Diabetes Tapi Tetap Ingin Puasa, Waspadai Risiko Ini

Ilustrasi pengecekan diabetes.
Sumber :
  • Pixabay/TesaPhotography

VIVA – Pada pasien diabetes, menjalani puasa bisa memicu banyak perubahan dalam tubuhnya. Beberapa kondisi ini akan menyebabkan sejumlah risiko karena seharusnya, saat menjalankan ibadah puasa, pasien harus melakukan perubahan diet secara total.

Mudik Lebaran 2024 Dinilai Beri Dampak Positif untuk Perekonomian Indonesia

Dr. dr. Em Yunir, SpPD-KEMD mengatakan, risiko yang paling sering dialami oleh penderita diabetes saat puasa adalah hipoglikemi atau hipoglikemi berat, ketoasidosis yang terjadi jika pasien kurang minum selama malam hari sehingga menyebabkan trombosis atau sumbatan karena darah menjadi lebih kental. Karena darah yang mengental ini, alirannya menjadi lebih lambat dan komponennya bisa menyumbat salah satu cabang pembuluh darah.

"Hipoglikemi sering terjadi pada diabetes tipe 1. Didahului dengan keluhan khas keringat dingin, gemetar, dan mata berkunang-kunang," ujar Yunir saat acara peluncuran kampanye 'Diabetes dan Ramadan' di kawasan Menteng, Jakarta, Rabu 30 Mei 2018.

Kolesterol Hingga Diabetes Bermunculan Usai Lebaran? Dokter Ungkap Penyebab dan Cara Atasinya

Namun, meski sudah mengalami hipoglikemi pasien justru banyak yang masih tetap bertahan hingga berbuka puasa. Diabetes tipe 1 biasanya berisiko 4,7 kali lebih tinggi mengalami hipoglikemi.

Ilustrasi penderita diabetes.

Segar dan Wangi, Inilah Khasiat Daun Mint untuk Penderita Diabetes

Sementara hiperglikemi yaitu kadar gula darah yang melonjak pada saat puas. Pada pasien diabetes tipe 2 berisiko lima kali lebih banyak mengalami hiperglikemi.

"Biasanya pasien mengurangi dosis obatnya sendiri bukan dengan konsultasi, akibat dosis berkurang tapi makan bertambah banyak, maka gula jadi makin tinggi," ujar Yunir.

Risiko kedua adalah ketoasidosis yang terjadi pada pasien dengan kadar gula darah lebih dari 400. Kondisi ini membuat lemak dipecah menjadi aseton yang bersifat asam pada darah. Darah yang bersifat asam ini seringkali membuat pasien menjadi sesak.

Jika tidak dibawa ke rumah sakit, pasien bisa mengalami koma atau turun kesadarannya. Namun yang sering terjadi, banyak pasien yang berisiko komplikasi tapi tidak segera dibawa ke rumah sakit dan lebih memilih menunggu hingga waktu berbuka puasa.

Risiko lain yang juga membahayakan adalah dehidrasi yang bisa memicu trombosis. Dehidrasi ini disebabkan karena cairan yang berkurang ditambah dengan udara panas, dan gula belum terkontrol dengan baik pada saat sebelum memasuki bulan puasa.

"Gula yang jelek berisiko besar membuat kekentalan darah meningkat sehingga terjadi trombosis atau sumbatan pada pembuluh darah," lanjut Yunir.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya