Pelaku Kekerasan Ternyata Juga Korban

Ilustrasi kekerasan.
Sumber :
  • shutterstock.com

VIVA –  Pelaku kekerasan dalam keluarga umumnya juga merupakan produk dari kekerasan dalam sebuah keluarga. Disadari atau tidak, pelaku kekerasan awalnya hanya meniru apa yang dilihatnya. Hal tersebut disampaikan oleh Psikolog Anak, Remaja dan Keluarga, Roslina Verauli.

Wanita yang Didakwa KDRT Psikis Suaminya Divonis Bebas

"Kekerasan dan agresivitas sebetulnya adalah situasi yang dimunculkan oleh individu yang lebih dulu bermasalah. Jadi secara psikologis pelakunya punya masalah," ujarnya saat dihubungi VIVA Selasa 6 Maret 2018.

Masalah di sini bisa berbagai macam bentuknya. Dari sisi psikologis, Vera menyebut adanya gangguan dalam mengelola impulse, terhambat dalam mengontrol, sehingga pelaku pada umumnya jadi mudah marah, tertekan dan stres, yang pada akhirnya melampiaskan hal itu pada orang terdekatnya, misal seperti pasangan. 

Tiga Penyidik Polda Jawa Barat Dinonaktifkan Efek KDRT di Karawang

Orang-orang seperti itu, meski tidak selalu berlaku pada semua kasus, tapi terkadang awalnya karena memiliki pengalaman buruk atau trauma di masa lalu. Vera mencontohkan seperti seorang anak laki-laki yang melihat ayahnya menyiksa ibunya. 

Ilustrasi kekerasan dalam rumah tangga.

Mayat Anak Mengering dalam Kamar di Temanggung, Diduga Korban KDRT

"Entah dia korban kekerasan dari ayahnya mungkin, jadi biasanya kalau anak laki-laki korban kekerasan dari ayahnya, atau dia pernah menyaksikan ayahnya menyiksa ibunya. Sehingga peran si ayah kemudian diinternalisasi ke dalam dirinya, meskipun dia enggak suka, dia anti, dia benci, dia cuma menyaksikan, dia enggak berdaya, peran ayahnya diinternalisasi ke dalam dirinya sendiri, sehingga tanpa sadar dia meniru," ujarnya menjelaskan.

Tanpa sadar anak tersebut nantinya akan memiliki konsep baru tentang sebuah hubungan dan kekerasan.  "Bahasa yang dia ketahui tentang hubungan adalah kekerasan, jadi bahasa dalam berhubungan adalah kekerasan, atau cara-cara yang dia pahami dalam menyelesaikan masalah dalam hubungan hanya kekerasan," ujarnya.

Pada beberapa kasus, kekerasan juga ditemukan sebagai cara untuk menunjukkan kekuatan lebih dibanding pasangan dalam hubungan mereka. Sehingga si pelaku merasa memiliki kemampuan untuk mengendalikan pasangan dan hubungan. Padahal, menurutnya, tidak ada hubungan antara cinta, hubungan sepasang kekasih dan kekerasan. (mus)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya