4 Tipe Pengguna Vaksin di Indonesia, yang Terakhir Riskan

Imunisasi
Sumber :
  • ANTARA Foto/M Risyal Hidayat

VIVA – Imunisasi sudah menjadi program wajib dari pemerintah, namun masih saja ada kelompok masyarakat yang enggan bahkan menolak melakukan imunisasi. Beberapa waktu lalu juga sempat ramai beredar kampanye antivaksin di berbagai media sosial.

Bolehkah Anak Lakukan Vaksin Tanpa Izin Orangtua?

Menurut dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), isu antivaksin sangat meluas karena kampanye yang dilakukan kelompok ini menyentuh sisi emosi dan ideologi. Meski keliru dan secara ilmu tidak terbukti, tapi karena yang diketuk adalah emosi masyarakat maka gerakan ini semakin meluas.

"Padahal penyakit itu sangat bahaya. Jarang sekali yang memperlihatkan penderitaan anak karena penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. Jarang sekali ketemu yang membicarakan penyakit, yang dihebohkan adalah vaksin," ujar Piprim saat seminar media Pekan Imunisasi Dunia 2018 di kantor Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Jakarta, Rabu 25 April 2018.

8 Mitos Soal Vaksin Ini Picu Kembali Munculnya Penyakit

Sorot Difteri - imunisasi - vaksin DPT Difteri Tetanus Pertusis

Sementara itu, menurut Ketua IDAI Dr. dr. Aman Pulungan, SpA(K), ada empat kelompok di bidang vaksin ini. Kelompok pertama adalah Supporter. Kelompok ini sangat loyal terhadap vaksin dan tahu semua jadwal yang sudah ditetapkan.

Orangtua Antivaksin Jadi Sebab Meningkatnya Kasus Campak di Dunia

Kedua, Compliance yang memiliki jumlah paling banyak. Mereka mengikuti keteraturan pelaksanaan imunisasi.

"Ketiga adalah kelompok Undecided, mereka grup kecil yang tidak tahu ada antivaksin tapi mereka mendengar kemudian mencari tahu dan bisa ikut," kata Aman.

Keempat adalah Refuser yang jumlahnya sedikit tapi mereka kuat dalam berkampanye. Karena gencarnya gerakan mereka, kelompok yang awalnya masih ragu pun akhirnya masuk ke dalam kelompok ini.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya