Perempuan Rentan Terkena Penyakit Ginjal Kronik, Sebabnya?

Ilustrasi ginjal.
Sumber :
  • kidney.org

VIVA – Penyakit Ginjal Kronik (PGK) dianggap sebagai masalah kesehatan serius, tak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia. Penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi gagal ginjal hingga kematian.

Ancaman Tersembunyi: Penyakit Ginjal Diprediksi Masuk 5 Besar Penyebab Kematian Global di 2045!

Penyakit PGK merupakan penyebab kematian tertinggi ke-8 pada perempuan. Akibat penyakit ini, 600 ribu kematian terjadi setiap tahunnya.

PGK di Indonesia ternyata lebih banyak dialami oleh perempuan dibandingkan pria,  60:40 persen.

Angka Kasus Penyakit Ginjal Makin Meningkat, Sedot Dana BPJS Hingga Rp2,9 T

Hal ini dikarenakan, banyak kondisi kesehatan yang menjadi risiko terjadinya PGK, antara lain perempuan lebih banyak terkena lupus, risiko menderita pre eklampsia dan eklampsia selama kehamilan, tingginya kejadian infeksi saluran kemih akibat struktur anatomi saluran kemih wanita yang lebih pendek dibanding laki-laki, serta tingginya angka penyakit kanker serviks yang sering kali mengakibatkan gangguan fungsi ginjal.

Ilustrasi hamil.

Penyakit Ginjal Kini Serang Usia 20 Tahun, Kok Bisa?

Pre eklampsia saat hamil dapat memicu PGK

Di sisi lain, penyakit ini pun 60 persen lebih rentan menyerang masyarakat di pedesaan dibandingkan perkotaan. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan RI, dr.Zamhir Setiawan M.Epid menjelaskan bahwa besarnya angka tersebut karena keterbatasan akses pelayanan kesehatan.

"Karakteristik penduduk Indonesia yang tinggal di pinggiran memang keterjangkauan kesehatan agak sulit terutama di luar pulau, selain itu akses pelayanan kesehatannya pun kurang memadai," ungkap dia saat ditemui di acara Ginjal dan Kesehatan Perempuan di Artotel Jakarta Pusat, Rabu 7 Maret 2018.

Selain itu, kata dia masalah sosial-ekonomi, seperti rendahnya kesadaran akan penyakit ginjal yang mengakibatkan keterlambatan ataupun tidak dimulainya dialisis.

"Pengetahuan masyarakat pedesaan itu relatif lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat perkotaan," jelas dia.

Dijelaskan pula oleh Zamhir, hampir 70 persen penyakit ini tidak bisa dideteksi. Oleh karena itu perlu kecermatan untuk mencegahnya dengan melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit dalam sehari, mengonsumsi makanan sehat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya