla, di tempat yang sekarang menjadi milik Israel. Selama perang Arab-Israel 1948, keluarga Abu Ajameyah terpaksa melarikan diri, menjadi pengungsi di Tepi Barat.

Ajameyah akhirnya berhenti bersekolah untuk bekerja menjual makanan, dan baru mulai berpikir untuk belajar lagi begitu ia pensiun beberapa dekade kemudian. Dia mengatakan bahwa tujuannya sekarang setara dengan anak-anak dan cucu-cucunya.

Hasil ujian dijadwalkan pada pertengahan Juli. Keluarganya bersiap untuk perayaan jika dia berhasil mendapatkannya, tapi anaknya mengatakan bahwa dia tidak berencana untuk melanjutkannya ke universitas. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya