Metode Cuci Otak Dokter Terawan Putranto, Apakah Itu?

DR. dr Terawan Agus Putranto
Sumber :
  • VIVA/Anhar Rizki Affandi

VIVA – Terapi cuci otak untuk pengobatan stroke yang dilakukan oleh dokter Spesialis Radiologi RSPAD Gatot Subroto, Mayjen TNI Dr.dr.Terawan Agus Putranto, Sp.Rad (K) telah memicu kontroversi di kalangan kedokteran Indonesia. 

Muncul di Debat Terakhir Capres, Nusron-TKN: Pak Terawan Dukung Prabowo-Gibran

Puncaknya Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyatakan dr Terawan terbukti melakukan pelanggaran etik kedokteran berat. MKEK PB IDI memecat sementara (selama setahun) dr Terawan sebagai anggota IDI. Menurut surat berkop Pengurus Besar IDI, pemecatan terhadap dokter tentara yang kini menjabat sebagai Kepala RSPAD Gatot Subroto Jakarta itu terhitung sejak tanggal 26 Februari 2018.

Padahal sejak diperkenalkan pada 2005, metode terapi cuci otak ini telah menyembuhkan atau meringankan 40 ribu penderita stroke. Metode pengobatan lulusan doktor Universitas Hasanuddin ini bahkan telah diterapkan di Jerman dengan nama paten ‘Terawan Theory’. 

Terawan hingga Eks KSAD Dudung Hadir jadi Pendukung Prabowo di Debat Pamungkas

Atas penemuannya ini Terawan telah mendapatkan berbagai penghargaan. Di antaranya penghargaan Hendropriyono Strategic Consulting (HSC) dan dua rekor MURI sekaligus sebagai penemu terapi cuci otak dan penerapan program Digital Substraction Angiogram (DSA) terbanyak, serta Penghargaan Achmad Bakrie XV.

Lalu seperti apakah metode cuci otak yang diperkenalkan oleh dr. Terawan?

5 Pejabat Penerima Gelar Profesor Kehormatan, Ada Megawati, SBY hingga Terawan

Metode cuci otak atau yang biasa disebut  brain flushing pertama kali diperkenalkan Terawan  dalam disertasinya bertajuk “Efek Intra Arterial Heparin Flushing Terhadap Regional Cerebral Blood Flow, Motor Evoked Potentials, dan Fungsi Motorik pada Pasien dengan Stroke Iskemik Kronis." 

Dr. Terawan menerapkan metode radiologi intervensi dengan memodifikasi DSA (Digital Subtraction Angiogram). Ini teknik melancarkan pembuluh darah otak yang sudah ada sejak tahun 90-an. Modifikasi ini bertujuan mengurangi paparan radiasi. 

"Jumlah radiasi di ruang tindakan yang mengenai pasien dapat diredam hingga 1/40 dari jumlah radiasi biasa yang dilakukan di luar negeri. Tekniknya hanya memasukkan kateter ke dalam pembuluh darah melalui pangkal paha," dia memaparkannya kepada VIVA saat diwawancara di RSPAD Gatot Subroto pada April 2013.

Dr. Terawan menjelaskannya dalam bahasa awam. Menurut dia, stroke terjadi karena penyumbatan pembuluh darah di area otak. Itu mengakibatkan aliran darah jadi macet dan saraf tubuh tak bisa bekerja dengan baik. 

Buntutnya, orang jadi tidak bisa menggerakkan tangan, kaki, bibir, atau anggota tubuh lainnya. Untuk itulah cuci otak dibutuhkan. 

Kepada para pasiennya, dr. Terawan melakukan flushing, menyemprot 'gorong-gorong' aliran darah yang tersumbat dengan air yang mengandung sodium chloride. Nah, saat pembuluh darah tersebut lancar kembali, semua akan berubah dengan cepat. Jaringan sel berfungsi kembali.

Kontroversi

Meski dr. Terawan mengatakan dia sudah menangani ratusan pasien dan berhasil, tetap saja ada yang kontra terhadap metode temuannya. Rekan-rekannya sesama dokter pun masih mempertanyakannya. 

Bahkan, ada yang menyalahkannya karena dia adalah seorang dokter radiologi, sementara tindakan medis yang dilakukannya seharusnya merupakan domain dokter ahli saraf. 

Tapi ia tak ambil pusing.

"Saya tidak mungkin menyebarkan ilmu aneh. Saya tidak mau menanggapi pro kontra yang ada. Sebenarnya, orang yang datang ke saya itu bukan karena sakit, hanya untuk membetulkan saraf," kata pria asal Yogyakarta yang hobi bertani ini

Dia mengatakan bersedia memperdebatkan metode brain spa ini di forum ilmiah dan tidak menyangkal bahwa temuannya ini masih perlu melalui sejumlah tahap penelitian yang ditentukan untuk mendapat pengakuan dunia.

"Pekerjaan ini bukan rekayasa, meski paradigma yang berkembang saat ini mengatakan tidak mungkin ada regenerasi sel otak," katanya.

Toh begitu, sejumlah tokoh dan eksekutif pemerintah tak ragu untuk menjajalnya. Seperti mantan wakil presiden Try Sutrisno, mantan kepala Badan Intelijen Negara Hendropriyono, tokoh pers Dahlan Iskan dan sejumlah figur publik lainnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya