Manfaat Luar Biasa Musik Elektronik Sebagai Terapi

Ilustrasi-Mendengarkan musik
Sumber :
  • Pexels

VIVA – Musik elektronik yang juga disebut Electronic Dance Music (EDM), kini tengah digandrungi di kalangan millenials. Padahal, di kalangan media mainstream, EDM dianggap sebagai ‘kehancuran’ tren anak muda masa kini. EDM bisa dianalogikan sebagai musik rock n’roll di era 80an, yang diberi label sebagai musik bagi para pemberontak.

Captain Curtis, Bintang Musik Elektronik yang Berdedikasi dan Penuh Semangat

Rave party sendiri dianggap negatif karena umumnya, para penikmat pesta musik itu lekat dengan penggunaan minuman keras dan obat-obatan terlarang seperti ekstasi dan LSD.

Tapi benarkah EDM yang memengaruhi para penikmatnya untuk mengonsumsi narkotika? Tentu saja tidak.

Winky Wiryawan Ajak Produser Musik Elektronik Muda Indonesia Merapat ke EMPC 2023

Seperti yang dilansir laman dancemusicnw.com, EDM hanyalah musik yang memayungi berbagai genre musik elektronik, termasuk tekno, house, trance, hardstyle, drum dan bass, dubstep, trap, Jersey club dan berbagai subgenre lainnya.

Doodle Studio Musik Elektronik.

Musik Elektronik Indonesia Bersinar di Ajang Internasional, EMPC 2023 Siap Digelar

Seperti genre musik lain, EDM memang punya pengaruh pada kehidupan manusia. Secara tidak sadar, tubuh memang merespon musik untuk media hiburan yang mempengaruhi rasa bahagia.

Selain itu, tubuh juga memproduksi dopamin, hormon yang membuat manusia merasa bersemangat. Di saat yang sama, otak akan melepas norefineprin, yang meningkatkan konsentrasi serta rasa euforia.

Semakin cepat irama musik, semakin banyak pula hormon yang dikeluarkan. Tidak heran bila EDM bisa memicu semangat untuk berdansa semalaman.

Konser musik elektronik Oracle di Malta

Di beberapa eksperimen, musik elektronik juga terbukti punya pengaruh dalam mengatasi gangguan mood, stres dan depresi. Banyak penelitian menyebut musik merupakan terapi anti-depresan yang ampuh. Namun, jenis musik pelepas stres bagi setiap orang, tentu berbeda.

Para peneliti menganjurkan jenis musik elektronik dengan ketukan pelan dan menenangkan untuk meredakan ketegangan saraf, seperti Chillstep atau Chillwave.

Sementara bagi mereka yang membutuhkan konsentrasi tinggi, musik elektronik dengan ketukan 50-80 BPM (beat per minute), merupakan yang paling sesuai untuk belajar atau bekerja. Alasannya, ketukan itu tidak akan mengalihkan perhatian dari fokus. Contoh musik elektronik dalam kisaran tersebut adalah Minimal House atau Ambient.

Lain lagi dengan musik untuk meditasi. Mereka yang membutuhkan ketenangan pikiran dan kedamaian, bisa mencoba subgenre elektronik eksperimental, yang dipercaya bisa membuat otak ‘diam’.

Adapun untuk mereka yang ingin berolahraga, Dubstep, Drum&Bass serta Breaks/Breakbeats adalah subgenre yang tepat. Jenis musik dengan ketukan di atas 100 BPM secara otomatis akan membuat badan bergerak.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya