Tanggapi Polemik Vaksin, Menkes Ingatkan Lagi Soal Keganasan Virus MR

Imunisasi Measles Rubella (MR)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Fahrul Jayadiputra

VIVA – Imunisasi Measles dan Rubella (MR) saat ini serentak dilangsungkan di beberapa kota di Indonesia. Namun, polemiknya masih bisa dirasakan. 

Studi Terbaru Sebut Tak Ada Kaitan Vaksin MR dengan Autisme

Menanggapi hal itu, Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengingatkan lagi betapa ganas kedua jenis penyakit ini, sehingga memberi perlindungan (kekebalan spesifik) lewat vaksin sangat penting dilakukan.

“Campak bisa berdampak hingga kematian. Masih banyak daerah di Indonesia yang melaporkan kasus Campak," tutur Menkes dikutip dari siaran pers Kemenkes RI, Kamis, 2 Agustus 2018.

Imunisasi Belum Maksimal, Indonesia Risiko Tinggi Campak Rubella

Data Kementerian Kesehatan selama tahun 2010-2017 mencatat sejumlah 27.834 kasus Campak dilaporkan. Tentu masih belum lekang dari ingatan kita bahwa beberapa waktu lalu terjadi kejadian luar biasa (KLB) di Suku Asmat Papua yang mengakibatkan ratusan anak meninggal akibat terserang Campak.

Menurut Menkes, gejala Campak masih dapat jelas terlihat, misalnya mengalami demam tinggi, matanya merah dan timbul infeksi sehingga melekat dan tidak terbuka (kelopaknya) lagi.

Target Imunisasi MR Tak Tercapai, Diperpanjang Hingga Akhir 2018

Anak itu dapat mengalami gangguan penglihatan bahkan menjadi buta bila selamat. Namun yang lebih ditakutkan adalah perburukan bahkan hingga kematian.

Saat ini, terdapat satu lagi penyakit yang perlu diperkenalkan kepada masyarakat, yakni penyakit Rubella dan dampaknya luar biasa. Rubella adalah penyakit akut dan ringan yang sering menginfeksi anak dan dewasa muda yang rentan.

Data Kementerian Kesehatan pada 2013-2017 mencatat sejumlah 31.449 kasus Rubella telah dilaporkan. "Rubella bisa menyebabkan kelainan pada anak dan tidak bisa kita obati. Kita tidak bisa matikan virus yang sudah masuk ke dalam tubuh," ungkap Menkes.

Pada kesempatan tersebut pula, Menkes Nila Moeloek meluruskan anggapan salah di masyarakat yang menyatakan bahwa anak laki-laki tidak akan terinfeksi. Rubella bisa menyerang siapa saja dengan gejala yang tidak spesifik (tidak jelas).

“Itu salah besar. Baik anak laki-laki maupun perempuan bisa terkena Rubella," katanya.

Penyakit Rubella mudah menular, akan tetapi yang menjadi perhatian dalam kesehatan masyarakat adalah efek teratogenik apabila rubella ini menyerang pada wanita hamil terutama pada masa awal kehamilan. 

Infeksi rubella pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran atau kecacatan permanen pada bayi yang dilahirkan atau dikenal dengan Congenital Rubella Syndrome (CRS).

“Kalau kebetulan anak yang sakit Rubella ini dekat dengan ibu hamil, apalagi terkenanya di trimester pertama atau saat janin terbentuk, gejalanya juga tidak spesifik. Mungkin hanya demam ringan, padahal itu Rubella, anak yang dikandungnya bisa terlahir dengan kecacatan.”

Kelainan akibat Rubella disebut dapat berupa ketulian, gangguan penglihatan bahkan kebutaan, hingga kelainan jantung. Dalam hal bayi lahir dengan katarak misalnya, Menkes menerangkan bahwa operasi mengangkat katarak bisa dilakukan tetapi mengatasi gangguan penglihatannya sangat sulit.

“Dampak dari Rubella ini sangat luar biasa. Saya kira kita harus memikirkan dampak dan akibat yang terkena apabila kita menolak imunisasi," ujar Menkes.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya