Disebut Pemicu Infeksi Otak, Ini Tanggapan Menkes Soal Vaksin MR

Ilustrasi vaksin atau jarum suntik.
Sumber :
  • Pixabay/PhotoLizM

VIVA – Kementerian Kesehatan RI menyampaikan empati terhadap adanya berita kematian seorang siswa sekolah dasar di Pontianak, RWP (L, 12 tahun). Kematiannya itu disebut-sebut berkaitan dengan pemberian vaksin Measles Rubella (MR).

COVID-19 Menuju Endemi, Aturan Wajib Masker Akan Dihapus?

Dikutip dari siaran pers Kemenkes RI, Ketua Komite Daerah (Komda) Penanggulangan dan Pengkajian Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di Provinsi Provinsi Kalimantan Barat, dr. James Alvin Sinaga, Sp.A., melaporkan hasil investigasi kasus tersebut. Kejadian ini, seperti yang diungkapkan dr. James, tidak berhubungan dengan imunisasi MR.

"Penyebab kematian diduga Enchepalitis. Vaksin Measles Rubella (MR) tidak menyebabkan terjadinya infeksi otak atau Enchepalitis. Sehingga, kejadian ini merupakan co-insiden dan tidak berhubungan dengan imunisasi MR," tutur dr. James, dikutip VIVA pada Kamis 16 Agustus 2018.

Update COVID-19 Hari Ini 6 Maret 2022: Kasus Positif Tambah 24.867

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, dr. Sidiq Handanu, menyatakan bahwa program imunisasi bukanlah sesuatu hal yang baru, imunisasi campak telah dilakukan sejak 20 tahun lalu.

"Dan saat ini ditambah kandungannya menjadi imunisasi campak dan rubella," kata dia.

Kasus COVID-19 Terus Turun, Indonesia Sudah Lewati Gelombang 3?

Ditambahkan oleh dr. Sidiq bahwa sesuai prosedur yang biasa dilakukan Puskesmas, sebelum dilakukan imunisasi, setiap anak diberikan formulir yang harus dilengkapi dan diisi oleh orangtua.

Formulir itu berisi informasi terkait riwayat penyakit maupun kondisi kesehatan. Selain itu, petugas kesehatan juga melakukan screening agar diketahui apakah anak tersebut layak vaksin atau tidak.
 
Adapun kronologi kejadian tersebut antara lain adalah RWP mendapat imunisasi MR pada Kamis pagi 2 Agutus 2018 setelah menunjukkan formulir kesediaan yang telah ditandatangani oleh ayahnya.

Pada Senin 6 agustus 2018, kasus berobat jalan ke dokter praktik swasta dengan keluhan sesak nafas dan sakit dada karena terbentur meja karena jatuh di sekolah. Meski demikian, kasus tetap bersekolah pada 4-9 Agustus 2018.

Pada Jumat 10 Agustus 2018, kasus dibawa ke Puskesmas Telaga Biru dengan keluhan sama, yakni nyeri di dada akibat terbentur meja dan sesak nafas.

Pada pukul 11.00 WIB, kasus dirujuk ke RS Yarsi. Di dalam perjalanan sempat pingsan. Kasus juga mengeluh dadanya sesak, sakit kepala dan muntah. Saat itu, dilakukan pengecekkan laboratorium dan hasil cek gula darah sewaktu menunjukkan angka yang sangat tinggi, yakni 414 mg/dl (normal

Pukul 12.00 WIB kasus dirujuk ke RSUD Soedarso dengan kondisi kesadaran menurun, hasil gula darah sewaktu (GDS) sangat tinggi (414 mmhg/dl) dengan jumlah leukosit yang rendah (23,37). Lalu dilakukan CT Scan, dan hasilnya mengarah ke diagnosis Enchepalitis.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya