Mengapa Saat Stres Orang Cenderung Rakus dan Susah Tidur?

Ilustrasi stres
Sumber :

VIVA – Stres adalah masalah utama di dunia modern saat ini.  Stres bisa disebabkan media sosial, jam kerja yang panjang, kurangnya aktivitas fisik, dan faktor lainnya. 

5 Manfaat Rebusan Air Daun Salam, Bisa Bantu Kurangi Kadar Gula Darah

Stres dapat memengaruhi berbagai kondisi kesehatan, salah satu yang paling umum, yang kebanyakan orang tidak menyadarinya adalah dampak terhadap kadar hormon dan kemampuan untuk mempertahankan berat badan yang sehat.

Seperti dilansir Runtastic, saat stres, kortisol dalam tubuh mengalami lonjakan. Kortisol adalah hormon yang terkait dengan kewaspadaan. Salah satu peran terpentingnya adalah membantu kita tetap termotivasi, terjaga, dan tanggap terhadap lingkungan. 

Terpopuler: 5 Minuman Hambat Penurunan Berat Badan, 100 Wanita Rayakan Hari Kartini di Puncak Gunung

Kadar kortisol biasanya paling tinggi di pagi hari, menurun sepanjang hari, dan kemudian turun ke terendah di malam hari, saat kita harus menuju ke tempat tidur.

Ketika kadar kortisol, dan hormon stres lainnya seperti adrenalin, meningkat secara abnormal sepanjang hari, maka bisa menyebabkan sulit tidur, atau Anda mungkin bangun sangat awal (sekitar jam 2-4 pagi) dan masih pusing.

5 Dampak Negatif Terlalu Dekat dengan Rekan Kerja, Bisa Kurangi Profesionalisme

Kurang tidur ini dapat berdampak langsung pada pemeliharaan berat badan. Karena kurang tidur mempengaruhi tingkat leptin dan ghrelin, hormon kelaparan yang menentukan nafsu makan dan perasaan kenyang setelah makan.

Studi yang telah meneliti hubungan antara stres dan perilaku makan juga menemukan bahwa tingkat stres yang tinggi merupakan faktor risiko penting untuk pengembangan banyak jenis kecanduan, termasuk kecanduan makanan. 

Dengan demikian, stres dapat berkontribusi pada peningkatan risiko obesitas dan penyakit metabolik lainnya yang terkait dengan makanan yang enak sekali dan berkalori tinggi, yang memiliki manfaat peningkat suasana hati (seperti makanan tinggi lemak, dan tinggi gula). 

Itu karena ketika stres menurunkan tingkat hormon bahagia, seperti serotonin, kita mendambakan lebih banyak kenyamanan dan kesenangan dari pelepasan neurotransmitter yang terikat pada pengalaman (makan) yang bermanfaat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya