Riset: Vape Lebih Aman dari Rokok Tembakau

Rokok elektrik atau vape.
Sumber :
  • pixabay/LindsayFox

VIVA – Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR) menggelar kegiatan edukasi melalui KABAR Roadshow di beberapa kota, salah satunya Denpasar. Melalui kegiatan itu, KABAR mendorong pengurangan risiko kesehatan akibat bahaya TAR melalui produk tembakau alternatif.

Kenaikan Cukai Rokok Terlalu Tinggi, Pengamat Nilai Penerimaan Negara Jadi Tak Optimal

Bekerjasama dengan Pemerintah Kota Denpasar, peneliti dari kalangan akademisi, pelaku usaha dan pengamat hukum, KABAR mencari solusi untuk mengatasi tingginya prevalensi perokok di Indonesia, khususnya Bali.

Ketua KABAR sekaligus peneliti Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Indonesia, Dr Amaliya mengatakan, untuk mengatasi permasalahan rokok di Bali, masyarakat harus terlebih dahulu tahu mengenai zat berbahaya yang terkandung dalam rokok.

Bea Cukai Langsa Hentikan Peredaran Rokok Ilegal di Aceh Tamiang

Perokok, Amaliya melanjutkan, perlu mendapatkan akses-akses terhadap fakta ilmiah dari hasil penelitian yang kredibel, sehingga tak hanya mengetahui bahaya TAR, zat berbahaya yang dihasilkan dari proses pembakaran rokok, namun juga tahu langkah alternatif yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko kesehatan.

Kabar bahas Talkshow soal rokok

Benarkah Nikotin Biang Keladi Masalah Kesehatan Akibat Merokok? Cek Faktanya

"Misalnya, melalui konsep harm reduction yang ada pada produk tembakau alternatif," ujar Amaliya, Jumat 3 Agustus 2018.

Merujuk pada hasil penelitian YPKP Indonesia, Amaliya mengatakan, bahwa produk tembakau alternatif seperti roko elektrik atau vape memiliki risiko kesehatan dua kali lebih rendah daripada rokok.

"Yang berbahaya dari rokok itu adalah TAR bukan nikotin. Rokok elektrik atau vape itu 95 persen lebih aman dari rokok konvensional. Rokok elektrik atau vape memiliki risiko kesehatan dua kali lebih rendah daripada rokok," ujar Amaliya.

Dari hasil penelitian pula, para pengguna rokok elektrik atau vape lebih terjaga kesehatan mulutnya. "Tidak ada bakteri menjurus kanker, tidak ada menjurus pada keganasan sel dibandingkan perokok tembakau. Radikal bebas tembakau lebih tinggi," tuturnya.

Berangkat dari penelitian itu, Amaliya menyebut produk tembakau alternatif (rokok elektrik atau vape) menjadi salah satu solusi bagi perokok aktif yang tidak bisa berhenti secara langsung. Perokok dapat berhenti secara bertahap dengan cara beralih ke produk tembakau yang memiliki risiko kesehatan lebih rendah.

"Namun, tetap cara yang paling baik untuk tidak terpapar penyakit terkait rokok adalah dengan cara berhenti merokok sepenuhnya," sambungnya.

Ditilik dari perspektif sosial, peneliti sekaligus dosen FISIP Universitas Padjajaran, Dr Satriya Wibawa Suhardjo menyatakan, bahwa masih ada miss-persepsi tentang produk tembakau alternaitf di masyarakat.

"Miss-persepsi yang berkembang ini digeneralisasi, sehingga menempatkan semua produk tembakau, termasuk produk tembakau alternatif sebagai produk yang sama berbahayanya atau bahkan lebih berbahaya dari rokok," papar dia. "Padahal, produk tembakau alternatif ini merupakan sebuah inovasi yang didukung oleh banyak hasil penelitian yang dilakukan di dalam negeri maupun internasional."

Ketua Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI), Aryo Andrianto menuturkan, sebelumnya perokok aktif yang ingin beralih ke produk tembakau alternatif lantaran merasa khawatir karena produk ini belum mendapat izin dari pemerintah.

"Tapi kini melalui PMK 146 yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, pemerintah telah secara resmi menyatakan legalitasnya. Ini adalah suatu kemajuan bagi industri yang patut kami apresiasi," katanya. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya