Kisah Laninka, Penyandang Difabel Yang Jadi YouTuber Make Up

Penyakit autoimun sebabkan tangan Laninka tak bisa ditekuk dan harus pakai kursi roda
Sumber :
  • Instagram Laninka

VIVA – Keterbatasan fisik bukan halangan untuk berkarya dan mandiri. Seperti yang dilakukan Laninka Siamiyono (27), pengidap autoimun rheumatoid arthritis. Penyakit yang diderita Laninka sejak Sekolah Dasar ini menyebabkan radang pada sendi pergelangan tangan, kaki, dan lutut, hingga mengakibatkan bengkak disertai rasa nyeri dan kaku.

Merinding, Beredar Gambar yang Diduga Penampakan Seorang Youtuber Cantik Swafoto dengan Setan

Kesalahan diagnosa dari dokter hingga berkali-kali, membuat Laninka terlambat memperoleh penanganan tepat. Ia bahkan harus akrab dengan kursi roda setelahnya.

"Jadi ada yang bilang sakit ini sakit itu, sampai dokter ke-4 dan dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo baru ketahuan kena rheumatoid arthritis," ungkap perempuan kelahiran 5 Januari 1991 itu.

YouTube Luncurkan sebuah Serial Dokumenter 5 bagian berjudul “Seribu Kartini”

Mengalami sakit berkepanjangan, tidak menghentikan kecintaan Laninka pada dunia make up dan tata rias. Ia pun memutuskan untuk menunjukkan eksistensinya di bidang seni make up, melalui video tutorial yang ia tayangkan di YouTube. Wheelchair Girl, ia pilih sebagai nama akun media sosial berbasis video tersebut.

"Awalnya memang suka make up dan sering nonton YouTube bikin make up kaya gini dan pada akhirnya belajar, dan teman-teman yang difabel dan non difabel minta ajarin," ungkap Laninka saat dihubungi VIVA pada Rabu, 20 Desember 2017.

Profil Daud Kim YouTuber Korea yang Dituding Bangun Masjid Hanya Demi Konten

Laninka lantas menceritakan bahwa pembentukan kanal YouTube-nya tak lepas dari dorongan teman-teman. "Lama-kelamaan teman-teman pada bilang, kenapa enggak bikin tutorial make up saja."

Dalam waktu satu tahun ini, ada 10 video tutorial make up yang dibuat Laninka, dan beberapa video lainnya. Dengan bermodalkan smartphone, ia merekam setiap tahap menggunakan make up, kemudian diunggahnya ke YouTube. Seolah ingin menerangkan pada semua orang tentang kondisi fisiknya, Laninka mencantumkan kata 'disabilitas' pada judul tutorialnya. Contohnya, 'Beauty Creation Palette "Ruby" Tutorial II Disabilitas'.

Dalam video berdurasi 3 menit 41 detik itu, Laninka tampak mahir memeragakan bagaimana cara ia memulas bagian mata, membubuhkan lapis demi lapis warna, hingga tercipta paduan warna eyeshadow yang apik.

Menariknya, di balik keberhasilan Laninka menggunakan make up, ada satu trik untuk mengakali keterbatasan tangannya yang sulit ditekuk. Yakni menggunakan semacam alat pijat milik ayahnya, yang kemudian ia sebut tongkat ajaib. Alat berbahan plastik dengan ujung menyerupai tangan ini dikaitkan pada tiap kuas make up yang ia kenakan. Dengan begitu, Laninka bisa lebih mudah mengaplikasikan bedak, foundation, blush on, dan piranti make up lainnya.

Laninka mengaplikasikan make up dengan alat bantu

Difabel Juga Layak Tampil Cantik

Tentu bukan tiba-tiba Laninka bisa melakukan semua itu. Sejak empat tahun belakangan dia terus berlatih menggunakan tongkat ajaib-nya langkah demi langkah. Hingga kini ia mampu mengaplikasikan make up dengan hasil sempurna. Hanya saja, ia mengaku memiliki tantangan tersendiri.

"Tantangannya, sebenarnya waktu. Karena itu make up dengan cara yang aku pakai waktunya cukup lama. Karena harus lepas ikatan. Kalau teman-teman non difabel satu jam, aku mungkin bisa satu setengah jam," ungkap Laninka.

Selain karena kecintaannya pada dunia make up, alasan Laninka membuat tutorial sangat sederhana. Menurutnya semua perempuan, baik non difabel ataupun difabel layak tampil cantik dan sempurna.

"Aku ingin ngebantu teman-teman difabel tetap percaya diri dalam kondisi apapun. Banyak yang merasa kurang percaya diri, merasa enggak pantas tampil cantik, dan merasa enggak pantas tampil sempurna. Jadi alasannya untuk membantu teman difabel bisa tampil sempurna," tuturnya.

Meski banyak yang memintanya merias wajah untuk berbagai acara, dia masih belum berani menerima tawaran itu. Laninka mengaku hanya melakukannya untuk berbagi dan menyalurkan kesenangannya.

"Banyak banget teman-teman difabel yang mentalnya tidak cukup menghadapi kondisi fisik terlebih dari orang-orang sebelumnya," kata dia.

"Banyak yang berpikir enggak mampu,  padahal kenyataannya kita bisa mampu melakukan. Aku ingin mengubah itu, dan harapan aku juga agar lebih banyak sorotan ke teman-teman difabel, bahwa dengan keterbatasan kita juga bisa melakukan banyak hal."

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya